1. Sebuah Titah

9.7K 738 20
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

WayV - Take Off

~~~~~

"Jika sedang susah, jangankan teman, setan saja pura-pura tidak melihat."

~~~~~

Kilatan blitz kamera menyapa, berkedip beberapa kali menyoroti bintang muda yang tengah naik daun dan menjadi perbincangan hangat. Berdiri anggun dengan polesan menawan yang memikat semua orang untuk memandang.

"Terimakasih atas kehadirannya, saya tutup sesi tanya jawab pada kesempatan kali ini. Semoga selalu bahagia dan permisi."

Semua anggota kru menyapa, memasuki ruang ganti dengan keadaan lelah menjalar di tubuh. "Beruntung mbak Venna datang tepat waktu, saya ucapkan terimakasih mbak."

Perempuan bernama Venna tersebut mengangguk. "Tidak masalah, memang sudah tugas saya."

Setelah kepergian sang lawan bicara, Venna menggerutu kesal. "Artis muda emang kayak gitu, kebanyakan gaya sampai kru yang lain dilupain. Ini kalau bukan karena pamor ogahlah gue datang kesini."

Venna tidak bisa menampik fakta bahwa namanya sudah terkenal di daerah ibukota, menjadi jejeran make up artist atau yang sering dikenal dengan kata MUA, paling dicari oleh diva papan atas tingkat nasional. Pekerjaannya yang sering berpindah-pindah tempat dalam 1 hari dapat membuatnya stress sekaligus lelah. Namun Venna juga merasa beruntung dapat bertemu dengan idola-idolanya secara langsung.

Drttt drtt

Getaran beberapa kali dari dalam tasnya menganggu, membuatnya menghela nafas mengetahui seseorang yang menelponnya bagaikan seorang kekasih.

"Yes Mommy."

"Waalaikumsalam."

"Hehe maaf, assalamualaikum Mommy."

"Waalaikumsalam, kalau udah gak ada kerja langsung pulang ya sayang."

Kening Venna terlipat, tidak biasanya sang ibu mencari, ada gerangan apa ini? "Ada urusan apa Mom?"

"Urusan negara, ini sangat penting. Jika kau tidak datang maka dipastikan masa depan kita terancam."

Bagaikan orang kebakaran jenggot, Venna pamit kepada kru yang lain dan bergegas pulang. Mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan tinggi, menyalip mobil-mobil di depannya bagaikan pembalap handal. "Jangan bilang si Moli mau dijual."

Venna ketar-ketir jika sang ibu sudah menjual kucing anggora miliknya, mengingat sang ibu yang sangat kejam jika dirinya tidak segera menuruti perintah dari sang ratu. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama tersebut akhirnya terbayar. Memasuki rumah minimalis dengan tergesa-gesa dan mencari keberadaan sang ibu.

Mimik wajahnya yang semula khawatir berubah dengan cepat ke mode jutek, menatap sang ibu dengan pandangan malas sekaligus kesal. Ada-ada saja orang tua zaman sekarang untuk menjahili anaknya, dia pun menjadi bingung.

"Harus berapa kali aku bilang sama Mommy kalau aku bisa cari suami sendiri, masa masih zaman sih perjodohan-perjodohan kayak gini?"

Tak

Sebuah centong berbahan kayu mendarat sempurna di kening perempuan cantik, membuat sang empu mengadu kesakitan. "Aduh sakit Mom, aku aduin ke komnas perlindungan anak bisa dapet tunjangan nih."

"Jangan sok jual mahal deh, cabe di pasar lagi murah."

"Baru kali ini ada ibu yang nyamain anaknya kayak lonte, dikira anaknya cabe-cabean apa."

Kekehan pelan terdengar dari bibir perempuan paruh baya yang masih terlihat muda, perempuan itu hanya menggeleng mendengar ucapan sang anak, sama persis dengan dirinya sewaktu masih muda. "Udah nurut aja, mommy yakin langgeng sama kakek nenek."

"Akhhh tapi aku gak kenal sama dia Mom, lagian pasti juga jelek."

"Gak usah cosplay jadi peramal. Dia anak teman mommy, teman baik mommy. Jika ibunya baik maka anaknya pun juga baik, ramah dan murah senyum terhadap semua orang."

"Senyum-senyum sendiri nanti gila."

"Tutup mulutmu! Jadi cewek jangan jual mahal, nanti jadi perawan tua baru ngerasain."

Perempuan muda itu menggigit hijab miliknya dengan kesal, menatap sang ibu yang sampai sekarang belum paham apa maksudnya. "Aku masih muda Mom, karirku masih panjang di dunia make up artist. Aku masih mau bebas Mom, masa iya aku udah gendong anak sih, pamor aku kemana huaaa...."

"Pamornya dibungkus kain kafan aja sih, sekalian di makamkan di TPU terdekat."

"Jangan bercanda Mom, aku serius ih."

"Lho mommy juga serius, siapa sih yang nggak mau hidupnya terjamin? Kamu kerja sebagai MUA ini gak bertahan lama sayang, banyak MUA baru yang akan melengserkan posisi kamu saat ini, belum lagi capeknya wara-wiri pindah tempat ke tempat yang lain, mommy sebenarnya kasihan sama kamu, tapi kamu sok gak tau kalau di kasihani."

Venna gregetan, dirinya masih ingin bebas keluar masuk mall tanpa harus membawa anak kecil. Anak kecil sangat menyebalkan, menangis tiada henti hingga membuat telinganya sakit. "I'm still young Mom, I'm the young people in my job."

"Udah bongkotan masih dibilang muda, dua puluh empat tahun sudah sangat matang untuk membina rumah tangga. Jangan pikirkan banyak hal, dua minggu lagi kita akan bertemu dengan calon suamimu Kuncoro."

Perempuan cantik bernama lengkap Venna Rosalia itu membuka mulut tidak percaya, bayangan tentang hidup susah di daerah pedesaan semakin tergambar jelas di pikirannya. Belum lagi dengan tampang sang calon suami, hei dia ini cantik, apakah cocok seekor kupu-kupu bersanding dengan seekor lalat? "Kuncoro apaan sih, dari namanya aja udah kelihatan kalau dia kampungan, jelek dan udik."

Tak

"Mommy!" Venna berteriak dengan kesal menatap sang ibu, dia mengusap keningnya dengan sayang setelah menerima getukan kedua oleh centong nasi. Bisa-bisa keningnya ini benjol merah dan membuat wajah cantiknya menjadi tidak cantik.

Bagaimana mungkin seorang MUA tidak cantik? Apa kata dunia entertainment?!

"Apa, mau bilang apa hah?!" tantang sang ibu dengan mengangkat tinggi centong kayu miliknya. "Kamu tuh gak tau Kuncoro kayak apa, sifatnya, perawakannya serta hartanya. Lagipula jika jelek tidak apa, yang penting kaya."

"Astaghfirullah Mommy, aku gak pernah mandang materi," ucap Venna dramatis dengan menutup mulut. "Aku gak pernah mandang cowok dari materinya Mom, aku bukan orang kayak gitu."

"Yang bener? Nanti dapet suami yang pas-pasan ngeluh."

Perempuan muda itu mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersamaan membentuk huruf V. "Beneran Mom, tapi aku mandang fisik lho yah. Aku gak mau anak aku jelek, ganteng dan cantiknya anak berasal dari ayahnya, suami aku gak begitu pinter gak papa, yang penting ganteng."

Sang ibu hanya bisa menggelengkan kepala, memang dia dan sang anak benar-benar sama dari segi sifat. Malu terhadap orang baru namun begitu agresif jika sudah bertemu dengan yang sudah akrab.

"Calon suamimu sangat tampan, mommy yakin jika kau yang tidak akan bisa melepaskannya."

"Oke Venna jabanin, setampan apa sih pilihan Mommy."

"Kalau sampai kamu ternganga lima detik melihat Kuncoro, belikan mommy tas branded keluaran terbaru."

Venna semakin tidak bisa berkata-kata, jika ibunya sudah bertaruh seperti ini biasanya dia akan kalah. Membuatnya menuruti permintaan sang ibu yang mampu menguras habis uang di dompetnya.
.
.
.

STAY SAFE

13 February 2022

KuncoroWhere stories live. Discover now