SENIOR : SIX

345 8 1
                                    

Kim membuka pagar rumahnya. Untuk pertama kalinya Kim berangkat ke Sekolah sepagi ini. Kim membuka pagarnya kemudian Kim terkejut oleh seseorang yang berdiri didepan pagar rumahnya sekarang.

"Fik? Ngapain?" tanya Kim kebingungan.

"Jemput lo" ucap Fikran dengan santainya usai membuka kaca helmnya.

"Hah?" Kim sangat kebingungan dengan kedatangan Fikran yang tiba-tiba.

"Kenapa sih?" tanya Fikran sambil menaikkan satu alisnya.

"Lo ngapain jemput gue?" tanya Kim.

"Emang kenapa? Salah? Ini udah jamber, kalau lo belum naik ke motor gue, elo, gue tinggal" ucap Fikran memakai kembali helmnya.

Kim dengan cepat langsung menutup pagarnya dan berteriak, "Ma, Kim berangkat"

"Hati-hati" teriak Rena, mama Kim dari dalam rumah.

Kim menaiki motor Fikran dan mereka berdua pun berangkat bersama ke Sekolah.

Kim dan Fikran sampai di Sekolah setelah beberapa lama di perjalanan. Kim turun dari motor Fikran dan melepas helmnya.

"Fik, gue duluan" ucap Kim pada Fikran.

Fikran mengangguk mengerti dengan maksud Kim.

"Kim?" panggilan Fikran membuat Kim membalikkan badannya kebelakang.

Kim tersenyum, "Hm?"

"Jangan lupa bahagia hari ini" ucap Fikran sambil tersenyum dengan sangat manis.

Kim mengangguk lalu pergi untuk menyembunyikan kegugupannya karena kata-kata Fikran.

***

Diva masuk kedalam kelas dan mendapati suasan kelas yang sepi. Diva berjalan menuju tempat duduknya dan terkejut melihat seseorang duduk dibelakang kursinya. Cewek itu ternyata Leona yang menunggu Diva sejak tadi.

Leona berdiri sambil tersenyum sinis dan Leona mulai memainkan rambut Diva. Leona menarik rambut Diva sampai membuat Diva meringis kesakitan.

"Kak, lepasin!" seru Diva.

"Lo pikir, setelah ada Devan, lo bisa selamat dari gue?" ketus Leona.

Diva merasa pusing karena rambutnya ditarik oleh Leona. Leona merasa sangat senang bisa melampiaskan kemarahannya pada Diva.

Leona kemudian melepaskan tangannya dari rambut Diva.

Plak

Leona menampar pipi Diva sampai pipi Diva memerah dan perih usai ditampar oleh Leona.

"Lepasin dia!" ketus seseorang yang berasal dari pintu.

Suara itu berasal dari pintu dan menampakkan sosok Kim yang memasang wajahnya dengan penuh amarah.

Kim berjalan sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia berhenti didepan Leona dan menatap Leona dengan penuh kemarahan.

Plak

"Perih?" tanya Kim sambil tersenyum sinis.

Leona memegangi pipinya yang terasa panas usai ditampar oleh Kim. Diva hanya bisa memejamkan matanya saat Kim menampar Leona.

"Perih yang anda rasa, sama seperti perih yang sahabat gue rasa karena tangan kotor anda!" ketus Kim.

Leona berniat mengangkat tangannya untuk membalas tamparan Kim di pipinya namun seseorang menahan tangannya.

"Udah gue bilang, jangan main kekerasan" ucap Devan sambil menahan tangan Leona.

Leona langsung mengurungkan niatnya untuk menampar Kim dan pergi dari kelas itu dengan penuh kekesalan.

Devan menatap pipi Diva yang memerah.

"Fine?" tanya Devan menatap Diva.

Diva mengangguk sebagai pertanda bahwa ia sedang baik-baik saja.

Kim meletakkan tasnya di tempatnya duduk kemudian mengambil ponselnya. Setelah itu, Kim memainkan ponselnya untuk meredakan amarahnya. Kim adalah tipe orang yang penyabar, tapi sekali ia dibuat emosi ataupun kecewa, tidak akan mudah membuat mood Kim kembali seperti semula.

Diva mendatangi Kim yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Diva tau bahwa Kim sedang marah dan tidak boleh diganggu. Tapi Diva merasa bersalah, karena membela Diva, Kim menjadi lancang menampar kakak kelas.

"Kim" ucap Diva memegang tangan Kim.

Kim menoleh kearah Diva yang memasang wajah yang sedang merasa bersalah.

Kim tersenyum, "Jangan merasa bersalah"

Diva pun tersenyum setelah mendengarkan ucapan Kim.

"Assalamualaikum" teriak seseorang memasuki kelas.


Salam Author, Milrezty

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang