BAB 32

2.2K 426 122
                                    

Ayu tak menyangka kalau kepik yang ia beli mati begitu saja. Perempuan itu menangis terisak, seperti anak kecil.

Ayu mengelus lemari kaca. "Lihatlah... Sukala jadi sendirian lagi. Kemala yang malang..."

Nala mengusap bahu Ayu. "Sudahlah Ayu, kita bisa membeli kepik lain."

"Tetapi aneh," kata Sanja. "Makanannya masih utuh dan... Sukala masih hidup."

"A-apa maksudnya?" tanya Ayu sesenggukan.

"Itu artinya kepikmu adalah hewan kanibal." Tanra menimpali. "Sudah kubilang hewan itu aneh. Mana ada kepik yang bertahan hidup selama itu. Bagaimana Sanja?"

"Memang tidak wajar, tetapi ada kemungkinan."

"Hanya lima persen, serangga yang hidup tidak pada biasanya, empat persennya dengan sihir dan satu persen secara alami. Si Kalakusmu harus kau periksakan ke Engku Taroi.""

"Sukala namanya." Ayu dengan terisak mengomel. Seraya melihat Kemala. Serangga itu mati mengenaskan tanpa kepala, dan Ayu juga yakin kalau Sukala yang memakannya.

"Darimana memikirkan seranggamu yang malang, lebih baik kau memikirkan soal ujian akhir. Besok sudah dimulai, aku ingin menyiapkan pakaianku."

"Sungguh serangga yang malang." Tiba-tiba muncul Drio. "Tetapi kurasa Tanra benar Ayu. Daripada memikikrannya lebih baik kau memikirkan ujian besok, aku juga akan ke kamar."

"Mana Bastian?" tanya Sanja.

"Dia sedang sibuk latihan takrow bersama Lexan di rooftop."

Nala memasang wajah kebingungan. "Tak biasanya Lexan mau mengajari orang lain."

"Mungkin sedang baik," kata Drio sebelum kembali ke kamar, memeluk gulingnya dengan piama berwarna kuning tua.

*

Bagan ramai oleh murid-murid dengan seragam petarung mereka. Nampak bendera yang dipasok di depan tiap-tiap golongan. Di tengah-tengah kumpulan manusia itu, ada Nyai Rondo yang menyampaikan pidato singkat berisi bagaimana tata cara ujian kali ini. Sejujurnya Nyai Rondo hanya mengulang saja, karena petunjuk dan semuanya telah dikirim ke tiap-tiap candi untuk dipelajari seminggu sebelum ujian dimulai.

Diantara beberapa peraturan yaitu : Tak boleh melakukan penyerangan saat jam makan siang dan jam makan malam, tak boleh menggunakan mantra mematikan (hanya mantra melumpuhkan) serta anak-anak yang berkhianat dan kena hukuman dilarang ikut.

"Anak-anak yang kena hukuman harus membersihkan pelabuhan pagi ini, lalu membersihkan Terhon besok."

Murid-murid bersorak. Nampak antusias dengan ujian kali ini.

"Saat gong dibunyikan, kalian semua boleh kembali ke candi masing-masing untuk bersiap-siap sebelum pergi ke pemukiman. Tepat sejam setelahnya, kalian sudah berada di pemukiman, kalian boleh saling menyerang. Ingat, tetap taati peraturan. Jika ada salah satu diantara kalian yang melanggar maka akan terjadi pengurangan poin tergantung seberapa besar pelanggaran yang dilakukan. Kurasa semua petunjuk tercantum jelas di perkamen."

Nyai Rondo mendekat ke arah benda besar berbentuk melingkar. Ia mengambil pemukul.

Dan...

GONG!

Suara tabrakan besi itu membuat murid berlarian kembali ke candi mereka. Kecuali para ketua golongan yang harus membawa bendera ke pemukiman lebih dulu. Bendera yang menjadi penentu menang-kalahnya suatu golongan.

*

Anak Candi Tellu terkejut saat tiba di candi. Ia menemukan Sanja dengan napas sengal.

"Sukala menghilang, aku melihat dia berubah menjadi manusia dan membawa Ayu pergi."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now