SENIOR : TWENTY FOUR

16 1 1
                                    

"Huwaaaa" Kim dan Diva terkejut mendapati Aulie yang tiba-tiba masuk kekelas dengan menangis.

"Huwaaa hiks hiks" Aulie masih terus menangis tanpa henti dipelukan Kim.

Menyadari sahabatnya sepertinya sedang bersedih, Kim dan Diva pun berusaha menenangkan Aulie yang tangisannya menggelegar memenuhi seisi ruangan.

"Kenapa, kenapa? Cerita sini, jangan teriak-teriak" ucap Kim dengan lembut sambil mengelus punggung Aulie.

Aulie terus terisak sedangkan Diva kewalahan dengan air mata Aulie yang sudah membasahi pundaknya.

"K-kak Alan, hiks, di-dia marahin gu-gue hiks" ucap Aulie sambil terbata-bata. Kim lantas mendekap Aulie dalam pelukan. Tak lama, sesosok kakak kelas muncul di ambang pintu kelas mereka.

"Aulie! Maafin aku" teriak seseorang yang diketahui itu adalah Alan. Alan tidak berani masuk kedalam kelas orang lain sembarangan meskipun kakinya sudah sangat gatal untuk masuk.

"Div, urus Aul dulu, Kim mau nemuin ka Alan" Diva pun mengangguk dan mengambil alih Aulie yang sudah tertidur ke pelukannya.

Kim berjalan dari kursinya dan mendatangi ka Alan yang dihantui rasa cemas.

Kim tersenyum manis, "Kak, balik ke lapangan aja dulu. Aulienya dah tenang, dia tidur kok. Dia emang se-sensitif itu kak, jadi tolong dimaklumin ya? Kakak latihan basket kan? Udah sana latihan, biar Aulie aku sama Diva yang urusin, kaka tenang aja. Nanti pasti kalian baikan kok, aku janji"

Alan merasa sangat lega mendengar ucapan Kim, "Huft, makasih deh. Lo emang pengertian banget. Nanti bujukin dia ya biar maafin gue? Tolong huh. Nanti gue traktir lo, deh. Sip?" Kim mengangguk.

"Kalau gitu gue ke lapangan dulu ya, dek! Makasi banyak" Alan pun meninggalkan Kim dan menuju lapangan.

Skip.

Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa dan siswi Sma Alvaren mulai berhamburan keluar dari kelasnya untuk memenuhi dahaga dan rasa lapar yang kian menggerogoti tubuh mereka.

"Aul, ke kantin yuk?" ajakan Diva tidak menggoyahkan iman Aulie yang sejak tadi hanya bermain ponsel didalam kelas.

Kim mengangguk sambil mengedipkan matanya, "Aul, nanti kalau Aul gak ke kantin, terus ka Alannya ditempelin cewek-cewek gatel mau?" Diva tersenyum jahil.

"Kalau gue sih, gamau ya. Kalau ka Devan gitu, sumpah gue picek matanya!" Aulie pun melotot mendengar ucapan mereka berdua.

Aulie langsung pergi meninggalkan kelas menuju kantin. Ia tidak rela jika harus membiarkan semua cewek gatal harus mendekati pacarnya yang tampan itu.

Kantin.

"Woilah tumben si Alan diem coy" ejek Devan saat melihat Alan hanya diam tak bergeming ditengah keramaian kantin.

"Galau mungkin" sahut Feran dengan wajah datarnya.

Tiba-tiba seorang gadis memeluk Alan dari samping, berniat melepaskan namun saat menoleh Alan langsung membalas pelukannya.

"Maapin Aul ka Alan, tadi lagi badmood jadi gitu" ucap Aulie sambil mengeratkan pelukannya.

"Bisa gak tu pelukan gausah erat-erat amat, gue jomblo nih" cibir Reo pada Alan.

"Salah lu jomblo" balas Alan sambil menjulurkan lidahnya.

Tak lama Kim dan Diva pun datang bersamaan dengan Aulie membuat kedua pacar mereka tersenyum seketika.

"Hey cantik" sapa Devan pada Diva yang baru saja duduk di sampingnya. Devan dengan sigap menautkan jemarinya dengan jari-jari mungil milik Diva.

"Gak usah diliatin begitu kak, si Diva gamau lepas kok" ucap Kim sambil terkekeh.

Feran menepuk tempat yang sengaja ia kosongkan disampingnya, "Sini" Feran kemudian menarik lembut lengan Kim agar duduk disampingnya.

"Mau makan apa?" tanya Feran sambil tersenyum.

"Jangan senyum, kak. Jantung aku gak kuat" Feran terkekeh mendengar kejujuran dari bibir Kim. Kemudian ia mengacak rambut Kim dengan gemas.

"Jadi mau makan apa, cantik?" tanya Feran sekali lagi pada pacarnya yang menggemaskan itu.

"Aku mau makan basso ayanggg" ucap Reo dengan alaynya.

"MOREO!" teriakan Feran didepan wajah Reo membuat semua mata di kantin memandangnya.

Nyali Reo seketika menciut usai mendengar teriakan Feran. Dengn cepat Kim mengelus lengan Feran agar amarah Feran mereda.

"Kak, udah. Kak Reo becanda doang kok, iya kan kak?" Reo mengangguk takut.

"I-iya bener, sorry pren, becanda gue"

"Yauda jadinya kalian mesen apa?" tanya Alan pada semuanya.

"Soto Ayam dan Es Teh mbak Lala" ucap Diva dan Devan bersamaan. Mereka pun tertawa bersama setelahnya.

"Gua nasi ayam penyet sama jus mangga" sahut Reo.

"Kamu apa, hm?" Kim tersenyum.

"Aku batagor siomay sama lemon tea aja" Feran mengangguk.

"Nasi goreng seafood satu, es jeruk satu, batagor siomay satu, sama lemon tea satu" ucap Feran dengan wajah datarnya.

"Etdah buset, pelan-pelan. Satu per satu bestieh" protes Alan sambil mengetik di ponselnya.

"Kamu apa cantik?" kini Alan bertanya pada Aulie. Aulie berdiri dan menggandeng lengan Alan,

"Aku ikut sama kakak" Alan mengangguk senang mendengar ucapan Aulie. Mereka pun beranjak pergi untuk memesan makanan.

Saat asik mengobrol dengan Feran, mata Kim tak sengaja terfokus pada gadis yang sejak tadi disenggol oleh para siswa siswi Sma Alvaren. Tidak ada yang mengasihani untuk memberi jalan padahal sudah tau bahwa gadis itu buka dan tidak bisa melihat. Itulah yang ia rasakan setiap saat di kantin.

Sampai saat dimana ia bisa memesan menu, yaitu es teh kesukaannya. Uangnya tidak cukup untuk membeli makanan seenak siswa siswi lainnya.

Brukk

Namun sayangnya seorang cowok bertubuh kekar dengan baju diluar menabrak gadis itu dan meninggalkan gadis yang sudah menangis karena es tehnya terjatuh itu. Uangnya sudah tidak cukup untuk membeli es teh yang baru.

"NAY!" teriak Kim dari tempatnya duduk. Kim kemudian berlari meninggalkan Feran yang asik mengobrol dengannya. Kim mendatangi Naysilla yang sudah terisak karena kejadian tadi.

"Nay, lo gapapa? Ini gue, Kim" dengan cepat Feran ikut berlari dan mendatangi Kim diikuti semua teman Kim dan Feran.

"LO SEMUA GILA APA?! GAK LIAT DIA TUNA NETRA?! GAADA BELAS KASIHANNYA TAU GAK?! MATA KALIAN MAU GUE AMBIL BUAT JADI MATANYA?! ENGGAK KAN?! SEENGGAKNYA BANTU DIA! INI NGELIHAT DOANG, DASAR IBLIS LU SEMUA!" teriak Diva pada semua orang di kantin.

Kim membantu Naysilla berdiri dan membawanya duduk di tempat duduk mereka tadi. Mereka semua pun duduk dan tidak menghiraukan kekacauan yang terjadi.

"Hiks hiks" Naysilla masih terisak ditempatnya dengan menutup matanya. Begini sekali kah nasibnya dari Tuhan?

"Nay.." Naysilla sontak memeluk Kim yang ada didepannya. Kim membalas pelukan itu menyalurkan kehangatan yang seolah menyampaikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Dia siapa?" bisik Devan pada Feran.

"Naysilla, adek kelas yang tuna netra" Devan menutup mulutnya dengan telapak tangan karena perihatin mendengar kondisi Naysilla sebenarnya.

"Tenang, Nay. Lo punya kita sekarang" Diva mengelus punggung Naysilla dan ikut memeluknya.

"Gue akan buat lu melihat dunia lagi, Nay" gumam Kim sambil memeluk Naysilla.

Salam Author, Milrezty

SENIORWhere stories live. Discover now