SENIOR : TWENTY SIX

18 0 0
                                    

"Mamah, lihat siapa yang datang" Rena dituntun Kim untuk turun dan melihat siapa yang datang. Dengan wajah sumringah, Ardan memegang bahu putri bungsunya itu, Naysilla.

"NAYSILLA!" Rena langsung berlari dan memeluk putrinya. Naysilla membalas pelukan Rena dan menangis dipelukan ibu kandungnya. Setelah bertahun-tahun lamanya pihak panti mencari kabar tentang keluarga Kim, akhirnya keluarganya sendirilah yang mendatanginya.

"Halo Nay, ini gue, Kim. Kakak lo" ucapan Kim membuat Nay tersenyum senang dan meraba-raba untuk mencari keberadaan Kim. Naysilla ingin sekali memeluk Kim sekarang juga.

"Akhirnya kita berkumpul lagi ya, mah" ucap Ardan sambil merangkul istrinya. Ardan kemudian berjongkok didepan istrinya juga kedua putrinya.

"Andai papa bisa memutar waktu, ingin rasanya kembali dan memulai semuanya dari awal. Mah," Ardan memegang kedua tangan istrinya,

"Maafkan aku yang menyakiti kamu selama ini. Bahkan fisik dan mentalmu mungkin menjadi terluka karenaku. Sungguh, aku menyesali perbuatanku. Dan untuk kalian," Ardan berganti memegang tangan kedua putrinya,

"Maafkan papah, papah bukan ayah yang baik untuk kalian. Maafkan karena tidak pernah mengajarkan kalian nilai-nilai kehidupan yang baik. Tidak bisa memberikan kalian kasih sayang yang harusnya aku berikan sebagai seorang ayah. Ayo memulai semuanya dari awal" Nay dan Kim tersenyum lalu mengangguk.

Mereka semua pun berpelukan, Ardan mulai merubah dirinya dan mengembalikan keharmonisan keluarganya yang pernah hilang.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

"Kamu kok cantik banget hari ini?" ucapan Devan sukses membuat pipi Diva memanas dan Diva merasakan seperti ada sesuatu yang ingin meledak didalam hatinya.

"Kamu lebih ganteng, kak"

Devan tiba-tiba memegang dada kirinya seolah-olah ia kesakitan, Diva sontak panik dan ketakutan melihat pacarnya seperti itu.

"Eh kak! Kak kenapa sih?! Ih gak lucu sumpah! Kenapa, kenapa?" Devan kemudian membuka matanya,

"Jantung aku dangdutan kamu bilang ganteng" Diva kemudian langsung memukul lengan Devan membuat pemilik lengan itu meringis.

"Sekali lagi bilang gitu, aku jambak ya?!"

Devan kemudian memeluk Diva, "Aduuuhh, pacar saya galak bangett ih" ucapnya dengan nada manja.

"Permisi" seorang anak kecil datang kedepan mereka berdua yang asik berpelukan di salah satu kursi yang ada di taman kota itu.

Diva melepaskan pelukannya ditubuh Devan, "Halo, mau apa dek?" anak kecil itu malah tersenyum lebar.

"Mau poto" Devan tampak kebingungan begitu pula dengan Diva.

"Foto? Sama siapa dek? Mama kamu mana? Papa kamu? Atau kaka kamu? Masa kamu sendiri? Kok berani sendiri?" Diva melontarkan begitu banyak pertanyaan yang membuat anak kecil itu kebingungan bukan main.

"Pelan-pelan tanyanya sayang, dia mana ngerti kalau banyak begitu" Devan mengacak rambut Diva dengan pelan karena sangat gemas akan tingkah Diva.

"Nah itu bener kata om"

"Heh! Gue bukan om ya!" protes Devan tak suka.

"HAHAHAHA OM! Emang setua itu ya dek?" tanya Diva pada anak kecil itu sambil menahan tawanya.

"Hum" Diva kemudian tertawa mendengar kejujuran dari anak kecil itu, menurut anak kecil itu Devan sudah tua seperti om-om pada umumnya.

"Mau poto, om" anak kecil itu menarik lengan baju Devan membuat Devan ingin menggigit saking gemasnya.

SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang