AQUARIUS | 44

421 62 9
                                    


AQUARIUS 44 | JEALOUSLY

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AQUARIUS 44 | JEALOUSLY

"Cinta tak hanya diucapkan lewat sepatah kata, namun pengorbanan yang terasa akan membuat memori yang membekas."

*****

"Bosen, gak, sih? Pengen beli truk aja, deh."

"Lompat aja dari lantai tiga. Juga lo bakal tenang dan gak bosen."

Lyra menampik bahu Berlin yang dengan seenaknya berbicara seperti itu.

"Yeu, mati dong gue, dodol," cibir Lyra, "tapi bener juga, sih."

Berlin tak menjawab. Cewek itu sibuk membaca sebuah novel di antara kedua tangannya. Mencoba kusyuk, namun gagal karena Lyra sedari tadi mengeluh tiada henti.

"Ini guru mapel kemana, sih? Gue masih rajin, mereka gak ada. Giliran males, dateng mulu. Mintanya apa, coba?" oceh Lyra mendumel sendiri.

Siang di bawah terik matahari ini, memang membuat beberapa siswa bosan ada di dalam kelas masing-masing. Bahkan aspal jalanan hingga mengeluarkan sedikit asap karena terik matahari yang menyorot sangat panas.

"Nyari ubur-ubur, kali, buat dikawinin."

"Lo kenapa, sih? Dari tadi jawab mulu, etdah."

Berlin menutup bukunya, menoleh sekilas. Menghembuskan napas lelah.

"Gimana gak jawab? Lo dari tadi udah berisik banget, Lyra cantik. Gue gak bisa fokus buat baca novel. Lumayan jam kosong buat baca, kan."

"Ck, percuma. Dari sekian banyaknya orang yang baca buku, gak ada yang bisa baca pikiran gue dan perasaan gue," imbuhnya sok puitis.

"Idih, najis banget lo sok begitu."

"Hih, lo gak bisa bangun suasana kek biar kelihatan kalau gue lagi beneran?!"

Lyra mencebikkan bibirnya. Kesal karena Berlin mood-nya berubah-ubah. Ditambah suasana kelas yang memang berisik, tak terkontrol. Baju olahraga di bawah lantai, kaos kaki ada di atas meja, bahkan, tim cowok berkumpul di belakang menonton film biru.

"Cukup-cukup! Lo udah overdose banget baca buku. Otak lo udah kasih sinyal, tuh, kalau otak lo kebanyakan. Mending ikut gue!"

Lyra menutup buku tampilan luar yang sedang dibaca oleh Berlin dengan begitu saja. Padahal, ia masih penasaran dengan kelanjutan cerita Raib dan Seli di nove favoritnya.

"Eh, eh. Apa-apaan, sih? Ini gue baca novel bukan buku pelajaran!"

"Bentar doang, ikut gue! Ayo keburu masuk gurunya, ntar."

"Mau kemana, sih?"

"Ke Tuhan! Biar gue aduin dosa-dosa lo selama ini ke gue."

"Ya udah, gue gerakin aja bahu gue biar malaikat waktu nulis keganggu."

AQUARIUSWhere stories live. Discover now