BAB 29

2.2K 426 69
                                    


Kurikulum baru membuat banyak yang berubah di Archipelagos. Selain soal ujian, anak-anak juga akan belajar bergabung bersama dengan golongan lain seperti di tingkatan satu. Namun hanya tiga hari, dari Kamis sampai Sabtu. Sementara Senin Rabu mereka akan belajar bersama golongan mereka masing-masing.

Demi meningkatkan kualitas diri mereka, mereka harus saling mengenal satu sama lain dan mempelajari apa yang harusnya dipelajari dari golongan lain. Begitu yang Nyai Rondo ucapkan.

Hari ini adalah hari Kamis. Drio memandangi kelat bahunya lamat, mengusapnya, lalu meniupnya seperti seorang ibu yang mengusap rambut anaknya. "Akhirnya kelat bahu ini tak lagi menjadi hiasan di lengan saja," katanya seraya menoleh ke teman-temannya yang sudah siap dengan urusan mereka.

Mereka berangkat ke Terhon dengan penuh antusias. Hari ini adalah hari pertama kurikulum baru diterapkan, itu berarti Archipelagos akan lebih dipenuhi mantra daripada sebelumnya.

Ketujuh anak Candi Tellu merasa diuntungkan dengan latihan ini, mereka akhirnya menyadari apa yang Nyai Mina katakan soal Nyai Rondo berjuang untuk mereka. Berita soal perjuangan Nyai Rondo mengubah kurikulum di Kementrian menyebar begitu cepat.

"Nyai Rondo seperti bapak singa yang tak mau dipuji melindungi keluarganya," ujar Bastian, saat mereka melewati Candi Papat yang berseteru seperti biasanya, Careline lagi-lagi menuduh Angela mencuri barangnya.

Sementara itu Nala menggerutu sepanjang jalan karena harus membersihkan perpustakaan minggu ini saat jam istirahat.

Ayu bersedia menemaninya, karena ia memang ingin membaca buku soal Medis Air.

"Aku dan Tanra bisa jadi kawan setia untukmu di perpustakaan Nal, Encik Petra menyuruh kami membaca sebuah buku. Jadi tak usah khawatir, tak perlu khawatir soal perempuan labil yang melihatmu penuh iri dengki."

Ayu berkata demikian karena jelas bahwa masih banyak perempuan yang membenci Nala karena Lexan pernah mengakuinya sebagai pacar.

"Huh... Sepertinya bebannya dua kali lipat lebih berat," gumam Drio yang mendengar pembicaraan mereka sejak tadi. "Edo sang pengkhianat telah gugur dari daftar orang dengan penggemar terbanyak dan pria itu..."

Ia menunjuk Lexan yang sudah berjalan jauh di depan. "Penggemarnya makin-makin karena ia hanya diam. Perempuan suka dengan pria yang tak banyak tingkah, tak macam kau Bastian."

"Kok aku lagi?" tanya Bastian yang sedari tadi diam namun masih saja kena.

"Lebih tepatnya sok," ujar Tanra. "Mengapa orang yang konon rupawan selalu membuat onar." Ia berjalan gesit, tak mau ketinggalan karena ini sudah pukul 06.58.

Murid Tingkatan Dua mendapat giliran latihan di Bagan. Engku Adya membawa mereka bersama dengan Encik Inem, lalu mendengarkan soal bagaimana proses pembelajaran di kurikulum akan berjalan. Bukan hal yang sulit, hanya menunjukkan mantra, berlatih dan maju untuk bertanding ditonton oleh yang lain. Namun karena ini adalah hari pertama, Encik Inem yang penuh gairah menawarkan tawaran istimewa : dua murid yang berani akan maju untuk bertanding, dan dapat nilai tambahan baik yang menang atau yang kalah.

Total 14 murid mengangkat tangannya. Tiga diantaranya adalah Tanra, Nala dan Bastian.

Encik Inem mengerling, memandang sekeliling dengan jeli.

"Aku memilih... Dora."

Dora tersenyum, berlari kecil ke tengah sebelum disuruh untuk maju.

Engku Yosua menopang dagunya. "Tanra. Maju."

Tanra dengan senyum miringnya melangkah.

"Sial betul," desis Ayu di telinga Nala. "Mengapa harus dia lagi."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now