#23 - perkara pergi sekolah

5K 580 194
                                    





***

Taehoon ketagihan. Mengigit paha dalam Hobin yang mulus seperti anak perempuan. Apalagi sekarang Hobin itu berolahraga dengan seni bela diri, Taehoon bisa merasakan otot pahanya tipis tipis dibalik pahanya yang putih itu.

Hobin sekarang ini sudah sangat sadar sekali, sejak pertama kali Taehoon mengigit pahanya di hotel waktu itu. Taehoon menyukai pahanya. Karena, sekarang Taehoon sibuk menjelajahi pahanya dan meninggalkan bekas kecupan dan gigitan yang sepertinya akan membekas selama seminggu.

Apa karena Taehoon masih dendam kepada Moonsung atau dia hanya sangat memuja pahanya Hobin? Entahlah.

Jari jemarinya yang panjang sibuk mencubiti permukaan lubangnya yang kembali menciut karena lumayan lama didiami. Hobin hanya bisa mendesah pelan dengan perlakuan Taehoon padanya. Bagaimana tidak? Dia kan terikat diselimutnya itu. Padahal, dia sangat ingin menyentuh rambut Taehoon dan mengacak ngacaknya dengan segenap tenaganya yang tersisa.

"Ungh...!" Hobin mendesah tertahan lagi ketika puncaknya sampai. Padahal Taehoon sedari tadi hanya mencium pahanya dan memainkan analnya, bisa bisanya dia keluar gara gara itu, memalukan.

Tapi ternyata hal itu lah yang ditunggu Taehoon. Setelah Hobin mencapai pelepasannya, dia kemudian menekan kaki Hobin lagi dan membuka pahanya lebar lebar. Tersenyum sinis setelah melihat lubang Hobin berkedut kedut setelah pelepasannya.

"Gimana caranya lo ngehamilin cewek lo nanti kalo sperma lo dikit gini?" Ledeknya, sembari memosisikan penisnya itu didepan lubangnya Hobin.

Hobin cemberut mendengarnya, "Memangnya ada cewek yang mau sama aku? Dulu aja dapet cewek udah susah, sekarang malah dianuin cowok lagi."

Taehoon hanya tersenyum sinis, "Lo itu emang ga dapat cewek, tapi lo dapat idamannya mereka. Harusnya, lo itu..." Taehoon menhentikan ucapannya sejenak, karena,

Jlebbb!!

"A... aghhh!!" Hobin menengadah keatas ketika penis Taehoon memasukinya tanpa jeda sama sekali. Taehoon hanya memasukkan setengah dari penisnya, tapi kaki ramping Hobin sudah bergetar hebat, berusaha menyesuaikan ukuran penis Taehoon dilubang sempit itu.

"Lo bersyukur disukai banyak cowok yang bahkan ga bisa didapetin cewek cewek itu."

Hobin kemudian mengedipkan matanya, perlahan air mata mengucur dari sana dan dirinya mengigit bibirnya sendiri dengan geram, "Taehoon... ini pertama kalinya.... ugh, aku... ngerasain itu secara sadar."

Taehoon mengangguk tak peduli, "Lalu?"

"Terlalu... ugh, besar dan kasar..."

"Apa maksudnya?" Taehoon kemudian mengungkung Hobin di antara kedua tangannya, dan kemudian, dalam sekejap paksa menghentak masuk tanpa peringatan sama sekali.

"Agh!!!" Hobin berteriak nyaring lagi, "Rasanya seperti sesuatu yang besar masuk secara paksa. Kasar sekali, Taehoon..."

Taehoon kemudian memegang pipi Hobin dengan kedua tangannya, lalu mencium bibir kecil itu dengan penuh gairah, sementara penisnya kembali keluar masuk dengan pelan dilubang Hobin, karena Hobin bilang miliknya terlalu kasar dan besar untuk ditangani Hobin.

Hobin itu... masih saja amatir dalam ciuman. Tapi, Taehoon tidak terlalu memedulikannya. Penisnya terasa semakin mengeras ketika desahan pelan keluar dari bibir itu, namun harus tertahan karena ciuman menuntut darinya.

Apa karena Hobin tak bisa melampiaskan rasa nikmat dan sakit dari tusukan penis Taehoon itu, makanya sedari tadi lubang itu berkedut kedut tanpa henti. "Anjing, lubang lo kayaknya suka banget sama penis gue, Hobin."

"Umhh.."

"Hobin," Taehoon kemudian mencium leher itu dengan gemas, sembari mempercepat temponya.

"H... hyah Taehoon..."

"Pilih gue."

"Ungh?"

"Pilih gue jadi pacar lo."

"Agh!!" Hobin berteriak lagi ketika merasakan penis itu menyundul titik manisnya dengan kasar, rasanya tidak bisa dibayangkan saking nikmatnya.

"Hobin," panggil Taehoon lagi. "Gue bisa gila kalo ngeliat lo dipake bangsat-bangsat itu lagi lebih lama."

"Taehoon.. pelan... lebih pelan..."

"Maaf." Taehoon mencium kening Hobin dengan lembut, tetapi bagian bawahnya terus semakin cepat menghajar lubang kecil itu sampai membuat Hobin tidak bisa berpikir jernih dibuatnya. "Gue ga bisa ngendaliin ini, sialan, lo ketat banget. Hmh..."

"Ahh.. shh... umh, Taehoon..."

"Hobin, lo ketat banget, penis gue rasanya kayak dipijat habis sama lubang lo.. kayaknya gue bentar lagi keluar."

"Taehoon, please... pelan dikit."

"Sorry. Gue ga bisa pelan, gue ga bisa berhenti karena lubang lo enak banget. Shit."

Taehoon keluar di dalam Hobin setelah beberapa kali stimulan didalam lubangnya itu, Hobin sudah kelelahan, tapi ketika melihat Taehoon masih berdiri tegak dengan senyuman senang,

Hobin tahu kalau malam ini tidak akan di lalui dengan mudah.

***

Taehoon itu lumayan perhatian setelah menyelesaikan semua urusan penisnya. Dia membersihkan tubuh Hobin, membereskan semua yang berantakan akibat seks mereka tadi, dan menyuapi Hobin es krim juga...

Tapi benar kata Taehoon, setelahnya memang mood Hobin sudah tidak lagi seburuk itu. Malah dia sekarang sibuk menonton film dengan Taehoon.

Padahal Taehoon itu suka banget sama action sampai sampai ga mau beranjak kalo sedang asyik nonton. Tapi saat Hobin bilang lagi haus, dia segera mengambilkan air minum dan memberikannya pada Hobin.

Boyfriendable sekali bukan?

Saat Taehoon asyik didalam filmnya, tapi tetap menjawab pertanyaan random yang Hobin lontarkan tanpa jenuh sama sekali, Hobin kemudian tersenyum sendiri sembari memeluk bantalnya.

Taehoon itu manis sekali jika keinginannya terpenuhi.

Sosok yang jahat itu tidak terlihat lagi dan hanya ada sosok yang perhatian.

"Aku besok sekolah tapi pantatku sakit banget."

Taehoon yang asyik menonton kemudian menjawab, "Gue anter."

"Kamu kan ga punya kendaraan?"

Taehoon tersenyum tipis, "Banyak yang bakal minjemin kalo gue minta."

"Aku ga suka naik motor. Pantatku masih sakit," protesnya.

Mendengar itu, segera saja Taehoon menoleh kearahnya dan bersiap membuka paha Hobin dengan ekspresi sendu, "Salepnya ga mempan?"

"B-bukan!" Hobin menutup pahanya dengan panik. "Mempan kok salepnya. Tapi pasti masih kebas besoknya."

Taehoon kemudian menatap Hobin dengan ekspresi yang tak bisa digambarkan, entahlah. Mungkin rasa bersalah? "Besok gue gendong."

"Apa? Aku berat," protes Hobin.

"Wkwk, berat apanya?" Ledek Taehoon. "Kaki lo aja kurus banget kek gagang sapu."

"Apa?"

"Enggak." Taehoon kemudian diam. Memilih tidak mencari masalah pada uke yang pantatnya sedang sakit. "Lo mau seberat apapun ga bakal lebih berat dari mangi. Gue sanggup gendongnya."

"Tapi... kamu sendiri gak kesekolah?"

"Sekolah. Abis nganterin lo."

"Jauh dong? Sekolah kita beda."

Taehoon kemudian hanya tersenyum ganteng :(

"Ribet banget lo perkara pergi sekolah. Tenang aja, kalo gue mah telat gapapa. Yang penting lo aman sampai sekolah."

Hobin kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di bantal itu dengan perasaan campur aduk.

Rasanya dia semakin menyukai Taehoon saja.

Hobin Wants A BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang