#18 - persetan

5.5K 636 88
                                    

Annyway, apapun yang ada di cerita inii  selain penokohan  ga terjadi di cerita asli. Jadi wajarin aja ya kalo there's something that dont fit the actual story.

****

"Pak ketua dewan setuju dengan semua permintaan kalian. Kenapa kalian memasang wajah seperti itu?" Lee Jinho mengetuk-ngetuk mejanya dengan ujung jarinya, sementara semua orang pada rapat itu melirik satu sama lain. Jinho mengerti jika ada sesuatu yang ingin dilakukan orang orang serakah ini,

Tapi mereka masih takut pada Jinho.

"Haruskah aku paksa kalian...?" Gumam Jinho, tapi jelas semua  orang di ruangan itu paham apa yang akan mereka alami jika sampai Jinho memaksa mereka.

Jadi salah satu dari mereka kemudian berdiri menghadap Jinho. "Kapan anda akan menstabilkan dunia newtube?"

Lee Jinho tersenyum, "Apa maksudmu?"

"Setelah perusahaan kecil milik Sungjoon hancur oleh how to fight, harusnya sekarang anda memikirkan cara untuk menanggulanginya." Jelasnya. "Tapi mengapa sampai sekarang anda masih diam saja?"

"Aku... diam saja katamu?"

"Jika anda tidak mampu menggandeng channel besar lagi, maka kami akan mengambil alih semuanya."

Jinho tertawa kecil, sejujurnya, dia masih tidak mengerti mengapa mereka semua sangat menginginkan pekerjaannya Jinho, tapi Jinho bahkan tidak peduli apa alasannya. Niat awalnya memang menghancurkan channel Hobin, tapi rasanya sekarang tindakan itu sama sekali tidak diperlukan dan buang-buang tenaga.

"Aku berniat menghentikan pekerjaan itu. Selain channelku, aku akan menutup semua yang berhubungan dengan hal itu."

Semua orang tampak riuh, membicarakan keputusan tiba-tiba dari Lee Jinho,

Seseorang dari mereka berdiri, hendak menyatakan pendapatnya yang tidak berhasil dia katakan. Karena tepat sebelum dia bicara, kepala pria itu lebih dulu meledak dan darahnya berceceran dimana-mana.

Berkat itu, semuanya terdiam dan kemudian memerhatikan Jinho dengan ekspresi kaku, ketakutan.

"Aku belum memberikannya ijin berbicara," katanya. "Kalian semua harusnya paham. Kalau disini perintahku adalah dekrit. Akhir-akhir ini aku memang terlihat lunak, ya? Jadi kalian berani meninggikan kepala kalian saat aku sedang duduk?"

Semua terdiam kembali, suasana hening membunuh mereka semua. Dan Jinho, kemudian berdiri dengan ekspresi tajam, "Ah, sialan. Kalian merusak hari bagusku."

Setelah berkata begitu, Jinho berjalan dengan cepat keluar dari ruangan itu.



***



Yoo Hobin memang gila. Saat itu, Jinho menatapnya dengan ekspresi yang sangat sulit untuk ditolak. Apalagi saat Jinho berbicara dengan lembut kepadanya, tidak seperti biasanya. Saat Jinho menawarkan tawaran itu, harusnya dia berkata akan memikirkannya dengan tegas, tapi malah berakhir dengan Jinho datang kerumahnya dalam 10 menit lagi.

Bagaimana lagi?

Sepertinya Hobin jatuh lagi kedalam perangkap pria lain.

Saat tidak memakai tato anehnya, Jinho terlihat sangat dewasa sampai-sampai dirinya menelan ludah. Dat vibes. Mau sedewasa apapun Taehoon, Yunwoo atau Moonsung, tidak akan bisa menandingi pria berumur yang asli.

Lagipula dia kasihan saat mendengar Jinho terus memikirkannya sampai-sampai tak fokus dengan pekerjaannya...

Hobin masih tenggelam dalam pikirannya ketika mendengar suara bel dari depan rumahnya.

Dia berlari dengan tertatih-tatih, mengintip siapa yang ada didepan pintu dari lubang kecil di pintu rumahnya. Meski dia tahu siapa itu.

"Saya datang tepat waktu. Jam 4 pagi."

Itu yang dibilang Jinho kemudian. Dia memang berkata sih, akan datang jam 4 pagi karena pekerjaannya baru selesai saat itu,

Jadi dengan gugup Hobin membuka pintu. Dan disana ada Jinho yang tersenyum, entah apa motifnya.

Tapi begitu Hobin menyingkir dari pintu untuk membiarkannya masuk, dia terkejut ketika Jinho mencuri ciuman dikeningnya. "Saya tidak akan mulai sebelum kamu yang minta. Kenapa tegang begitu?"

Hobin mengusap keningnya yang dicium Jinho dengan pipi memerah malu, sementara Jinho sudah mulai masuk setelah mengganti sepatunya.

Rasanya Hobin jadi tenang kembali karena Jinho berkata seperti itu tadi, tapi dia langsung terkejut lagi ketika Jinho melepas jasnya.

Dan kemudian dasinya juga,

"Em.. aku akan gantung jasnya."

Jinho tersenyum lalu memberikan jasnya pada Hobin yang terlihat ling-lung.

"Hobin," panggilnya.

"Y-ya?" Jawabnya.

"Sejujurnya saya kemari karena mood saya sedang buruk. Maukah kamu mendengar?"

Setelahnya, Hobin dengan semangat duduk disamping sofa yang diduduki Jinho dan kemudian memandangnya dengan tatapan menggemaskan.


"Saya lelah bekerja dengan orang-orang bodoh yang tidak tahu malu. Bagaimana menurutmu?"

"Apa aku boleh tahu konteksnya?" Tanya Hobin.

"Sebenarnya tidak boleh."

Hobin lalu menumpukan tangannya paha Jinho kemudian dan menatapnya Jinho denhan penasaran, "Kalau begitu apa sebenarnya ada cara supaya aku boleh tahu?"

Jinho melirik tangan Hobin yang menumpu pada pahanya dengan tajam, lalu menyeringai.

"Biasanya saya memberitahukan informasi kepada seseorang saat sedang menyiksanya. Karena pada saat itu otaknya akan kacau dan sebagian dari ucapan saya tidak akan masuk ke telinganya. Tapi... Yoo Hobin,"

"... Ya?"

"Haruskah saya menyiksamu?"

Saat wajah Jinho mendekat pada Hobin, lelaki kecil itu mundur beberapa jengkal dari sofanya. Sedikit gemetar karena tidak tahu apa konteks dalam ucapan Jinho yang memyeramkan.

"... tolong,"

"Saya tidak akan berusaha untuk mengurangi tenaga saya."

"Kau berkata tidak akan melakukannya jika aku tidak meminta."

Jinho melepas tali pinggangnya dengan kasar, lalu menatap Hobin dengan senyum yang merekah,

"Persetan."










Hobin Wants A BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang