SENIOR : TWELVE

264 8 0
                                    

"Feran" ucapnya sambil tersenyum.

"Kayak pernah dengar namanya"

"Kalau lo?" tanya Feran kemudian.

"Kimmyra, panggil aja Kim" jawab Kim sambil tersenyum.

"Lo Sma dimana?" tanya Feran pada Kim.

"Sma Alvaren" mata Feran seketika membulat tidak percaya. Tetangganya ternyata satu Sma dengannya? Kenapa dia tidak tahu? Apa di kelas 11 ada siswa baru? Atau mungkin, dia, JUNIOR?

"Lo kelas berapa?"

"Kelas 10 matematika 2" jawab Kim. Feran kembali terkejut. Feran saja disebut jenius tetapi masih berada di kelas matematika 3, dan Kim? Sejak kelas 10 sudah di kelas matematika 2? Gimana kelas 11 nanti.

"Gue kelas 11 matematika 3" ucap Feran. Kim tersenyum pada Feran.

"Kaka ada spidol?" tanya Kim pada Feran.

"Ada"

"Kim butuh yang berwarna, tapi satu warna aja kak" ucapnya sambil tersenyum.

"Tunggu" Feran pergi untuk mengambil spidol berwarna atas permintaan Kim. Setelah beberapa saat, Feran kembali dengan spidol berwarna di tangannya. Spidol itu ia berikan kepada Kim dan Kim langsung menggerakkan tangannya dengan menggambar sesuatu di jendela kaca milik Feran.

"Btw, lo beneran gak tau gue ini kakel lo?" tanya Feran tiba-tiba. Kik menghentikan aktivitasnya. Kim mengalihkan pandangannya menatap Feran dengan senyum manisnya.

Feran takjub sesaat dengan kecantikan Kenzi apalagi saat ia senyum.

"Kim beneran gak tau. Kim sering denger soal nama kakak dan tentang kakak, tapi Kim gak pernah tau wajah kakak. Sahabat Kim sering banget cerita soal kaka tapi Kim cuka iya-iya aja karena Kim gak tau"

"Oh"

Kim melanjutkan aktivitasnya menggambar di jendela Feran. Setelah beberapa menit, selesai sudah kegiataannya untuk menggambar.

"Kenapa lo coretin jendela gue?" tanya Feran. Kim menggambar bintang dan bulan yang indah kemudian Kim menuliskan nama Feran dibawah gambar bintang dan namanya dibawah gambar bulan.

"Kim cuma mau ngegambarin perasaan lewat coretan. Jangan pernah dihapus ya kak?" pinta Kim sambil tersenyum.

Feran mengangguk tanpa tersenyum.
"Arti gambar ini apa?" Kim tersenyum, lagi.

"Artinya nanti aja kaka tau. Pasti kaka bakalan tau sendiri tapi nanti" ucap Kim.

"Mungkin kakak tau disaat Kim udah gak ada"

Kim melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kim terkejut melihat arlojinya yang mneunjukkan pukul 11 malam. Kim memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

"Kim balik ya kak? Makasih buat masakannya" ucap Kim sambil tersenyum.

"Hm"

Kim keluar dari apartemen Feran dan masuk kedalam apartemennya. Sepertinya Kim akan bermimpi indah malam ini karena bertemu dengan pria tampan dan baik hati seperti Feran hari ini.

***

Diva terbangun karena ingin buang air kecil. Sebelum ke toilet, Diva melihat arloji yang menunjukkan pukul 11 malam. Diva memperhatikan semua orang, ternyata Aulie dan Asila sudah tertidur. Sedwngkan pengawal Asila dan Kim sudah tertidur juga dilantai ruangan itu. Diva melihat ke arah brankar dan,

"Kim!" Diva seketika cemas dan panik saat menyadari bahwa Kim sudah tidak ada diatas brankar. Diva mencari kesana kemari. Mulai dari kamar mandi sampai diluar. Diva tidak menemukan apapun. Diva pergi mencari keluar dan tetap saja tidak menemukan Kim.

"Pasti Kim kabur" ucap Diva.

Ting!

Notifikasi masuk kedalam ponsel Diva. Diva mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Notifikasi itu ternyata berasal dari seseorang yang mengiriminya pesna lewat Line.

Kimmyra
Jangan panik
Gue baik

Aldivaaa
Woy gila
Lo dimana??

Read

Diva sangat kesal saat melihat bahwa ternyata Kim hanya membaca pesannya.

"Sialan" gumam Diva dengan wajahnya yang sanagt kesal.

***

Flashback On

Feran mengambil alkohol yang ada di kamarnya. Sebelum meminumnya, seseorang menerobos masuk ke kamarnya dengan mendobrak pintu. Feran masih saja terkesan dingin padahal yang masuk kedalam kamarnya adalah papanya.

"Mau ngapain anda kesini?" tanya Feran dengan santai. Rio, papanya Feran, masih senantiasa mengepalkan tangannya karena sangat marah dengan perilaku Feran akhir-akhir ini.

"Kenapa kamu pergi ke club lagi hah?! Papa sudah peringatkan kamu sampai menyita sebagian aset kamu tetapi kamu tidak dengar juga?! Apa papa hsrus kasar dulu sama kamu?! Jawab Feran!" Feran hanya menatap papanya yang sejak tadi bicara dengan tatapan dingin tapi menakutkan miliknya itu.

"Ini hidup saya, kenapa anda ikut campur?! Anda tidak berhak atas saya! Mengerti?!" ketus Feran dengan dingin.

"Ada apa ini?" seorang wanita paruh baya yang bisa dibilang cantik masuk kedalam kamar Feran dan merangkul lengan Rio dari samping. Wanita itu berusaha untuk menenangkan Rio didepan Feran. Feran merasa sangat jijik dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Cih. Murahan" Feran berjalan beberapa langakh berniat untuk keluar dari kamarnya. Namun, suara dari Rio menghentikan langkahnya.

"Jangan jadi anak pembangkang, Feran" ucap Rio dengan lembut namun perkataannya itu menyakitkan. Feran mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.

"Saya tidak akan seperti ini jika saja anda tidak membawa perempuan itu" ketus Feran. Feran mengambil jaket yang ada di belakang pintu kamarnya dan pergi meninggalkan rumah itu.

Flashback Off

"Apapun yang terluka, gak akan pernah berubah"

Ckckck

Miris amat hidupnya

Tapi lumayan baper huwaa

Goodbye guys!

Salam Author, Milrezty




SENIORWhere stories live. Discover now