BAB 7

2.9K 562 64
                                    


🌿🌿🌿

Waktu untuk Ayu, Nala dan Sanja kembali ke Archipelagos telah tiba. Abimanyu dan Amerta merelakan kepergian anaknya.

"Semoga kalian tiba dengan selamat," kata Amerta mencium kening ketiga anak itu. "Belajar yang baik," katanya memberi pesan terakhir.

Ketiga anak itu melambaikan tangannya sebelum Pajaga menutup pintu kapal selam. Mereka masuk ke dalam. Melewati sekat-seat menaruh koper, lalu berpindah ruangan. Cahaya terang membuat senyum mereka semakin merekah. Anak-anak memandang mereka. Drio dan Bastian berdiri menyambut dengan sorakan. Kelima anak itu saling menyapa.

Mereka terduduk setelah memasang sabuk pengaman.

Kapal selam ini berbeda dengan kapal selam untuk murid tingkatan satu yang hanya punya satu meja besar dengan semua murid mengelilinginya. Kapal selam ini terbagi menjadi lima kelompok dimana setiap kelompok terdiri atas 6 sampai 7 orang dengan anggota yang terdiri dari teman kelompok mereka di candi Archipelagos.

Pengumuman itu membuat mereka terduduk. Sepanjang jalan berbicaralah mereka soal liburan.

Drio memulai lebih dulu. Bercerita bagaimana dia menikmati kota Serandjana dengan baik.

"Sayangnya karnaval dibatalkan. Kalian bertiga ada saat tahanan itu melarikan diri, kan. Hari itu aku benar-benar lari ke portal Timur. Padahal aku sudah tak sabar," sedih Drio. "Kalau aku datang kedua kali, aku tak akan takut lagi."

Sanja mengeluarkan permen salaknya. "Makanlah ini, kurasa kita tak perlu membicarakannya lagi." Sanja tak suka berita buruk. Dia tidak ingin membuat suasana semakin mencekam.

Anak-anak lain di sekitar mereka membicarakan hal yang sama. Sepertinya berita soal larinya dua belas tahanan itu menjadi momok yang panas untuk dibicarakan. Menarik namun menakutkan juga. Semuanya tersebar dari mulut ke mulut. Termasuk Bastian yang sudah mendengar semuanya dari Drio sebelum ketiga anak itu datang. Jadi dia sudah tahu apa yang terjadi.

"Aku sendiri sibuk melatih juniorku menyiapkan olimpiade buku tangkis, sebagai ucapan maaf kepada pelatih karena menghilang begitu saja. Tahun ini mereka dapat juara umum," kata Bastian antusias. "Tak ada yang menarik di liburanku."

"Jangan bersedih Bas," ucap Nala.

"Benar," timpal Ayu. "Kurasa kau akan melakukan hal nekat karena rasa penasaranmu kalau ada di Sarandjana," katanya seraya mengecap permen salaknya.

"Dih, itu Tanra. Aku sih tak suka tahu banyak hal."

"Tetapi kau suka melakukan hal-hal gila."

"Berisik. Nyenyenye..."

Bastian menutup telinganya, mengeluarkan lidah. Kalau saja mereka duduk berdekatan, mungkin Ayu akan mengetuk kepala anak itu seperti biasanya.

Mereka singgah di pemberhentian selanjutnya. Murid berikutnya adalah Angela.

Masih ada empat kursi yang kosong. Dua diantaranya adalah Lexan dan Tanra. Dua yang lain tinggal di kota sihir Nusantara. Mereka dijemput lebih dulu, Lukas dan Tomas.

Kapal selam berhenti lagi.

Anak-anak melihat ke arah pintu masuk.

Seorang anak laki-laki, memegang buku tebal, dengan kaca mata bulat yang khas. Dialah Andi Tanra Pangerang. Menjadi salah satu siswa yang meraih gelar siswa berprestasi tahun lalu. Semua mata tertuju padanya. Bastian bersorak seperti anakan gorila.

Tanra terduduk. Dia bercerita kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang baru saja ia alami selama liburan. Lebih buruk dari Bastian. Tanra dipaksa untuk belajar seperti sebelumnya. Ayahnya adalah pria yang bertanggung jawab atas semua ini. Dia menghabiskan waktu sepanjang hari di kamar, membaca buku-buku yang akan mereka pelajari semester ini.

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now