Part 4

245K 4.4K 17
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Richard's Pov

Aku merasa sedikit kehilangan ketika  tubuh mungil didepan ku berbalik membelakangiku lagi.

Tak menyangka juga gadis kecil ini phobia gelap. Mungkin Tuhan sedang berkehendak padaku malam ini.

Aku mendekatkan tubuhku ke arahnya. Ia sedang menghadap dinding, mungkin tubuhnya sudah menempel di dinding karena ia sengaja menjaga jarak.

“Ck..”

Aku menarik nya pelan lalu memeluknya dari belakang, ia merespon dengan cepat  “Lepasin” ucapnya pelan.

Bukannya lepas, aku makin mengeratkan pelukan itu, ku hirup aroma nya dalam dalam.
Wangi. Bibir ku tak puas kalau hanya menghirupnya saja. Aku memberikan kecupan di sekitar lehernya.

Ia memberontak dan menepis wajahku namun pelukan ku belum terlepas.

“Lo gila?” Ia berbalik menghadap ku dan hal itu membuatku lebih mudah menggapai bibirnya yang dari tadi seperti memanggil ku untuk menggigitnya.

Aku dekatkan wajahku ke arahnya, tapi ia malah menahan wajah ku dengan kedua tangannya "Jangan macam-macam!" ancam gadis kecil ini.

“Kamu ngancam, sayang?”

Deg!

Apa yang aku katakan?

Ini gila!

“Ini kamarku” ucapku lagi “Gue tau! bukan berarti lo bisa peluk gue kan?” Sahutnya dengan wajah kesal.

Aku bisa melihat ia mencibir, ternyata ia ingin aku benar-benar memakannya sekarang.
Aku menindihnya dengan cepat dan mengunci setiap pergerakannya. Matanya membulat dan ia menganga, aku yakin ia sangat terkejut.

“Dasar om-om Pedo!!” Pekiknya, Aku hanya tertawa, ia masih mengerucutkan bibir sexy nya itu.

Sial!

Mata ini tak bisa lepas dari bibirnya, mulutku gatal ingin melumatnya sampai pagi. “Jangan menggoda, gadis manis”

Aku mendekatkan wajahku lagi ke arahnya lalu menempelkan kening kami. Jarak kami sangat dekat dan pipi meronanya terlihat samar dari sini.

“Saya tidak menggoda anda, om pedo!! Enyahlah baji,,engh”

Ucapannya terhenti karena bibirnya sudah ku lumat dengan rakus. Melihat dia berbicara saja bisa membuat nafsuku naik.

Aku mengisap bibirnya kuat dan terus menekan ciuman itu, tanganku melebarkan kedua kakinya dan ku arahkan pinggangku menempel ke selangkangannya.

Ia mendorongku kuat namun bibirku belum puas sama sekali, aku melepaskan ciuman itu terpaksa saat punggungku terasa perih, mungkin sudah berdarah. Cubitan gadis ini lebih sadis dari cubitan mama.

My Bad Brother Richard (End)Where stories live. Discover now