#16 - mampus

5.1K 693 243
                                    






"Kontolnya maju banget bang, lagi mikirin siapa?"

Si anjing.

Lee Jinho langsung mengurut kepalanya yang pening itu, rasanya ingin dia berteriak atau berendam di air dingin demi meredakan api yang menggelora dalam dirinya sekarang ini.

"Gak ada." Jinho berucap datar, seolah-olah sesuatu dicelananya itu sama sekali bukanlah apa-apa.

"Kangen cewek?" Tanya lelaki itu.

"Tidak," jawabnya.

"Lelaki?"

Jinho mengerang pelan, "Bisa jadi."

"Bang, lo mikirin lelaki? Serius?"

"Tidak. Dia hanya seorang bocah," jawab Jinho, lagi.

"Apa? Bocah esde gak?" Tanya lelaki itu lagi, kepo.

Jinho mendecak sebal, "memangnya saya gila?"

( btw ngubah cara ngomongnya Jinho karena dia kan om om ya kack, mana ada om om gahol )

"Jadi? smp? sma?"

"SMA. Tahun terakhir."

"Entot aja."

Jinho langsung berdiri dengan tatapan garang. "Apa maksudmu?"

"Kalo tadi lo bilang bocah sd atau smp, gue bakal laporin polisi, bang. Tapi eh udah cukup umur, perkosa aja."

"Walaupun ucapan itu hanya candaan, tapi saya tidak akan melakukan itu," jawab Jinho. Dia kemudian mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya dan menghisapnya dengan nikmat. "Lagi pula, tidak ada yang bisa dilihat dari bocah kecil itu. Orang yang melihat dia akan mengira dia bocah smp entah dari mana."

"Tidak ada yang bisa dilihat tapi ko ngaceng," gumam lelaki itu. Membuat Jinho kemudian meliriknya dengan tatapan membunuh,

"Ada kata-kata terakhir?"

Temannya itu tertawa saat melihat Jinho mengacungkan sumpit besi kelehernya,

Lucu juga melihat Lee Jinho kesal.

"Kau harus menyelesaikan itu secepat mungkin." Ucapnya, nadanya berubah, yang tadinya terdengar jenaka menjadi serius. "Akan ada pertemuan khusus nanti. Kau tidak berniat memamerkan kontol itu kesana kemari, kan?"

Jinho menggeram, "Suatu hari nanti saya akan membunuhmu. Jika kau tidak ingin itu terjadi, lebih baik mulai sekarang pakai bahasa yang sopan."

Lelaki itu tertawa, "Ah, baiklah. Maaf, aku sempat hidup bersama preman kampung beberapa tahun, jadilah begini." Jinho hanya memberikan tatapan tanpa ekspresi kepada lelaki itu. Syukurlah dia paham dan buru-buru memperbaiki tata cara bicaranya, sebelum Jinho menarik lidahnya sampai putus.

"Beritahu 'mereka', saya akan turun ke rapat khusus sesuai yang dijadwalkan. Mengenai urusan penisku, aku akan mengurusnya sendiri."

Jinho kemudian pergi dari sana dengan tampang yang sangat yakin.



***


Itu tidak semudah yang dibayangkan. Lee Jinho sudah mencoba semua cara untuk menidurkannya kembali tapi, setiap dia masturbasi, bayangan Hobin dan suara manis itu terus terngiang-ngiang ditelinganya.

Penis Jinho tidak juga tidur dan puas. Ketika Jinho berhasil menidurkannya, Jinho tidak bisa berhenti memikirkan Hobin dan kemudian penisnya mengeras lagi.

Dia sangat frustasi.

Sampai akhirnya, Jinho memutuskan memesan wanita. Dan itu masih juga belum cukup. Wanita itu terbaring lemas dikasurnya karena tidak tahan, tapi Jinho dan penisnya masih berdiri tegak.

Dia akhirnya memilih keputusan sulit itu, dia memilih untuk memesan pria yang mirip dengan Hobin postur tubuhnya. Dia tidak bisa menghentikan dirinya memikirkan Hobin dibawahnya, menangis dan memanggil dirinya daddy, dengan frustasi.

Lee Jinho mungkin sudah gila.

Dia sebenarnya berniat untuk membeli kondom yang habis saat bertempur siang malam dengan wanita yang dia pesan, tapi entah kenapa kakinya berjalan ke supermarket dimana Hobin membawanya kali itu.

Ketika dia sudah membeli satu box kondom, dia memutuskan untuk berdiri didepan supermarket dan merokok. Berusaha menenangkan pikirannya yang amburadul.

Tapi, saat dia mendengar suara senandung kecil mendekat, kepalanya refleks menoleh kearah suara. Dan melihat Hobin tengah berjalan santai ke supermarket.

Penisnya yang tadinya sudah agak tenang mengeras seperti batu. Jinho tidak bisa menahannya.

Hasrat untuk membawa Hobin kesuatu tempat dan memasukkan penisnya segera.

Hobin yang melihat Jinho disana, dengan wajah polos, kemudian berniat memanggil pria itu dengan panggilan erotis seperti kemarin.

Tapi, begitu dia mendekat, Hobin terkejut karena Jinho menariknya dengan kasar dan mendorongnya masuk ke mobilnya.

Hobin tidak bisa melakukan apapun untuk protes ketika Lee Jinho langsung mengunci pergerakannya. Hobin melihat pria itu melepas dasinya yang melilit leher maskulin itu, dan mengikat tangannnya dengan itu.

Hobin meringis. Jinho mengikat tangannya dengan kuat, sampai-sampai dia merasa tidak mampu menggerakkan jemarinya sedikitpun, karena Jinho juga mengikat telapak tangannya.

"Kenapa? Apa kamu tersinggung aku begitu? Maaf. Aku gak akan-"

"Lanjutkan."

Jinho tidak tersenyum, dan matanya tidak fokus lagi. Hobin bisa merasakan nafas Jinho yang memberat tidak beraturan. Dan tangan kekar itu kemudian mengelus wajahnya,

"Panggil saya seperti itu lagi. Hobin."

"Apa...?"

Jinho mencubit dagu Hobin dengan kasar, "Bagaimana ini? Kesabaran saya hampir habis. Saya... ingin memasukkannya sekarang."

"Sebenarnya apa maksud—" ucapan Hobin terhenti ketika Jinho mengangkat tubuhnya untuk duduk sepenuhnya di pangkuan Jinho. Saat itulah Hobin bisa merasakan sesuatu yang keras menekan dan menusuk paha sampai bokongnya.

Hobin bergidik. Saat melihat Jinho yang menatapnya dengan gairah,


"Auh, mampus aku."

Hobin mengumpat.





Hobin Wants A BadboyOn viuen les histories. Descobreix ara