Part 24

58.5K 2K 153
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sejam lamanya Deril menemani Eca. Ia meletakan telapak tangan tepat di depan wajah perempuan itu, menghalangi dari sinar matahari yang semakin menyilaukan.

Eca mulai bergerak beberapa kali sebelum membuka mata. Ia merenggangkan tangan dan menoleh ke arah Deril yang sudah menarik kembali tangannya sebelum ia sadari.

Deril tersenyum tipis. Eca mengalihkan pandangan ke depan. Ia melirik arloji. Pelajaran pertama sudah di mulai dua puluh menit yang lalu.

Eca bangkit menenteng tas namun lelaki disamping menariknya duduk lagi.

"Udah telat! gue mau ikut pelajaran"

"Ikut jam kedua aja" Kata Deril. Eca menatapnya. "Lepasin tangan lo"

"Nggak mau!"

Eca membuang nafas berat "Lo maunya apa sih?" Tanyanya. Malas berdebat sebenarnya.

"Gue maunya lo"

Eca tidak bersuara lagi, pikiran nya terbagi ke kejadian kemarin. Ia ingin sekali menanyai Deril mengenai wanita itu.

"Eca, jangan menghindar dari gue. Gue tau, lo butuh gue saat ini"

Deril mengusap pelan pipi Eca. Perempuan itu tak menghindar. "Gue kemarin.."

"Kemarin kenapa?"

Eca menatap manik mata milik Deril. "Kenapa lo nggak masuk akhir-akhir ini?"

Deril menggeleng dan Eca melengos ke lain arah. Tangan Deril masih menggenggamnya, Eca sedikit risih dengan itu.

"Gue jagain kakak. Dia sakit" Deril menatapnya serius. Eca menyerit, mungkin kakak yang Deril maksud adalah wanita kemarin. Arah pembicaraan ini yang Eca mau.

"Soal yang kemarin, maksud lo apa?" Tanya Eca lagi.

Melihat wajah penasaran wanita itu, Deril mendengus.

"Richard mantan pacar kakak. Mereka udah lama pisah" Ada perasaan tak rela ketika ia mengatakan itu. Deril ingin sekali berbohong kalau Richard dan kakaknya adalah sepasang kekasih.

Mungkin cara itu sangat tepat untuk memisahkan Eca dari Richard. Namun ia urungkan niat itu.

"Mereka bakal balikkan"

"Ba..balik? Gagap Eca. Detik berikutnya Ia tertawa dan Deril melihatnya keheranan. Eca menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan.

Ia tak percaya mendengar hal ini dari Deril. Kenapa Richard tak mau jujur kepada nya sejak awal? Eca merasa sangat bodoh mempercayai lelaki itu. Semua hal berharganya sudah ia serahkan percuma.

"Bodoh! Bukan lo! gue yang bodoh"

Bahu nya bergetar, Eca mulai terisak. Ia menunduk. Mengacak rambutnya frustasi. Deril masih bergeming. Tangan nya di tepis beberapa kali oleh Eca.

My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang