SENIOR : FIFTEEN

260 17 7
                                    

Aulie membuka matanya perlahan dan matanya melotot tak percaya saat melihat wajah Alan yang berkeringat karena panik melihatnya.

"Eh! Lo gapapa? Baik-baik aja? Masih sakit?" Alan meletakkan tangamnya didahi Aulie. Hal itu sontak membuat jantung Aulie seperti mau berhenti berdetak.

"Iya kak, saya baik-baik aja kok. Temen saya mana?" tanya Aulie. Alan kebingungan juga mencari keberadaan Kim.

"Gak tau juga dia dimana. Tadi sih ada, kayaknya pergi" ucap Alan.

"Kakak gak latihan? Bukannya tadi pemanasan ya?" tanya Aulie denga nada bicaranya yang 'sok' lemas.

"Gue gak masalah. Elo harusnya pikirin keadaan elo dulu. Lo udah makan?" Aulie kembali dag dig dug setelah Alan menanyainya dengan pertanyaan itu.

Aulie menggeleng.

"Yaudah makan bareng gue sekarang" ucap Alan sambil tersenyum.

"Ya tuhan! Ka alan senyum"

"Ayo bangun" Aulie dibantu bangun dari brankar UKS dan dirangkul Alan untuk pergi ke kantin.

"Lo kuat jalan gak? Kalau gak kuat, geu gendong" ucap Alan. Mata Aulie melotot tak percaya.

"Aku kuat kok kak" ucap Aulie mengelak. Tanpa kesengajaan, tanpa perencanaan, kaki Aulie tiba-tiba lemas dan membuat Alan khawatir seketika.

"Eh, tuhkan, udah gue tanya tadi. Kalau gak mampu jangan dipaksa. Sini gue gendong" ucap Alan.

"Tapi rok aku? Rok aku pendek kak" ucap Aulie.

"Oh iya, rok lo" Alan melepaskan jaket yang dipakainya dan kemudian jaket itu ia ikatkan di pinggang Aulie.

"Udah kan? Gue gendong lo sekarang" Aulie merasa jantungnya ingin lepas saat sekarang ia sudah melayang karena tubuhnya digendong Alan.

"Gue mimpi apa semalem?!" girang Aulie dalam hatinya.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

"Kakak kenapa? Kok bawa aku kesini?" tanya Kim. Feran dan Kim berhenti didepan perpustakaan.

"Buka sepatu lo dulu" Kim mengangguk. Kim kemudian membuka sepatunya begitu juga dengan Feran. Feran kemudian mengenggam tangan Kim dan memasuki perpustakaan bersama Kim.

"Ngapain kita disini kak?" tanya Kim pada Feran. Feran mengambil satu buku novel dari rak buku di perpustakaan.

"Nih baca" Kim mengerutkan dahinya karena tak mengerti maksud dari ucapan Feran.

"Buka halaman 99" Kim pun membuka halaman yang disebutkan Feran tadi. Ternyata, di lembaran itu telah diselipkan satu lembar kertas seperti stiker buku.

"Cepat sembuh, baby girl. Gue gak mau lo sakit"

Pipi Kim memerah karena tulisan yang tertulis di kertas itu.

"Apasih kak?" ucap Kim dengan malu-malu pada Feran.

"Gue cuma gamau lo lemah, bego. Cantik iya, tapi muka pucet. Cepetan sembuh, napa" ucap Feran. Hanya Kim satu-satunya perempuan yang bisa membuat Feran mengeluarkan kata-kata yang lebih dari satu kalimat.

"Terserah kakak deh"

"Lo udah minum obat?" Kim menggeleng.

"Kenapa belom?"

"Belom makan kak. Kenapa nanya gitu?" tanya Kim dengan rasa penasarannya.

"Ya, ya karena, karena gue penasaran aja. Emang nanya harus ada ijinnya ya?" Kim mengangguk.

"Yaudah yok kekantin" Feran menarik lengan Kim untuk kekantin.

"Enggak kak. Kakak mau latihan kan tadi? Kok malah mau ke kantin?" Feran tersenyum. Feran senyum? Wow, jjinja daebak!!😍

"Gue temenin lo makan dulu baru lo nemenin gue latihan" Kim terkejut dengan ucapan Feran namun Feran tetap bertekad membawanya ke kantin.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

"Kaka ngajak gue buat keliling terus cuma di lapangan sini mau ngapain?" tanya Diva yang kebingungan. Karena sejak tadi, Devan mengajaknya untuk bermain basket beruda ditengah lapangan. Awalnya Diva merasa malu karena teman-teman basket Devan yang lain memperhatikan mereka. Tapi sekarang, Diva merasa santai karena mulai terbiasa.

"Main basket berdua" ucap Devan sambil tersenyum.

"Enggak kak. Gue capek. Kaka aja yang main" Devan memberikan bola kepada Diva dan Diva menangkapnya.

"Lo udah pegang bolanya tandanya kita main" Diva menaikkan satu alisnya.

Devan kemudian mengajarkan Diva mulai dari cara memegang bola, mendribble bola, sampai menembak bola ke keranjang lawan.

Ini sudah ketiga kalinya Diva mencoba tapi tetap saja bolanya tak berhasil masuk kedalam ring.

"Coba sekali lagi" Devan pun berdiri dibelakang Diva dan membantu Diva untuk membenarkan posisinya.

Dan,

Masuk!

Bola terakhir yang dilemparkan Diva akhirnya masuk kedalam ring dan membuatnya melompat kegirangan. Dengan reflek, Diva memeluk Devan dan Devan hanya diam mematung saja.

Setelah beberapa detik, Diva baru sadar bahwa ternyata ia memeluk Devan sejak tadi.

Diva melepaskan pelukannya perlahan dan berlari pergi. Sebelum pergi, Diva mengatakan sesuatu.

"Maaf kak, ga sengaja" Diva kemudian pergi dengan senyum malu-malu.

Huwaaa

Baper bisa gak?

Author sendiri baper😆

Okelah!

Sampe jumpa di part selanjutnya!

Byebye!

Salam Author, Milrezty

SENIORWhere stories live. Discover now