AQUARIUS | 32

532 99 5
                                    

Yang baca cerita Aquarius, wajib follow!
@aquarius.bgspti
@berlin.clarissa
@one.dream12
@zakisept
@wpzakisept

hAPPY Kiyowok dulu, ABIESS Baca chapter kemarin HAHAHA :)

JANGAN LATAH BAWA-BAWA CERITA LAIN KESINI! YANG PLAGIAT BAU TAIK!

Mau next? spam sampai 100 komen dulu, yaa baru next!

Story by zakisept found me in this page!

Story by zakisept found me in this page!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AQUARIUS 32 | OUTBOND

"Kamu mungkin bisa menghilangkan benda pemberiannya, menghapus foto saat bersamanya, mengubur dalam-dalam perasaannya. Tapi apa kamu bisa menghilangkan memorinya?"
—Berlin Clarissa

****

Lyra berteriak panik saat melihat pemandangan yang tersuguh di hadapannya. Bahkan, perempuan itu sampai berlari tergopoh-gopoh dengan tangan kanan membawa rantang, tangan kiri membawa jaket hangat.

"Berlin!" pekik Lyra saat sudah berhenti tepat di tepi danau. Air yang semula tenang, mulai menimbulkan gelombang akibat dua orang keluar dari dalam danau.

Rius basah kuyup. Pemuda itu keluar dari danau dengan susah payah, bersama seorang perempuan yang berada di gendongannya.

Lyra membungkuk, bersimpuh menghadap Berlin. "Ber, bangun! Lo kenapa gini?"

Meski sudah digoyangkan beberapa kali, Berlin tetap tak ada reaksi. Bibir perempuan itu pucat pasi, layaknya mayat. Rambutnya lepek, dengan baju yang juga basah kuyup.

"LO APAIN SAHABAT GUE, HAH?!"

Gertakan Lyra, rupanya membuat kegaduhan. Kegaduhan itu juga, yang mengundang atensi beberapa siswa juga guru hingga keluar dari tenda.

"Lo jahat! Lo bego! Gue udah percaya sama lo, Yus! Kenapa lo bikin dia sampai begini?! Berlin gak bisa berenang! Dari kecil dia selalu gak berani berenang sampai ke tengah danau! Kenapa bisa begini?!"

Nada bicara Lyra semakin tak santai. Perempuan itu terlihat sangat marah. Apalagi, matanya yang memerah menahan tangis, membuat Rius hanya diam.

"JAWAB GUE!" Lyra mendorong bahu Rius, namun pemuda itu tetap diam dengan rahang yang mengeras, tangan terkepal, dan baju juga rambut sudah basah.

Pertahanan Lyra gagal. Ia menitikkan air matanya, dengan memeluk tubuh Berlin yang terbujur kaku. Ia tak masalah bajunya mulai basah karena memeluk Berlin.

Baginya. Ini lebih dari sekadar harga diri. Kenapa Berlin bisa basah seperti ini?

"Ada apa ini? Kenapa dengan Berlin?"

Pak Haikal dan Bu Zalima, datang mendekat. Tak hanya mereka, beberapa siswa juga mengekor di belakangnya. Lyra belum menjawab, masih memeluk tubuh Berlin yang mulai dingin.

AQUARIUSWhere stories live. Discover now