SENIOR : THREE

410 11 0
                                    

"Diva, kerjakan nomor satu plus presentasikan" ucap Pak Yayat yang sibuk menjelaskan tentang materi yang baru. Diva meneguk ludahnya saat ditunjuk tiba-tiba oleh Pak Yayat. Jujur, Diva memang tidak memperhatikan Pak Yayat sejak tadi. Oleh karena itulah Diva ditunjuk oleh Pak Yayat karena tidak memperhatikan Pak Yayat menjelaskan.

Diva maju dengan kaki yang gemetaran. Kim, Aulie, dan Gempi hanya menatapnya dengan tatapan kosong karena terkejut Diva ditunjuk tiba-tiba.

Diva mengambil spidol dari tangan Pak Yayat dan ia kemudian memperhatikan soal nomor satu yang ada di papan tulis. Diva teringat akan sesuatu tentang soal itu.

"Segala setiap bilangan pokok yang tidak berpangkat, maka itu tandanya bahwa bilangan pokok itu berpangkat satu"

Kata-kata itu diingatnya kembali dalam beberapa saat. Ia teringat suara seseorang yang sedang mengahafalkan materi di lorong rak buku disebelah lorong rak buku novel ditempat Diva mencari buku. Diva memasang telinganya baik-baik untuk mendengarkan orang yang mengahafal itu. Namun, saat ia mengeceknya, orang itu tidak ada.

Diva mulai mengerjakan soalnya karena bertepatan dengan soal yang diberikan Pak Yayat sama dengan materi yang dihafalkan orang itu. Setslah selesai mengerjakan soal itu, Diva mempresentasikan apa yang ditulisnya dengan lancar tanpa hambatan.

"Sekian dari saya, jika ada salah kata saya mohon maaf, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan terima kasih" ucap Diva menutup presentasinya.

Diva berjalan kembali menuju temapt duduknya yang lebih tepatnya disamping Gempi. Aulie menghadap ke belakang dan memberikan dua jempolnya untuk Diva begitu juga dengan Kim.

Mereka melanjutkan pelajaran sampai jam pulang tiba.

Saat jam pulang telah tiba, Diva dan kawan-kawan membereskan meja serta mengemasi barang mereka.

"Eh, hari ini kita rapat ya. Calon pengurus Osis" ucap Kim yang masih sibuk mengemasi barangnya.

Aulie terkejut, "Kim, jangan main-main. Masa sih? Gue kan mau keramas dulu. Udah berapa hari nih rambut gue bau ngalahin kebo yang belum mandi seminggu"

"Terserah deh. Intinya gue udah ngingetin. Ingat, ini baru awal. Jadi jangan ngeluh" ucap Kim mengedikkan bahunya.

Diva merapikan laci mejanya dan mematikan AC yang menyala di dalam kelas. Sedangkan Gempi masih sibuk untuk mengurus jurnal kelas.

Saat Diva keluar dari kelas, Diva terkejut saat mendapati Devan didepan pintu. Devan sibuk memainkan ponselnya sambil berdiri di koridor depan kelas Diva.

Diva tidak memedulikan keberadaan Devan. Ia terus melangkahkan kakinya melewati Devan. Seseorang menahan lengannya dan membuat langkahnya terhenti. Diva berbalik badan dan ternyata yang menahan tangannya adalah Devan.

"Kenapa kak?" tanya Diva sambil menaikkan satu alisnya.

"Gue pen ngomong" ucap Devan singkat dengan nada dingin juga wajah datarnya.

"Ngomong apa kak?" tanya Diva sambil memasang wajah penus keseriusan.

"Gue bawain formulir Osis" ucap Devan.

Diva mengira bahwa yang dimaksud Devan adalah sesuatu yang penting tapi ternyata, yang Devan maksud hanyalah tentang Osis.

"Oh iya kak. Biar nanti gue konfir sama teman-temannya dulu. Siapa tahu ada lagi yang pengen masuk Osis" ucap Diva sambil tersenyum.

"Dan satu lagi, karena gue bantu elo selamat dari Leona waktu itu, jadi, gue mau ngajakin lo pergi dan lo harus mau sebagai imbalannya" ucap Devan.

"Kapan kak?" tanya Diva.

"Bentar malam. Bisa?" tanya Devan.

"Bisa kok bisa. Gue pulang dulu kak. Soalnya, gue mau ngerjain tugas" ucap Diva meninggalkan Devan.

Devan tersenyum sebelum meninggalkan koridor didepan kelas Diva.

Salam Author, Milrezty


SENIORWhere stories live. Discover now