SENIOR : FIVE

349 10 0
                                    

"Bareng gue aja" ucap cowok itu.

Diva menatap cowok itu dengan penuh tanda tanya. Ada perihal apa cowok itu tiba-tiba ingin mengantar Diva? Dia kan sudah mempunyai pacar.

"Elo? Bisa lo jagain Diva?" tanya Kim.

"Yaelah, Alvi. Ngapain si?" kini Fikran yang bersuara.

"Bareng gue aja. Gue bakalan jagain lo" ucap Alvi.

Diva terus menimbang tawaran Alvi dan pada akhirnya ia setuju.

"Kim, gue sama Alvi aja. Soalnya gue ada urusan yang garus diselesaikan dirumah" ucap Diva menaiki motor Alvi. Alvi pun menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Sma Alvaren bersama Diva.

"Terus kita?" tanya Fikran.

"Ya pulang lah" Kim memukul helm Fikran tapi hal itu hanya membuat Fikran tertawa.

Fikran pun juga menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Sekolah.

Selama diperjalanan tidak ada yang bersuara sedikitpun. Diva menatap rumah-rumah warga yang dilewatinya dan Alvi tetap sibuk mengendarai motornya. Diva terpikirkan soal tugas Fisika yang mengaharuskan Alvi dan dirinya bekerja sama dalam satu kelompok.

"Al, kita sekelompok fisika loh" ucap Diva.

"Apa? Gue gak denger" ucap Alvi dengan sedikit berteriak.

"Kita sekelompok fisika" teriak Diva.

"Oh. Terus kita mau kerjainnya kapan?" tanya Alvi sedikit berteriak.

"Gue gak tau"

"Besok aja. Hari ini gue tanding futsal" ucap Alvi.

Diva membulatkan matanya karena terkejut dengan apa yang dikatakan Alvi, "Oh ya? Serius?"

"Buat apa gue boong?" tanya Alvi.

Tidak terasa mereka sibuk mengobrol, motor Alvi terhenti tepat didepan sebuah rumah berlantai dua dengan pagar hitam sebagai pembatasnya.

Diva turun dari motor secara hati-hati kemudian melepaskan helm di kepalanya.

Diva tersenyum, "Makasih karena udah anter gue pulang"

"Sama-sama" ucap Alvi sambil tersenyum.

"Lo pulang gih" ucap Diva.

"Enggak. Lo masuk dulu, baru gue pulang. Izinkan gue pulang setelah lo aman" ucapan sederhana dari Alvi mampu membuat Diva gugup dan bahagia.

"Gue masuk duluan ya?"

"Iya. Masuk gih"

Diva pun membuka pagar dan memasuki halaman rumahnya. Ia terus melangkah dan memasuki rumahnya. Namun sebelum itu, ia melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal pada Alvi.

Alvi menyalakan motornya dan pergi meninggalkan area tempat tinggal Diva.

***

"Jangan natap gue gitu" Fikran mengusapkan tangannya di wajah Kim.

Fikran merasa lain jika ia ditatatap dengan sangat dalam oleh seseorang terlebih lagi orang itu adalah seorang cewek yang memang terbukti dekat dengannya.

Kim tertawa sambil memegangi helmnya, "Makasih udah nganterin gue pulang"

Fikran mengangguk, "Sama-sama"

"Gue masuk duluan. Hati-hati dijalan" ucap Kim.

Fikran mencubit kedua pipi Kim dengan gemas, "Iya bawel"

Kim tersenyum penuh kegugupan diselingi dengan jantungnya yang berdetak sangat cepat.

Saat Kim memasuki rumahnya, Fikran juga memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang searah dari rumah Kim.

Kim duduk di sofa ruang tamu di rumahnya lalu ia mengingat-ingat kejadian hari ini yang ia alami bersama Fikran. Kim memegangi dadanya yang berdegup kencang.

Kim kemudian melupakan semua kegugupannya dan lebih memilih membuka sepatunya. Ia kemudian melangkah menuju dapur untuk meminum susu beruang, kebiasaannya. Setelah meminum susu beruang, ia naik ke kamarnya tanpa memedulikan semua penghuni rumah yang memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi.

"Kalau jatuh cinta, berarti berani sakit hati. Sama seperti jatuh cinta, sekali berharap berarti berani juga untuk kecewa berkali-kali"

Salam Author, Milrezty

SENIORWhere stories live. Discover now