#09 - haha

5.6K 737 103
                                    










"Hari ini katanya Moonsung ada pertandingan, lo mau gantiin gue nyemangatin dia ga, hobin?"

Bomi nanya kaya gitu ke Hobin yang baru aja pulang dari sekolah. Niatnya mau lanjut mikirin tema konten, tapi udah diculik aja sama Bomi.

"Moonsung ga ngasih tau aku kalo ada pertandingan?" Kata Hobin, agak kecewa sih karena Moonsung gak ngasih tahu.

"Lupa kali! Tapi sumpah gue abis ini bisa dimakan emak gue idup-idup kalo ulangan kali ini anjlok! Jadi lo gantiin gue semangatin dia, ya!" Ucap Bomi. Belum lagi Hobin menjawab, Bomi sudah melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Hobin.

Hobin hanya memajukan bibirnya dengan wajah kecewa, "Aku kan temennya kok dia ga ngasih tau duluan... sih?"

(Yang anggap temen cuma lo ya hobin)


Meski agak berat untuk datang karena merasa tidak diundang, Hobin tetap datang dan menonton Moonsung meski dari jarak yang sedikit jauh. Dia masih mengira-ngira apa alasan Moonsung tak memberitahunya walau hanya menyebut sedikit saja. Padahal Hobin ini langganan datang ke dojonya Moonsung untuk melihat para atlet.

Moonsung itu kuat. Jelas saja. Terlihat saat pelatih bertepuk tangan sekeras mungkin saat Moonsung berhasil menjatuhkan lawan pertamanya.

Itu cukup seru. Tapi ada yang aneh. Meski Moonsung sudah diberi waktu istirahat selama sampai pertandingan kedua, dia sama sekali tidak duduk dan meminum air yang disediakan.

Bahkan pelatihnya tampak sedikit kebingungan.

Dia berlarian kesana kemari dan berbicara kepada banyak orang, tapi ekspresi mereka tidak terlalu bagus.

Di pertandingan kedua, Moonsung masih bertarung dengan sangat baik. Tapi wajah pelatih masih terlihat resah. Akhirnya, Hobin memfokuskan dirinya pada Moonsung yang berkeringat dengan deras.

Gerakannya masih bertenaga dan perhitungannya dalam memberikan serangan masih bagus. Tapi anehnya Moonsung terus bercucuran keringat meski dia tidak bergerak sebanyak itu.

Beberapa wanita berteriak meneriaki Moonsung yang berkeringat deras sampai pakaiannya tercetak dan menampakkan bentuk perutnya.

Tapi, terlihat sekali Moonsung sudah lelah ketika memasuki babak ke tiga.

Apa yang terjadi?

Tidak mungkin Moonsung kelelahan sampai terengah-engah begitu hanya dengan dua kali match.

Akhirnya, diliputi rasa khawatir dan penasaran, Hobin turun ke ring dan menyapa sang pelatih.

"Umm, pelatih. Kayaknya resah banget. Ada apa deh?"

Melihat wajah polos Hobin, sang pelatih mengurut keningnya dan kemudian kembali kekursinya. "Bukan apa-apa," jawabnya.

"Kelihatan kok, itu Moonsung sedang dalam masalah. Ayo bilang aja biar hobin bantu kalo bisaa.."

Mendengar kata kata itu, reflek pelatihnya berdiri dan mendorong Hobin kembali kekursinya. "Ga perlu. Ga perlu! Moonsung pasti bisa hadapinnya."

"Tuh kan, ada sesuatu!" Seru Hobin. "Kasih tau dooongg..." Hobin, dengan semua kekuatannya mendorong pelatih kembali agar tidak mendorongnya kekursi penonton.

Pelatihnya hanya bisa bersabar dan kemudian mengalah saat kemudian Hobin menatapnya dengan binar mata penasaran

"Ada yang masukkan sesuatu ke air minum Moonsung. Supaya dia ga fokus selama pertandingan," jelasnya lesu.

"A-apa itu?"

Pelatihnya hanya diam. Tampak berpikir sejenak hendak menjawab apa, sampai akhirnya dia berkata. "Entahlah. Tapi Moonsung terlihat tidak nyaman..."

Disaat kedua orang itu sibuk berpikir, suara debuman keras terdengar dan mereka bisa melihat Moonsung yang terjatuh ke lantai ring dengan wajah yang tampak tersiksa.

"MOONSUNG!!" Teriak mereka, serentak.

Semua orang terdiam saat Moonsung berdiri dengan lemah. Pria itu mengetuk lantai dua kali, tanda bahwa dia menyerah. dan kemudian beranjak pergi dari ringnya dengan wajah yang tak karuan.

Pelatihnya segera membantunya turun, dan Hobin bisa melihat jelas seluruh wajah dan telinga Moonsung memerah. Keringatnya bercucuran meski dia tak melakukan apapun. Dia mengerang dan tampak kesakitan, membuat Hobin tak tega dibuatnya.

"Kita ke hotel dekat sini yang disediakan buat para atlet," kata pelatihnya, cepat.

"Kenapa ga kerumahnya aja langsung, pelatih?" Tanya Hobin.

"Kayaknya dia udah nahan efek obatnya sejak tadi, kasihan. Kita harus segera kasih dia air dingin biar tenang sedikit."

Hobin mengerutkan alisnya bingung. "Memang kenapa, sih? Obat apa yang dikasih?"

Pelatihnya tak menjawab. Mereka hanya mengendarai mobilnya dengan cepat ke hotel yang memang disediakan untuk para atlet. Dan pelatihnya menyerahkan kuncinya pada Hobin, "Saya mau urus sesuatu dulu. Kamu siram anak ini pakai air dingin biar sadar."

Setelah itu, Hobin ditinggalkan berdua dengan Moonsung dikamar itu. Bukannya Hobin tidak mau melakukannya, tapi Moonsung yang sedang menggeliat dikasur terlihat sangat menderita. Jadi, dia berniat untuk memeriksa kening Moonsung untuk memeriksa suhunya, namun..

Moonsung membuka matanya dan memegang tangan Hobin.

Hobin terdiam sejenak, saat melihat Moonsung yang berkedip kearahnya, "Hobin...?"

"Kamu gapapa? Mana yang sakit?"

Moonsung menggeleng dan kemudian menghempas tangan Hobin, "Gak ada yang bisa lo lakuin dengan ini."

"Ke-kenapa...?" Wajah Hobin terlihat bingung.

Moonsung mengadukan giginya dengan geram, rasanya dia ingin langsung saja menerkam Hobin tanpa peduli apapun, tapi tentu saja... dia tidak boleh.

Hobin bisa saja membencinya.

"Moonsung...?" Tanyanya, lagi.

"Jangan bicara, Hobin. Lo ngebuat ini jadi makin keras."

"Hah?" Hobin membelo.

Moonsung kemudian meraih tangan Hobin dan menaruhnya di depan celananya. Membiarkan cowok kecil itu mencerna sendiri apa yang Moonsung maksudkan.

Hobin, dengan pipi memerah kemudian menutup mulutnya dengan tangan satunya yang masih bebas,

Kini dia paham apa maksud Moonsung, tapi ini... gede banget!!!





Guys tebak siapa yang siap siap mau join haremnya hobin...

Hobin Wants A BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang