Part 31

50.1K 1.8K 56
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam itu di taman. Deril berdiri tujuh meter dari mobil nya yang terparkir di depan warung sate. Pandangan nya dari Eca yang masih duduk di mobilnya, terlepas dan berpaling ke jalan raya. Ia meremas ponsel di tangannya dengan rahang terkatup rapat.

"Dimana Dovan?"

Suara di seberang telfon menguap. "Baru pulang tu di sofa"

"Gue kesana!"

Sebelum suara terdengar lagi, telfon ia matikan.

*

Vas bunga melayang ke arah seorang pria yang secepatnya menunduk. "Anjing lo" Umpatnya.

"Lo yang anjing!" Deril melangkah lebar mencengkram kerah pria itu. "Gue nggak suruh lo sampai segitunya!"

"Gue bukan orang yang bisa lo suruh suruh!"

Deril memandang lawan bicaranya. Dovan menatap balik dengan satu alis terangkat. "Lo peduli sama dia?" Tanyanya sinis, menyeringai tipis saat Deril menggertakkan gigi. "Gue udah lakuin apa yang lo suruh malah marah-marah"

"Bukan berarti lo pegang tubuh Eca seenaknya!" Teriak Deril. Ia mendorong Dovan kuat. Satu bogeman melayang dari nya dan Dovan tersungkur. Dovan mendongak tertawa puas sebelum bangkit berdiri membalas hal yang sama.

"Mau berapa barang lagi yang kalian hancurin, hah?" Kali ini suara terdengar dari dapur. Ronald menyeret kaki nya dengan sebotol alkohol di tangan.

"Mending lo fokus sama misi lo!" Ucapnya pada Deril. "Dan lo juga yang salah. Udah tau anjing ini maniak" Tunjuk nya pada Dovan.

"Bangsat lo berdua!" Merasa tersindir, Dovan menunduk memungut kunci mobil, beranjak pergi.

"Van, lo jangan kemana-mana. Lo mabuk!"

"Apa peduli lo?" Balas Dovan memandang Ronald sebelum akhirnya membanting pintu Apartemen.

Deril terhenyak ke sofa. Meremas gusar rambutnya. Ronald masih berdiri memandang Deril sejenak lalu minum dari botol yang ia pegang. "Kenapa lo?"

Deril mendengus kasar. Mengepal tangannya kuat. "Dia udah tahu. Richard, bajingan itu udah tahu tujuan gue!"

Ronald meletakkan botol di meja dan ikut duduk. "Lalu apa rencana lo selanjutnya?"

Deril menggeleng singkat. "Nggak ada gambaran"

*

Atmosfer di sekitar ruang keluarga di rumah Ronald diisi oleh pemilik-nya, Dovan dan Deril yang baru saja tiba.

Dovan berdecih. "Siapa yang suruh lo ke sini?"

Deril bersenandung tak peduli ucapan Dovan, ia membanting dirinya di sofa dan di saat yang sama Dovan mengumpat. "Bahu gua anjing!"

My Bad Brother Richard (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang