BAB 9

2.9K 533 74
                                    

🌿🌿🌿

Saat waktu makan siang, suasana jadi berisik. Orang-orang membicarakan tentang Engku baru yang mengajar di sekolah itu. Engku Angga, sang guru Sejarah yang menggantikan Engku Tarno.

"Wajahnya sangat tampan," kata salah satu murid tingkatan tiga di seberang meja.

Ketujuh anak Candi Tellu menguping.

"Aku tak sabar," ucap Ayu. "Wajahnya pasti sangat rupawan."

"Cih, itu saja yang kau tahu," gerutu Tanra.

"Loh memang cuma itu. Kau sendiri cuma tahu soal buku-buku Tan. Tak ada yang menarik dari huruf-huruf yang merusak mata."

"Karena kau berfokus pada hal-hal membosankan saat melakukannya. Ketika membaca buku, kau perlu membayangkan apa yang sedang kau baca."

"Iya, iya..." Ayu memutar bola mata.

"Omong-omong kau tak bawa Sukala?" tanya Sanja pada Ayu.

"Tidak. Sukala ada di kamar."

"Sukala?" Nala bertanya.

Ayu mengangguk. "Serangga. Kepik emas pemberian Edo. Sejujurnya tak bagus amat, tetapi aku menghargai perjuangannya untuk meminta maaf. Kalian semua tahu kalau dia jadi pengkhianat besar di pertempuran itu."

"Kenapa harus minta maaf kepadamu?" tanya Tanra.

"Benar." Drio menyetujui seraya mengunyah makanannya.

"Dia sudah dihukum untuk jadi pelayan jasa di Archipelagos selama satu semester. Kurasa itu cukup baginya."

"Tetapi kau bukan Kepala Sekolah, bukan juga ibunya, bukan saudarinya dan tiba-tiba merasa penting untuk Edo minta maaf. Pria itu harusnya berorasi di depan semua orang soal ini. Dia pengkhianat besar, bagaimana mungkin merasa baik-baik saja setelah apa yang ia lakukan."

"Ah sudahlah..."

Mendengar ceramah dari Tanra dan Bastian yang berkolaborasi membuat Ayu merasa gerah, ia beranjak dari duduknya. Memilih kembali ke candi duluan bersama Nala dan Sanja.

"Drio, apa yang kau lakukan?" tanya Bastian, ketika menyadari Drio berdiam diri sedari tadi. Rupa-rupanya pria itu fokus membaca buku tentang kendaraan dunia sihir. Dia selain tertarik pada makanan, juga tertarik pada Teknologi.

"Kau mau jadi supir lagi?" tanya Bastian. Tahu betul Drio pandai mengemudikan kapal.

Drio polos mengangguk.

Sementara itu Lexan dengan kedua tangan terlipat juga ikut meninggalkan tempat.

Sore harinya anak-anak Candi Tellu menepati janji mereka untuk menemui Nyai Rondo atas perintah Nyai Mina.

Mereka mengikuti Nyai Mina, memasuki ruangan besar.

Nyai Rondo menyambut mereka dengan senyum.

"Ada apa Nyai?" tanya Nala langsung tanpa basa-basi.

"Ada hal penting yang ingin kukatakan."

Anak-anak itu saling melemparkan pandangan. Nyai Rondo terlihat serius.

"Kalian pasti sudah tahu soal kaburnya dua belas orang dari penjara bawah tanah Serandjana."

"Ya. Tentu saja. Terus ada apa Nyai?" tanya Tanra.

"Kami telah menggeledah ruangan Engku Tarno dan mengamankan barang-barang bersejarah yang harusnya diselamatkan. Tetapi sebuah buku penting telah hilang. Buku yang digunakan Engku Tarno untuk membangkitkan kekuatannya menjadi Berong. Buku Serandji Nusantara. Buku yang berisi tentang banyak sejarah penyihir-penyihir yang mengubah dunia. Kuharap kalian bisa menemukannya."

"Kenapa harus kami?" tanya Drio.

"Karena kita tak bisa mempercayai siapapun sekarang. Aku dan Nyai Mina akan sibuk. Sementara bisa jadi ada guru Archipelagos lain yang memanfaatkan situasi ini, atau para Pajaga, Kementerian Sihir, atau siswa lain kalau kita meminta bantuan mereka. Lagian kalian tujuh orang terpilih. Ramalan bulan itu bisa jadi benar, lebih baik kita bersiap-siap saja untuk hal yang tak terduga."

"Ramalan bulan?" tanya Nala.

"Apa itu?" timpal Bastian.

Nyai Rondo melemparkan tatapan sinisnya. "Jangan bilang kau tak menceritakan ini pada mereka?"

Mina tersenyum getir. Rondo menepuk jidat.

"Mereka masih terlalu muda," kata Nyai Mina. "Lagian baru juga selesai liburan."

"Jadi kau datang ke candi mereka malam itu untuk apa?"

Semua anak menyadari hari dimana Nyai Mina membawakan mereka sebakul salak. Lalu pulang begitu saja tanpa me gatakan sesuatu yang penting.

Nyai Rondo menghela napas.

"Baiklah. Aku langsung saja... Pertama, kalian harus tahu soal ramalam bulan. Ramalan itu menyebutkan bahwa Berong ketujuh akan kembali..."

"HAH?!"

Anak-anak itu terpekik (kecuali Lexan).

"Bukannya Engku Tarno adalah Berong terakhir? Kita sudah mengalahkannya semester lalu," ngotot Nala.

Nyai Rondo menggeleng. "Dengarkan aku dulu dan jangan menyelak pembicaraan."

Nyai Rondo melanjutkan soal kisah ramalan bulan itu. bahwa Berong ketujuh akan kembali dengan kekuatan yang luar biasa, bahkan lebih hebat dari Berong pertama. Kekuatan itu masih misterius dimana didapatkan. Tetapi yang pasti, hilangnya buku bersejarah yang digunakan Engku Tarno sebagai Berong keenam pasti ada sangkut pautnya dengan ini.

"Ada pertanyaan?"

"Apakah Berong ketujuh benar-benar kembali jika dia mendapatkan buku itu?"

"Mungkin. Mungkin saja. Kembalinya Berong keenam telah dipastikan. Tetapi Berong ketujuh hanyalah ramalan masa lampau. Banyak yang sulit percaya karena konon untuk menjadi Berong ketujuh membutuhkan kekuatan supranatural di luar kendali manusia. Berong pertama yang hampir menguasai bumi saja sudah cukup mengerikan. Namun, ini hanya untuk berjaga-jaga. Peluang sekecil apapun akan menjadi besar jika kita membiarkannya."

"Terus dimana kita akan mencari bukunya?" tanya Tanra lagi. "Maksudku, Archipelagos sudah cukup luas, belum lagi kalau buku itu dibawa ke dunia luar."

"Di setiap barang yang hilang, pasti ada petunjuk," kata Nyai Rondo. "Kalian bisa memulainya di ruang kerja Tarno."

Pikiran mendatangi ketujuh anak itu. masih banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyakan. Tetapi waktu terbatas. Nyai Rondo dan Nyai Mina ingin segera pergi untuk mengerjakan sesuatu hal. Mereka terkena kasus soal menutupi pertempuran besar yang terjadi semester lalu dari Kementerian. Sidang akan dilakukan, dan Nyai Mina sekali lagi berbohong pada anak-anak itu kalau taka da masalah. Sejujurnya ini bukan salah mereka berdua, tetapi Nyai Romia. Nyai Romia tak ingin melibatkan Kementerian, sedari dulu ia percaya kalau Kementerian adalah organisasi konyol berkedok menyelamatkan penyihir Nusantara. Nyatanya mereka hanya membuat tatanan baru yang pada akhirnya mengikuti bagaimana dunia luar berjalan dengan teknologinya.

Sekarang, ketujuh anak itu harus mengatasi sebuah masalah baru. Bukan tentang mencari buku Serandji Nusantara. Mencari barang hilang bukan masalah yang besar. Tetapi kembalinya berong ketujuh.

"Jangan terlalu kau pikirkan Ayu," kata Bastian saat mereka semua kembali ke candi. "Kau dengar kalau itu cuma ramalan belaka. Lagi pun, jaman sekarang siapa yang percaya soal ramalan."

"Ramalan adalah sesuatu yang penting di dunia sihir," kata Ayu ngotot. "Kau tak akan bisa mengerti Bas."

Beberapa anak di sekelilingnya menjadi cemas. 

Kembalinya Berong Terakhir? 

Betapa mengerikannya rumor itu.

🌿🌿🌿

DON'T FORGET TO VOTE ARCHIS(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)💚

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now