SENIOR : TEN

264 7 2
                                    

Anna, batin Fikran berkata.

Gadis cantik yang tadi menyapa Fikran langsung memeluk Fikran didepan Kim. Kim merasakan hal yang berbeda saat melihat gadis itu memeluk Fikran.

"Kamu bener-bener berubah ya? Tambah ganteng deh" ucap gadis itu, Anna.

Fikran hanya tersenyum simpul. Entah mengapa, Fikran sangat takut jika Kim akan marah padanya.

"Hehe, lo apakabar?" tanya Fikran pada Kim.

"Gue baik" Anna menatap sinis Kim yang berdiri di samping Fikran.

Cantik banget, batin Anna kagum.

"Jalan yuk, Fik. Udah lama gue gak jalan bareng elo" ucap Anna menggandeng lengan Fikran.

"Yang sabar Kim, yang sabar"

Fikran menatap Kim yang diam saja dengan kedatangan Anna.

"Fik, gue balik duluan ya? Lo balik ama dia aja. Kan kalian baru ketemu. Gue duluan" Kim pergi dengan senyuman palsu diwajahnya.

"Nah, dia udah pergi. Lo pergi bareng gue ya?" Fikran mengangguk pasrah. Mereka berdua pun pergi berjalan-jalan di Mall itu.

***

"Sial" Kim merasakan sakit di kepalanya. Kim langsung berlari menuju parkiran dan masuk kedalam mobilnya.

Kim mengambil tisu dan menutupi mulutnya saat batuk.

"Sampai kapan gue begini?" tanya Kim pada dirinya sendiri. Kim membuang tisu itu kedalam plastik lalu membuangnya di tempat sampah dekat mobilnya. Kim menyalakan mobilnya lalu pergi meninggalkan parkiran Mall itu.

Skip.

"Div, lo mau es krim?" tanya Devan pada Diva. Diva mengangguk sambil tersenyum.

"Tunggu bentar" Devan pergi membelikan Diva es krim.

Jari Diva tidak sengaja terluka karena ujung kursi di taman itu yang tajam.

"Ini kenapa perasaan Diva gak enak" ucap Diva merasakan perasaannya yang tidak enak.

***

"Kim! Buka pintunya!" teriak Asila, mama Kim dari luar kamar Kim.

"Ada apa nyonya?" tanya Jev, pengawal pribadi Asila.

"Itu, Kim. Dia gak buka pintu dan suara pecahan kaca terus yang saya dengar"

"Biar saya dobrak, nyonya. Nyonya mundur duku"

Brak

"Kim!" teriak Asila saat melihat Kim dikelilingi pecahan kaca dan obat-obatan yang berserakan.

"Kim! Bangun nak! Kim" Asila terus menangi sambil memeluk Kim.

Tangan Kim terus mengalirkan darah segar dan mengotori lantai di kamar Kim.

"Jev, bawa dia kerumah Sakit" ucap Asila dengan panik dan cemas.

***

"Nih buat lo" ucap Devan memberikan es krim vanilla untuk Diva.

"Makasih kak" ucap Diva sambil tersenyum. Tangan Devan terangkat untuk mengelus rambut Diva.

Sesuatu menarik perhatian Diva. Yang menarik perhatian Diva adalah anak remaja yang bermain sepeda.

"Kak" Diva memukul pelan lengan Devan.

"Apa?" tanya Devan.

"Naik sepeda ayo kak" ajak Diva menarik lengan baju Devan.

"Ayo" ucap Devan dengan semangat.

Devan dan Diva pergi menaiki sepeda bersama-sama. Tertawa bersama adalah hal terindah untuk mereka berdua. Devan yang kesannya dingin, cuek, berhati batu. Entah kenapa, hatinya tertarik pada gadis lugu yang imut seperti Diva.

***

Aulie mengangkat telfon yang masuk kedalam handphonenya.

"Assalamualaikum. Ini siapa?"

"Ini tante, mamanya Kim. Kim masuk Rumah Sakit, Aul"

Seperti tersambar petir, rssanya tubuh Aulie sangat lemas sekarang.

"Kok bisa tante?" tanya Aulie dengan sangt lanik dan cemas.

"Kamu kesini aja sayang. Tante kirim alamatnya"

"Iya tante"

Aulie segera pergi untuk menjenguk Kim.

Skip.

Bugh

"Aww" ringis Diva saat tak sengaja dirinya menabrak batu dan terjatuh dari sepeda. Lenganny luka karena sedikit terseret di aspal.

"Perasaan gue beneran gak enak"

"Lo gapapa?" tanya Devan dengan panik memeriksa keadaan Diva setelah melihat Diva terjatuh.

"Diva gapapa kak. Cuma perasaan Diva gak enak. Anterin Diva pulang kerumah Kim kak. Diva mau ketemu sama Kim"

"Tapi kenapa? Kenapa lo gak pulang kerumah lo aja?" tanya Devan pada Diva. Diva menggeleng cepat.

"Diva mau ketemu Kim dulu. Sekalian ngembaliin novel Kim yang ada sama Diva"

"Yaudah. Lo bisa jalan?" Diva mengangguk. Saat diva setengah berdiri, kakinya ternyata keseleo dan membuatnya sulit berjalan.

"Tadi gue tanya lo bilang gapapa. Ini malah keseleo. Biar gue gendong" Devan menggendong Diva di belakang punggungnya.

Dan Diva? Diva hanya bisa pasrah karena memang keadaannya sangat darurat sekarang.

***

"Kim kenapa tante?" tanya Aulie pada Asila, mamanya Kim.

"Kim terluka karena pecahan kaca" ucap Asila.

"Astaga"

"Kim!" teriak Diva setelah membuka pintu kamar dimana Kim dirawat. Diva segera berlari dan memeluk tubuh Kim yang terbaring lemas.

"Kim! Bangun" Diva menangis sambil memeluk Kim.

Aulie menarik tubuh Diva dan memeluk Diva.

"Lo tau darimana?"

"Tadi Diva kerumahnya Kim. Dan security bilang Kim masuk Rumah Sakit. Dan Diva dikasi alamat Rumah Sakit ini"

"Udah tenang. Kim pasti bangun" Aulie terus memeluk Diva untuk menenangkannya.

Malam hari tiba. Jam kini sudah menunjukkan bahwa ini sudah mulai larut. Kim terbangun dan menyadari bahwa dirinya ada di Ruamh Sakit.

Kim melihat Diva, Aulie dan Asila tertidur pulas di sofa.

"Maafin gue. Gue cuma gak mau kalian terbebani. Gue harus pergi untuk sementara waktu"

Kim turun dari brankarnya dan melepas infusnya secara kasar. Kim kemudian keluar dari ruangan itu. Kim menelepon taksi dan memberikan alamat apartemen persembunyiannya kepada supir taksi itu.



Mulai penasaran... mulai penasaran..

Sampai sini dulu ya?

Byebye!

Salam Author, Milrezty





SENIORWhere stories live. Discover now