SENIOR : TWENTY THREE

23 0 0
                                    

"Selamat pagi, cantik" ucap Feran menyambut kedatangan Kim menuju motornya. Feran memang serajin ini hanya untuk Kim. Biasanya ia masih tertidur pulas dirumah, tetapi demi menjemput gadisnya, ia jadi bangun pagi di setiap harinya.

"Selamat pagi, kak" ucap Kim sambil tersenyum.

"Peluk dulu dong" Feran pun merentangkan kedua lengannya untuk menerima pelukan dari Kim. Dan dengan santainya Kim melewati tangan Feran dengan lewat dibawahnya dan menepuk jok motor Feran.

"Berangkat pak, sesuai aplikasi" ledek Kim pada Feran. Kegiatan Kim itupun mendapat tatapan tajam dari Kim.

"Berani gituin aku?" Kim terkekeh.

"Berani marah ke aku?" Feran pun menggeleng cepat sambil menyengir.

"Yauda iya berangkat" ucap Feran dengan memasang wajah cemberutnya.

Cup

Sekilas! Hanya sekilas!

Kecupan cantik itu mendarat mulus dipipi Feran membuat Feran mematung ditempat. Tangannya yang sudah melayang berniat memakaikan helm untuk Kim pun menjadi kaku tak bisa bergerak.

"Kenapa diem?" Feran diam tak menjawab.

"Diem kenapa?"

"Masih mau diem terus aku naik angkot atau kamu sadar terus kita berangkat?" Feran pun seketika tersadar mendengar ucapan Kim.

"Berangkat ya cantik, sesuai aplikasi kan?" ucap Feran sambil terkekeh dibalik helmnya.

Skip.

"Itu beneran ya mereka jadian?"

"Asli cantik sama ganteng"

"Aaa gabisa dibiarin, kak Feran makin ganteng aja"

"Itu cewek sok cantik ngapa dah deket-deket Feran"

"Bukannya itu anak kelas 10?"

"Abaikan saja. Udah biasa kan dengerinnya?" Kim mengangguk sambil tersenyum.

"Biasa, kebiasaan malah. Tapi tetep aja ni kuping suka panas dengernya"

"Kalau nanti kepalanya pusing atau dadanya sesak, kamu telfon aku! Langsung telfon, paham?" Kim mengangguk.

"Aku gak bisa dulu anterin kamu kekelas karena mau ke lapangan langsung latihan buat tanding besok, gapapa ya cantik?" Kim mengangguk lagi.

"Tadi aku bilang apa sama kamu? Coba ulangin" Kim nampak berpikir dengan menaruh jari telunjuknya di dagu.

Dengan ragu Kim menjawab, "Kalau pusing dan sesak, kabarin kamu" Feran mengacak rambut Kim dengan gemas setelahnya.

"Telfon cantik! Bukan cuma kabarin" Kim mengangguk lagi seperti anak kecil yang patuh pada ayahnya.

Dilain tempat

"Kak, ini berkas OSIS aku dah siap, aku kasih ke siapa?" tanya Diva pada Devan yang sedang berdiri didepannya sekarang ini.

"Ke.." Devan dengan cepat mencium kening Diva.

"Aku" ucapnya sambil terkekeh usai melihat wajah kaget Diva. Ini pertama kalinya Devan mencium Diva setelah mereka resmi berpacaran.

"Gausah cium-cium, pak Ketua OSIS!"

"Iyadeh yang calon OSIS"

"Siang ini, free?"

"Kan masih di Sekolah, kak"

"Aih lupa"
"Kalau sore ini?" lanjutnya.

"Kayaknya mau main ke toko buku, mau beli buku novel lagi"

Devan memegang bahu Diva,
"Loh? Memangnya yang kemaren-kemaren sudah habis semuanya dibaca sayang?" Diva mengangguk.

"1 buku tuh setengah hari doang kak kalau aku fokus" Devan tampak kagum. Ia bingung harus menyebut gadisnya ini si kutu buku atau suhu.

"Kok bisa betah sih baca buku? Aku aja capek baru liat covernya"

Diva terkekeh, "Itu kakak, bukan aku"

"Untung sayang, dek" ucap Devan dengan senyumannya.

"Btw kakak ganteng deh hari ini" Devan terkekeh mendengar ucapan Diva.

"Eumm, biasanya, kalau muji gini, ada maunya" ucapnya sambil menundukkan badannya sedikit agar sejajar dengan Diva.

"Ah bisa aja, kok tau banget sih"

"Apasih yang aku gak tau soal kamu" Diva merasa geli mendengar ucapan Devan. Tidak jijik, hanya saja belum terbiasa. Keduanya berbeda kan?

"Hehe, mau es jelukk" ucap Kenzi sambil merengek seperti anak kecil.

"Eumm, kiss me first" kode Devan pada Diva sambil menunjuk pipi kanannya.

Cup

"Selesai?" Devan tersenyum senang.

"Come on babe, all for you"

Dilain tempat

"Cantik banget pacar gue Ya Allah" puji Alan kala melihat rambut baru Aulie. Aulie memang memotong rambuhnya sebahu dan membiarkan rambutnya berponi tipis.

Hal ini membuat kecantikan Aulie semakin meningkat karena penampilannya yang terlihat fresh.

"Siapa yang cantik?!" marah Aulie pada Alan. Alan terkekeh, tangannya terangkat untuk mencubit pipi Aulie.

"Aww, sakit kak ish" ringis Aulie saat Alan berhasil mencubit gemas pipinya.

"Kalau bakpau udah aku gigit daritadi" jawab Alan memasang watadosnya.

"Untung pacar" gumam Aulie pelan, namun masih terdengar jelas ditelinga Alan.

"Kalau bukan pacar?" Aulie mengernyitkan dahinya kebingungan. Ini telinga Alan telinga gajah kali ya, padahal Aulie udah ngomong sepelan mungkin.

"Kalau bukan pacar apa?!" bentak Alan sedikit membuat Aulie tersentak. Tidak kasar hanya tegas.

"K-kok kakak ma-marahin A-aul" ucap Aulie dengan mata yang menahan tetesan air.

Hati Alan tidak tega melihat hal itu, niatnya tadi ia ingin mengerjai Aulie.

"E-eh sayang, maaf ya? Aku gak sengaja" ucapnya sambil memasang kedua tangan di telinganya.

"Bohong! Pasti sengaja kan?!"

"Eh enggak dong, aku becanda Aulie-ku yang cantik"

"Hiks hiks, kak Alan udah gak sayang! Ada cewek yang lebih lucu dari aku kah? Sampe-sampe kamu ngebentak aku gitu?!" kini Aulie yang membentak Alan disertai hentakan kakinya dan tangisannya yang seperti anak kecil.

"Loh aku becanda sayang, gaada yang lain selain kamu, paan sih kamu gajelas"

"Tuhkan dibilang gajelas! Au ah kesel sama kamu!" Aulie pun pergi meninggalkan Alan yang masih terdiam di tempatnya karena merasa semua gerakannya salah.

"Gua salahnya apa si?" tanyanya pada dirinya sendiri.



Ini bertiga bikin ketar ketir

Jangan dicontohi ya!

Masih Sma belajar aja dulu

Jangan lupa vote dan komen!

Salan Author, Milrezty






SENIORWhere stories live. Discover now