AQUARIUS | 50

717 45 4
                                    

Yang baca cerita Aquarius, wajib follow!

@aquarius.bgspti
@berlin.clarissa
@one.dream12
@zakisept
@wpzakisept

Setelah bangkit dari hiatus yang panjang, Aquarius update! who's excited?!

Jangan lupa untuk vote dan comment! Apapun bentuk support kalian, selalu berharga bagi penulis! follow wattpad aku karena ada info menarik seputar cerita lainnya di zakisept 

Selamat menyelami kisah Ghea-Rius-Berlin dalam chapter kali ini! Happy reading!

Selamat menyelami kisah Ghea-Rius-Berlin dalam chapter kali ini! Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AQUARIUS 50 | SUCH AN DEVIL

"Terkadang, rasa iri selalu ada. Meninggalkan bekas yang tak tersisa."

****

Rius terkejut. Dada bidangnya terdorong ke depan begitu sadar kembali ke dunianya.

Kepalanya terasa pening tiba-tiba. Bagai kerasukan, hal ini menyerap tenaganya dua kali lebih banyak. Rius mengatur deru napasnya. Ia menyangga tubuhnya dengan kedua tangan di atas meja. Mengangkat pandangan sekilas ke arah Arsen.

Ia terlambat menyadari, bahwa ternyata Edgar adalah anak Futsal yang merangkap menjadi anak Pramuka Ambalan.

"Rius? Are you okay?" tanya Arsen khawatir sembari mengelus punggung putranya.

Rius menarik pasokan oksigen sebanyak mungkin. Ia benar-benar merasakan pusing luar biasa setelah ingatannya mulai membaik satu per satu.

Ia juga mulai ingat apa yang terjadi kemarin malam, tepat ketika ia hendak ke dermaga. Pemuda itu menegakkan tubuhnya, menjauh dari Arsen.

"Rius?! Kamu paham maksud kebaikan Ayah, kan? Ayah cuma ingin bantu keluarga Berlin. Mereka berhak dapat kebahagiaan lebih. Juga termasuk kamu, pantas bahagia."

Rius mengusung senyum tulus. Pemuda itu langsung mendekap tubuh Ayahnya, mengeratkan pelukan sebagaimana ia sudah sangat rindu akan pelukan itu.

"Makasih, Yah. Mungkin selama ini Rius yang terlambat sadar motif Ayah kirim sticky notes itu setiap saat untuk Rius," katanya meletakkan kepalanya di atas bahu Arsen.

"Ayah yakin, kamu anak hebat. Buktikan ke Ayah, kamu bisa dapatkan Berlin."

Senyum Rius memudar perlahan. Pemuda itu terlihat lesu seketika. Mengingat Berlin dengan perkataannya waktu lampau yang tak bisa diganggu gugat, membuatnya bingung.

"Rius, kamu bisa, kan?"

Arsen melepas pelukannya, begitu pula dengan Rius. Pria berambut sedikit putih itu menatap ekspresi putranya yang mulai lesu.

"Hei, kenapa, Rius? Kamu ada masalah dengan Berlin?" tebaknya tepat.

Perlahan namun pasti, kepala Rius mengangguk lemas. Ia juga menundukkan kepalanya, merasa benar-benar egois malam itu.

AQUARIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang