12. Pikiran Negatif

4.1K 426 10
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Guyon Waton - Menepi

~~~~~

“Menepi dengan perlahan karena tahu pada akhirnya hanya sebatas teman.”

~~~~~

Perbincangan hangat tersaji, menemani sore hari dengan berbagai kabar gembira yang menghiasi hati. Apa hal yang lebih baik daripada memenangkan tender? Ada hal yang lebih baik daripada ini? Jika Kuncoro yang diberi pertanyaan seperti ini, maka dia akan menjawabnya tidak.

“Aku bangga kepadamu Kuncoro, di usia semuda ini kau sudah menguasai berbagai hal di dunia bisnis. Aku akui ayahmu sangat hebat, namun aku tidak menyangka jika anaknya jauh lebih hebat melampauinya.”

“Terimakasih Tuan.”

“Jangan memanggilku dengan sebutan Tuan, aku ini sahabat ayahmu.”

“Terimakasih Tuan Sahabat.”

Tangan kanan Kuncoro tidak dapat menahan senyuman, pria bertubuh atletis itu harus menolehkan kepala di saat tersenyum. Lihatlah Tuannya yang begitu polos ini, apa yang dia dengar maka itu pula yang akan dia katakan. Benar-benar kaku layaknya kayu, atau mungkin benda lain yang jauh lebih kaku?

“Kau sangat polos Kun, kenapa kau begitu hebat seperti ini?”

“Saya tidak seperti yang Tuan Sahabat katakan, setiap orang memiliki kekurangan, dan saya pun memilikinya.”

Perbincangan panjang mulai terjadi, terjalin begitu hangat hingga seseorang menghampirinya dengan menyodorkan sebuah ponsel keluaran lama, bahak temper glass itu sudah mengelupas siap lepas. Uangnya yang tercecer di lantai seolah tidak terlihat, 1 lembar uang merah itu saja sudah lebih dari cukup untuk memperbarui sebuah ponsel, namun kenapa Kuncoro tidak melakukannya?

Entahlah, tanyakan saja kepada sang empu.

“Panggilan masuk Tuan.”

“Dari siapa,” tanya Kuncoro tanpa minat, jujur saja dia sangat kesal jika ada seseorang yang mengganggunya saat berbicara dengan orang lain.

“Disini tertera nama Jojo, jika Tuan tidak memerlukannya maka akan saya matikan.”

Kening Kuncoro terlipat, begitu banyak orang-orang yang memenuhi kontaknya hingga membuat penyimpanan otaknya penuh. Mencoba mengingat siapa Jojo sepersekian detik, Kuncoro mengangguk dan merima uluran ponsel tersebut. Pamit kepada sang lawan bicara untuk mengangkat telepon sebentar.

Assalamualaikum ada ap-” belum selesai sapaannya, seseorang yang berada di seberang sana mengucapkan kata-kata dengan cepat hingga membuatnya geram setengah mati.

“Aku sama mbak Venna kecelakan mas Kun, aku harap mas Kun datang ke Jakarta secepatnya.”

Sambungan telepon dimatikan dengan cepat olehnya, apa yang perempuan itu lakukan hingga berbuat senekat ini? Apakah uangnya selama ini masih kurang, apa yang ingin Venna beli hingga bekerja keras seperti ini?

“Kau selalu merepotkanku sayang.”

~~~~~

“Mbak Venna terimakasih yah udah nyempetin datang kesini, sumpah sebenarnya artis kita nggak papa kok kalau mbak Venna nggak datang tadi.”

KuncoroWhere stories live. Discover now