#19 - libur

5.9K 653 120
                                    








Jinho memegang bahu Hobin dengan lembut, dan kemudian menuntunnya untuk berada diatasnya. Jinho tersenyum kecil ketika melihat Hobin yang tampak kebingungan, menggeliat diatas Jinho dengan gelisah.

Tapi, Jinho dengan lihai mengambil alih perhatian Hobin. Dia mendekatkan wajah Hobin pada wajahnya, sampai wajah mereka benar-benar bertemu. "Bisa perhatikan saya dulu, Hobin?"

"A-um," Hobin berdeham lirih, merasa malu saat lengannya yang bersandar pada dada kekar itu, dapat merasakan secara langsung otot liat nan kuat milik Jinho.

"Ini informasi yang rahasia tapi," Jinho tertawa kecil saat merasakan seluruh tubuh Hobin menegang. Dirinya menurunkan celana selutut Hobin dengan mudahnya, dan kemudiam meremas pantatnya yang kenyal tanpa tahu malu. "Saya ini orang penting dalam putaran sisi gelap Korea."

"Uhm," Hobin mendesah tertahan. Dua jari Jinho yang panjang dan tebal itu menginvasi bagian bawahnya. Membuat Hobin meremat pakaian Jinho dengan kuat.

Jinho bahkan tidak tahu apa Hobin mendengarkannya atau tidak. Tapi pria itu tidak peduli. "Didalamnya, ada beberapa kelompok faksi yang bekerja sama demi keperluan masing-masing. Diantaranya harus ada penengah dengan posisi yang tinggi. Itu mengapa saya ada."

"Huft... akh!" Hobin menjerit kecil ketika satu jari Jinho masuk tanpa aba-aba kelubang kecilnya. Itu cukup untuk mengacak isi kepalanya. Tapi Jinho bahkan tidak repot-repot memberikannya jeda, dan langsung memasukkan telunjuknya dengan senyuman senang.

"T-tunggu, jangan— a, ahhnn..."

Dia mengejang ketika merasakan jari Jinho yang bergerak menginvasi bagian dalam dirinya. Jari itu mengelus dinding analnya dengan lembut tapi pasti. Seperti berusaha mencari sesuatu, membuat Hobin menenggelamkan diri pada dada Jinho, malu dan menahan rasa geli yang melanda.

Tapi begitu ujung jari Jinho menekan sesuatu dalam diri Hobin, tanpa sadar dirinya mengejang dan sesuatu keluar dari penisnya. Jinho yang melihatnya tersenyum puas, lalu berkata. "Saya menemukannya."

"U-ukh..."

Tepat setelah berkata seperti itu, Jinho memutar jarinya, dan kemudian memaksa jari ketiganya masuk, membuat Hobin kembali bergetar hebat. Rintihannya terdengar merdu ditelinga Jinho, dan kejantanannya semakin berdiri tegak dengan pasti karenanya.

"Sampai dimana kita tadi, ya?" Jinho berucap lagi, matanya mengamati wajah Hobin yang frustrasi, tapi jarinya yang brengsek terus saja memutari dan menekan titik nikmat milik Hobin. Menggesek gesek dinding analnya dengan nakalnya sampai membuat Yoo Hobin menangis tanpa sadar.

Itu... benar benar perasaan yang campur aduk,

"Biasanya, jika satu faksi mengalami masalah, maka faksi lain akan membantunya. Tapi sebelum itu akan diadakan rapat untuk mencari tahu solusi efektifnya,"

Setelahnya, Jinho mengeluarkan seluruh jarinya. Kemudian mengusap permukaan analnya yang basah, dan kemudian memasukkan jarinya lagi. Sekedar untuk memeriksa ekspresi Hobin yang lucu saja dimata Jinho.

"Ah-ahjussi... bukan, d-daddy."

"Yoo Hobin,"

Saat mendengar panggilan itu, Jinho langsung menghujam anal itu dengan kasar. Rasanya dia menjadi semakin agresif setiap kali Hobin memancingnya, dan sebagai akibatnya Hobin mengerang tak karuan dan kemudian melepaskan cum keduanya dengan perasaan kacau,

Jari Jinho saja sudah cukup biadab untuk membuatnya keluar dua kali. Hobin sudah lelah, namun Jinho bahkan belum memulainya,

Jadi, Jinho dengan terburu-buru melepaskan resletingnya dan menurunkan celana dalamnya. Langsung saja saat itu, penisnya mencuat keluar dengan ujung yang sedikit basah. Dan itu langsung mengenai permukaan lubang Hobin yang basah kuyup karena cumnya sendiri.

Hobin dengan susah payah bangun, duduk diatas perut kotak kotak milik Jinho. Saat dirinya melirik kebelakang, dia bisa melihat penis Jinho yang sudah berdiri tegak sejajar dengan bokongnya. Pipi Hobin memerah malu.

"A-aku ada pertanyaan," ucap Hobin, malu-malu.

"Apa itu?" Jinho balas bertanya,

Hobin memegang penis Jinho dari belakang dengan tangannya, dan kemudian memosisikan benda besar itu diatas analnya, "Jika aku melakukan ini, kau tidak akan mengganggu Yoo Hobin company, lagi, kan?" Tanyanya, dengan mata yang sayu.

Jinho tersenyum licik sembari mengelus dagunya dengan punggung jarinya, "Jika kau mampu membuat saya keluar dalam 10 menit, maka akan saya pertimbangkan."

"... apa?" Hobin termangu. "Itu... sangat lama."

"Saya ragu kau bisa membuat saya cum dalam 10 menit, dan kau bilang itu lama?"

"Umm," Hobin tampak bimbang.

"Sudah cepat masukkan saja. Atau kau mau saya yang bergerak? Lubangmu bisa langsung hancur." Jinho tersenyum tipis. "Saya sedang menahan diri sekarang."

Hobin mengigit bibir dengan ragu, meski akhirnya dia kemudian memosisikan penis itu di lubangnya, dan kemudian mendorongnya masuk dengan susah payah. Rasanya seperti lubangnya dipaksa terbuka lebar, ini lebih menyakitkan daripada jari Jinho tadi,

Dirinya hampir saja berteriak saat kepala penis Jinho berhasil masuk semuanya. Tapi Jinho masih menatapnya dengan jenaka, seolah olah memang menunggu dirinya membuat kesalahan.

"Tidak, sakit seperti ini tidak ada apa-apanya, aku sudah pernah begini. Ayo tahan, Hobin," pikirnya, dalam hati.

Jinho yang sedang memerhatikan Hobin dengan semangat kemudian tersentak ketika Hobin memosisikan kakinya menekuk didepan tubuhnya, mengangkang didepan Jinho, hingga pria itu bisa melihat kemaluannya dengan jelas.

Hobin menahan tubuhnya dengan tangan menumpu pada paha Jinho, dan sesaat kemudian dia menurunkan pinggulnya dengan cepat,

Sampai lolongan merdu terdengar dari bibir Hobin, disambut penis keras itu terasa diremas remas oleh bagian dalam Hobin yang lembut dan hangat.

Jinho mengernyit, merasakan libidonya semakin menjadi-jadi.

Namun saat Hobin terjatuh keatas dadanya dengan tangan menutupi wajahnya, Jinho tersenyum dengan wajah lucu,

"Apa itu sakit?" Tanyanya.

"Iya..." jawabnya, serak. Tubuh Hobin bergetar hebat, rasanya memang sesakit itu, tapi begitu dirinya merasakan ujung titik sensitifnya tersundul dan terdorong oleh penis Jinho yang besar dan kuat membuat perutnya serasa dipenuhi kupu kupu.

Sakit dan nikmat, tapi Hobin sudah lemas dibuatnya. Ketika dia ingin bangkit lagi, dia merasakan Jinho yang tadinya berbaring disofa kini bangkit dan kemudian menggendong tubuh Hobin,

Berdiri dengan penisnya dilubang Hobin, belum sempat Hobin bertanya,

Jinho sudah menangkat pinggul Hobin dan kemudian menurunkannnya dengan keras,

"Akhhhhh ahhh!!!" Hobin berteriak keras. Tangannya yang terasa kehilangan arah mencari cari pegangan saat Jinho memompa penisnya di anal Hobin tanpa jeda sedikitpun.

Dia berhasil memeluk leher Jinho dengan susah payah, tapi lengan kekar itu terus saja menggerakkan bokongnya dengan brutal,

Jinho yang sudah kesetanan tidak menggubris apapun dan tetap fokus melecehkan lubang basah itu dengan kasar.

Dia bahkan sudah lupa janjinya untuk lembut, ketika tangannya mendorong pantat Hobin ke penisnya dengan kasar, tanpa ampun sedikitpun.

Itu benar benar terasa sakit, tetapi Hobin tetap saja merasakan nikmat saat penis itu menggesek analnya dengan kencang dan meyundul bagian dalamnya dengan erotis dan mesum,

Hobin tidak tahu lagi sudah berapa kali dia cum, karena bahkan ketika dirinya cum, Jinho tak berhenti sama sekali. Matanya menggelap, seolah olah tidak ada hari esok lagi untuknya. Sensasi yang dia rasakan benar benar membuat libidonya naik

Sampai membuat Jinho benar benar menjadi hewan buas malam itu...

Dan sialnya, hari itu adalah hari liburnya Hobin.

Hobin Wants A BadboyWhere stories live. Discover now