#03 Moonsung dan pelatihnya

7.8K 1K 102
                                    








"Moonsung, ada yang nyariin." Pelatih dojo itu menunjuk ke arah pintu, dimana Hobin berdiri kikuk sembari menenteng sesuatu.

Moonsung kemudian berdiri dengan cepat. Melewati pelatihnya dan segera saja berdiri didepan Hobin yang tampak gugup.

"Hobin?"

Hobin tersenyum kikuk, "Moonsung, makasih udah bantuin aku bikin konten youtube kemaren. Aku bawain sesuatu buatmu."

Moonsung melirik kesebuah plastik yang lumayan besar, Hobin menentengnya kemari untuk diberikan padanya. "Apa itu?" tanyanya.

"Ini snack...? Sori aku ga bisa kasih uang. Kau bisa maklum, kan?" tanya Hobin, sambil tersenyum tak tahu malu.

Jelas Moonsung tahu maksudnya. Hobin kan sayang sekali pada uangnya. Lebih baik membelikannya sesuatu yang tidak menghabiskan banyak uang tapi terlihat banyak, daripada memberikannya setumpuk uang.

"Sebenarnya, ini ga perlu," ujar Moonsung. "Gue seneng kalo ada yang mau belajar."

Hobin kemudian mengusap lehernya dengan tak nyaman, lalu kemudian menatap sang pelatih yang mengodekan sesuatu pada Hobin.

Hobin menggeleng pelan tanpa suara, namun, sang pelatih, dari kejauhan tampak memohon dan hampir saja berlutut jika Hobin tak melotot dan menggeleng heboh. Meminta sang pelatih untuk tak melakukannya.

Moonsung yang tampak menyadari gelengan kepala Hobin melirik kearah pelatihnya. Matanya tampak marah karena sang pelatih diam diam membicarakan sesuatu kepada Hobin tanpa sepengetahuannya.

"Pelatih, apa-apaan itu—" belum sempat Moonsung berjalan kearah pelatihnya, Hobin menarik kaus yang dipakai Moonsung dengan pelan.

Moonsung menoleh. Merasakan kausnya ditarik oleh Hobin yang kemudian menatapnya dengan gugup dan ragu-ragu,

Moonsung melihat pipinya memerah. "Apa ini..."

"Moonsung, jangan bolos dari dojo lagi," kata Hobin, tiba-tiba.

Moonsung terdiam, melihat Hobin yang kemudian menarik kausnya dengan dua tangan, seperti anak kecil yang baru saja terpisah dari orangtuanya.

"Jangan bolos dojo... Dan... Jangan terlalu keras ke anak yang baru belajar. Kau keren kalau sedang ada di ring..  Jadi..."

Hobin menutup matanya dengan gelisah. Rasanya ingin dia membunuh dirinya sendiri saking malunya, "P-pokoknya, jadilah penurut ke pelatihmu mulai sekarang...! Kalau kau menurutinya, aku akan... M-men men—"

Moonsung menatapnya dengan wajah memerah. Menunggu ucapan selanjutnya dari Hobin. "Men... apa?"

Hobin kemudian berseru dengan agak keras, "M-menciummu! Oke! Akhh lupakan. Aku pergi, ya!"

Setelah berkata seperti itu, Hobin benar benar menghilang secepat kilat tanpa sempat Moonsung cegah. Melihat itu, pria yang tengah terbatu dengan tumpukan snack ditangannya itu kemudian berjongkok ditempatnya.

Moonsung menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Wajah dan telinganya sukses memerah. Semua orang menyorakinya dan itu termasuk pelatihnya. Dia bahkan tidak sanggup bangkit untuk memarahi sang pelatih yang jelas jelas meminta Hobin mengatakan itu padanya.

Itu semua karena ucapan Hobin kemarin makanya Moonsung membuat masalah di dojo akhir akhir ini. Dan pelatihnya sepertinya membuat Hobin jadi pereda semua itu.

Namun meskipun Moonsung tahu bahwa Hobin mengatakan itu karena permintaan pelatihnya, dirinya tetap merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajahnya sukses memerah seluruhnya, dan dia bahkan tidak peduli dengan godaan semua orang.

Yang jelas, Moonsung sedang senang.





***





Hobin menarik nafas panjang. Akhir-akhir ini semua orang sangat aneh padanya. Terutama Ji Yunwoo dan Sung Taehoon.

Dulu mereka bertindak seadanya saja tapi sekarang, sejak kejadian di kamar itu mereka bertingkah seperti didunia ini hanya mereka manusia yang pantas hidup.

Hobin sejak kejadian dikamar dimana Yunwoo dan Taehoon bertengkar karena masalah memalukan, Hobin kabur dari sana karena hilang mood, dan malu juga.

Sejak saat itu, Kapanpun Yunwoo dan Taehoon saling bertemu dikantor, maka segera saja LIVE MMA pun diadakan langsung didepan mata siapapun yang melihat.

Bahkan saat Yunwoo menarik nafas saja mampu membuat emosi naik kekepala Taehoon. Itu benar benar jadi masalah, dan Hobin cukup bingung dengan cara mengatasinya.

Dan Rumi yang pertama sadar kenapa Hobin sering menarik nafas akhir akhir ini.

"Kenapa? Mikirin Yunwoo sama Taehoon?"

Hobin mengangguk. "Iya."

"Hei, ada yang terjadi ya 3 hari lalu? Mereka sengit sekali sejak saat itu. Apa yang terjadi?" tanya Rumi, langsung.

"Oh..." Hobin terdiam, bingung apakah dia boleh mengatakannya atau tidak.

"Menurut gue mereka bertengkar karena lo, yes or yes?" tebak Rumi kemudian.

"Bagaimana kau tahu...??"

Rumi tertawa kemudian, "Sudah kuduga, sih. Lo itu walau menyebalkan dan mikin kesal kadang, tapi ga dipungkiri kalo itu tipe yang buat orang kepikiran sampe suka."

"Hah??" tanya Hobin, tak paham.

"Dasar anak kecil. Intinya, lo itu punya kemampuan untuk membuat seseorang suka sama lo, tolol."

"Ehhh, ga mungkin."

Rumi ingin rasanya menghajar Hobin sekarang.

"Hei, terserah sih kalau kau mau mendengarkan ini atau tidak... Tapi Hobin,"

Rumi mendekat kearah Hobin seraya membisikkan sesuatu yang terasa sesat ditelinganya. "Satu-satunya cara untuk membuat mereka damai adalah, berikan apa yang mereka mau, secara adil. Gue jamin besok besok ga akan ada perang apapun lagi."

Hobin membeku mendengar perkataan Rumi. Saat wanita itu pamit pergi meninggalkan Hobin, cowok itu kemudian melirik kebawah. Bagian celananya yang perlahan terasa tegang karena memikirkan apa maksud Rumi.

Apa...

Dia harus membiarkan Yunwoo dan Taehoon melakukan 'itu' padanya??

Itu akan memalukan!!

Sial...

Hobin dilema.

Hobin Wants A BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang