#17 - trapped...

5.6K 689 170
                                    



Mau ngadu dikit, masa temenku bilang, aku nulis nsfw nya  kurang. desahnya juga dikit banget katanya.

Kan.. aku jadi baca nsfw orang buat nyari tau nsfw yang dia mau tuh kaya gimana sebenarnya...

Tapi aku ga paham anjir, kan orang gaya nulisnya beda yak, kenapa dia malah ngatur2 diriku hrs sama kek org lain🥲



***





"244... auh, maksudku... om... jangan..." Hobin merintih, meminta tolong agar Jinho berhenti. Tapi pria itu tidak memedulikannya. Dia sibuk mencium aroma tubuh Hobin yang baru saja mandi dengan nikmat.

Bau harum dari buah segar dan kulit halus itu memanjakan Hidungnya, dan Jinho seakan lupa segalanya saat menenggelamkan hidungnya pada bau yang menyegarkan itu. Saat dia bersetubuh dengan wanita itu kemarin, dia hanya mencium parfum yang menusuk hidung dan rintihan berisik yang membuat nafsunya menghilang.

Tetapi, begitu mencium baunya Hobin, dia seperti merasakan sesuatu yang segar menyeruak ke hidungnya, Jinho suka itu.

"244," panggil Hobin.

"Hm...?" Balas pria itu, pelan.

"Aku... akan marah jika kau melanjutkannya." Suara Hobin bergetar. Ketakutan saat Jinho yang seperti kehilangan akalnya menciuminya seperti itu.

Mendengar suara Hobin yang bergetar, Jinho segera saja mengangkat kepalanya. Tersadar jika dirinya sudah bersikap kasar pada Hobin dan sekarang lelaki kecil itu menatapnya dengan takut,

"Astaga... apa saya menakutimu?" Tanya dia.

Jinho, selama hidupnya tidak pernah menggunakan nada yang lembut dan irama yang sopan kepada orang lain. Tetapi, saat melihat Hobin yang bergetar dengan air mata yang hampir jatuh,

Dirinya refleks merasa bersalah dan melembut dengan sendirinya. Dia menghapus air mata Hobin yang jatuh dan kemudian mengusap pipi Hobin dengan wajah tidak tega. "Saya minta maaf."

"P-punggungku sakit," keluhnya.

"Benarkah?" Jinho dengan panik memeriksa punggung Hobin dan menemukan dasinya mengikat tangan Hobin sepenuhnya. Dan itu terlihat sangat kuat.

Dengan tergesa-gesa, Jinho melepaskannya. Wajahnya terlihat menyesal, dan dia mengelus punggung Hobin dengan lembut,

Sampai-sampai Hobin merasa sedang di puk-puk oleh ibunya.

Perasaan takut itu hilang, digantikan perasaan nyaman saat Jinho nenaruh kepala Hobin didadanya yang kekar. Itu sangat nyaman, dan... seksi juga.

Apalagi Jinho memperlakukannya dengan lembut, bagaimana bisa ia tidak luluh?

"Ada lagi yang sakit?" Tanya Jinho, setelah kemudian memegang kepala Hobin, memastikan anak itu tidak menangis lagi,

"Tidak..."

"Maafkan saya."

Jinho menyeka rambutnya kebelakang. Tampak ujung rambutnya basah karena keringat, dan wajah Jinho tampak sangat frustasi.

"Sebenarnya... kenapa anda begitu tadi?" Tanya Hobin, sopan.

Jinho menghela nafas berat, "Aku hanya... bingung ingin melampiaskan ini kemana lagi."

Saat itulah Hobin paham apa maksudnya. Mengingat bagian bawah Jinho yang masih saja tegang.

"Saya menyewa banyak orang. Tapi mereka semua sampah. Menenangkan yang satu ini saja tidak becus."

Hobin meneguk ludah. Apa benar tidak ada yang bisa memuaskan penis besar yang tampak legit itu?

Tidak satupun?

"Kenapa begitu?" Tanya Hobin,

"Mereka terkapar sebelum aku selesai. Tidak berguna. Saya merasa seperti uang itu hanya terbang ke langit saja."

Hobin tercekat. "Uang?"

Ups. Hobin tidak bisa mengendalikan ketertarikannya pada uang. Ketika menyadari ucapannya, dia buru buru menutup mulutnya dengan rapat. Bahaya.

"Benar. Saya membayar mereka 1 juta won untuk setiap malamnya karena mereka bilang kemampuan orang orang itu yang terbaik. Tapi sialnya itu tidak benar."

"S-satu juta won?" Hobin melotot lagi. Sial. Dia bahkan membutuhkan 3 video untuk mencapai uang sebanyak itu. Dan lagi, dia memar sekujur tubuh demi uang sebanyak itu, dan mereka, bisa mendapatkan uang itu hanya dengan tidur dengan Jinho?

"Bocah," Jinho mengelus rambut Hobin dengan asal-asalan. "Saya punya banyak uang. Just for your information."

"Begitu ya...? Apa karena kamu youtuber dengan subs jutaan, makanya kamu punya uang sebanyak itu.. aku iri."

Jinho mengerutkan alisnya, "youtube?"

"Iya. Bukankah kau mendapat uang dari sana?"

Jinho terkekeh lucu, "Uang yang berasal dari sana bahkan tidak bisa membeli jam tangan saya. Kamu pikir saya punya uang sebanyak itu dari bermain video-videoan saja?"

"Em... jadi bukan?'

Jinho terkekeh. "Saya punya pekerjaan lain."

"Oh ya?"

"Benar." Jinho tersenyum, "Dari pekerjaan itu... saya bisa membayarmu berapapun yang kamu mau. Untuk satu malam, Hobin."

Jinho sepertinya menemukan tali kekang untuk Hobin.

Melihat Hobin yang bukannya marah namun malah terdiam dan tampak berpikir.

Otaknya beradu sengit dengan hatinya.

Disisi lain, dia merasa seperti selingkuh jika mengiyakan Jinho. Disisi lainnya, Jinho itu...

Lumayan tampan. Punya banyak uang. Dan terlebih... penisnya terlihat enak.

Ah.

Tapi masalahnya, Hobin sudah berjanji untuk memberikan ketiga singa itu jatahnya. Jika ditambah Jinho...

Sial. Hobin tidak mau.. lubangnya bisa luka parah.

Sialnya didekatnya tidak ada yang namanya pria yang kecil.


"Aku akan memikirkannya jika kau mau melakukannya dengan lembut, dan memastikan aku tidak merasakan rasa sakit."

Jinho tersenyum kemenangan ketika Hobin memegang ujung pakaiannya.

"Saya...."

"Akan usahakan."

Hobin Wants A BadboyWhere stories live. Discover now