AQUARIUS | 41

521 75 2
                                    

Yang baca cerita Aquarius, wajib follow!
@aquarius.bgspti
@berlin.clarissa
@one.dream12
@zakisept
@wpzakisept

CHAPTER INI AGAK LUCU, AGAK KHAWATIR JUGA YAA, semoga sukaa!

Kalau suka sama cerita aquarius, bisa rekomend ke temen kalian dan penerbit kesayangan kalian yuk biar terbit?? wkwkw POST DI TIKTOK JUGA BOLEH PAKE hastag #aquariuswattpad <3

Kalau suka sama cerita aquarius, bisa rekomend ke temen kalian dan penerbit kesayangan kalian yuk biar terbit?? wkwkw POST DI TIKTOK JUGA BOLEH PAKE hastag #aquariuswattpad <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

AQUARIUS 41 | JANGAN BERLIN!

"Mereka itu bukan peduli. Mereka hanya ingin tahu, apa masalah kita."

***

Udara malam ini sepertinya menusuk indra peraba manusia dua kali lebih kejam. Dingin. Hal itu yang dirasakan Berlin ketika tengah berdiam diri di balkon lantai dua.

Gadis itu sepertinya sangat menikmati terpaaan angin sepoi-sepoi yang berembus mengenai helai rambutnya. Sayu-sayup, gadis itu merasa cemas dengan ekspresi Rius yang nampak gelisah sewaktu kejadian sore tadi.

Berlin menopang dagunya. Menatap langit malam yang sudah mulai pekat. Tak ada bintang. Tak ada bulan. Mereka bersembunyi, di balik pekatnya awan mendung.

Bayangan Rius berhasil merasuk perlahan di pikiran kosong Berlin. Sepertinya, kemauan cowok itu untuk melindungi dirinya dari ancaman tak jelas belakangan ini sangat nyata dan bukan hanya ilusi semata.

Sekarang, hal yang dibutuhkan cowok itu adalah dirinya.

Dirinya yang bisa menghibur di kala Rius butuh sandaran dan tempat beristirahat.

Gadis itu diam, melirik sebuah masker wajah yang tadi ia temukan di atas meja sekolah dengan sebuah sticky notes biru di atasnya.

Perlahan, tangan perempuan itu terulur meraihnya. Menatap sepersekian detik.

"Lo masih apa, Yus? Lo butuh rumah buat istirahat?"

Gumaman Berlin seperti angin lepas yang entah ditujukan pada siapa.

"Apa gue memang bisa jadi tempat sandaran buat lo?"

Seulas senyum, terbit di bibir Berlin. Ia tak boleh membuat Rius kecewa dengan tidak menghargai pemberiannya. Gadis itu membuka penutup kemasan masker wajah perlahan.

Tanpa butuh waktu lama, Berlin sudah mengoleskan masker wajah tadi dengan menggunakan brush agar lebih merata mengenai permukaan kulit wajahnya yang lembut bagai pantat bayi. Astaga, pantat bayi, gak tuh.

Perempuan berambut panjang itu mengusung senyum lebar, saat beberapa menit menyelesaikan olesan masker cair tadi di permukaan wajah.

"Soswit banget, sih. Tengil-tengil perhatian, deh."

Berlin mematut diri di depan kaca mini yang ada di atas meja kayu usang terletak di atas balkon lantai dua kamarnya. Semerbak aloe vera mulai menyeruak.

AQUARIUSWhere stories live. Discover now