SENIOR : THIRTY THREE

14 1 0
                                    

Devan dan Diva sudah sampai di restoran favorit mereka selama mereka menjalin hubungan.

"Kenapa sih sayang? Kok diem?" tanya Devan yang melihat Diva diam sejak tadi.

"Kak, lihat itu deh" Devan melihat kearah yang ditunjukkan Diva. Disana ada seorang lelaki memakai setelan formal dan didepannya seorang gadis yang bisa dibilang seksi karena hanya memakai hotpants dan baju berbentuk sabrina.

"Itu bukannya ka Feran?" Devan terkejut dengan ucapan gadisnya itu. Kemudian sekali lagi ia memicingkan matanya untuk melihat jelas siapa orang itu. Dan benar, rupanya itu Feran, ia baru ingat bahwa Feran pernah punya setelan seperti itu yang belum lama ini dipakainya.

"D-dia ngapain disitu sama seorang perempuan, kak?" Devan menggeleng tak tahu.

"Gak tau juga. Mau pindah resto gak?" Diva mengangguk.

"Tapi tunggu, aku mau foto mereka dulu" dengan segera Diva mengambil ponselnya dan memotret mereka berdua. Setelah itu mobil Devan meninggalkan parkiran restoran itu menuju restoran lain.

"Kalau Naysilla tau, apa Naysilla bakalan marah? Dia pasti marah ya? Siapa coba ga sakit kalau tau suaminya ketemu perempuan lain?" mendengar celotehan Diva yang menunjukkan kemarahannya, Devan pun menggenggam tangan kanan Diva dengan tangan kirinya.

"Sudah, jangan dipikirkan. Nanti kalau kejadian sekali lagi, baru kita beritahu Naysilla. Kita juga tidak boleh seenaknya saja mengusik rumah tangga orang, okey sayang?" Diva mengangguki ucapan Devan dengan senyumannya.

"Tapi kak, menurut kamu, apakah ka Feran sudah mencintai Nay?"

"Mungkin belum"

"Kok kamu bilang gitu?"

"Ya, lihat saja dari sorot matanya. Selama apapun seseorang sendirian, jika ia masih bertahan dengan perasaan yang susah ia temukan, akan susah dia menghapus semuanya. Karena, seseorang yang sendiri memang butuh teman untuk hidup berdampingan tetapi bukan berarti orang itu bisa dengan mudah menggantikan perasaan yang telah lama tersimpan"

Dewasa. Satu kata itu terlintas dibenak Diva saat mendengar penjelasan dari Devan. Bahkan tak sedikitpun Devan menjelaskannya dengan nada tinggi atau amarah, padahal Diva dan seluruh dunia tahu, yang Diva caci maki sejak tadi adalah Feran, sahabat dari pacarnya sendiri.

"Heum, aku ngerti sekarang" Devan mengacak rambut gadis itu karena merasa gemas dengan tingkah random gadisnya itu.

"Setelah makan mau kemana?" tanya Devan berniat mengalihkan topik pembicaraan.

"Kemana yaa.. Eumm" Diva terlihat menimbang-nimbang dengan telunjuknya yang ia ketukkan berulang kali di dagu.

"Oh aku tau" ucap Diva setelah menjentikkan jarinya.

Devan tersenyum, "Kemana hm?"

"Ke hatimu"

Blush!

Pipi Devan benar-benar memerah karena ulah Diva. Diva adalah tipe gadis yang jarang menggombal atau memberi kata-kata manis atau lebay seperti ini, oleh karena itulah tiap Diva melakukannya dengan sengaja ataupun tidak, Devan akan dengan mudah baper dengan tingkahnya.

"Yaaaah pipinya merah, HAHAHA" ledek Diva pada Devan.

"Ini semua ulah kamu, ya!"

"Yaudah iya maaf sayang"

*****

Naysilla duduk di depan televisi sambil terus mengunyah cemilan yang ia sudah stok dirumah itu. Sungguh membosankan. Tidak ada siapapun dirumah, Feran dan Ayahnya pergi bekerja, sedangkan ibunya pergi arisan, dan kini? Ia ditinggalkan sendiri dirumah tanpa seorang pun yang menemaninya.

SENIORWhere stories live. Discover now