14. Janji Perlindungan

4.3K 461 16
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Jammie Miller – Here’s Your Perfect

~~~~~

“Ada hal yang lebih menyakitkan dari kenyataan, kita bersama namun salah satu dari kita tidak memiliki rasa.”

~~~~~

Apa tujuan awalmu setelah beranjak dewasa?

Memiliki masa depan yang cerah bukan? Jawaban yang sangat klasik.

Jika boleh jujur untuk mengatakannya, Venna akan menjawab dengan tegas bahwa dia hanya ibadah yang dilakukan 5 waktu, jasmani dan mental yang sehat, jaringan wifi yang lancar, serta orang-orang yang menyanyanginya berkumpul untuk merangkulnya dalam kondisi apapun. Namun apa boleh dikata jika alam memberinya rezeki yang terbilang lebih dari cukup, walaupun harus membuatnya mengarungi samudra Hindia pun akan dia lakukan untuk benda tipis yang menjadi incaran banyak orang.

Uang, apalagi jika tidak uang?

Semua orang butuh uang, menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Memang benar jika uang bukan segalanya, namun segalanya butuh uang. Membuat makanan membutuhkan bahan, membeli bahan membutuhkan uang. Itu termasuk contoh besar, kita lihat contoh kecil seperti buang air kecil, buang air saja bayar.

Sungguh luar biasa penguasa-penguasa sukses di luar sana, mereka begitu royal dan tidak menampakkan kekayaan di depan umum. Berbaur dengan masyarakat biasa dan bisa menyesuaikan diri. Kita lihat saja contoh nyata di depannya ini, kita lihat contoh nyata seorang pengusaha sukses yang berada tepat di depannya.

Tersenyum singkat kepada beberapa karyawannya, menganggukkan kepala dan tidak sedikitpun menaikkan dagu ke atas merasa sombong. Benar-benar orang yang tidak gila harta, namun dia akui sedikit gila.

“Pengerjaan pabrik baru di sebelah utara telah delapan sembilan pulug lima persen, jika tidak ada kendala maka bulan depan akan merekrut para karyawan baru. Pihak HRD telah menyebar brosur untuk bidang baru ini Pak, lima tahun ke depan pasar mainan anak akan kita kuasai.”

Venna menolehkan kepala, menatap sang suami dengan kagum. Umur semuda ini telah memiliki pabrik sebesar ini, berapa luas tanah yang berada disini? Dia yakin jika sebuah kelurahan dapat dibangun di tempat ini.

“Tunda peresmian,” ucap Kuncoro singkat, pria itu kembali berjalan lurus dan menatap mesin-mesin pabrik keluaran negara Jepang. Meninggalkan 3 orang yang menatapnya bingung, satu diantara ketiga orang itu menghela nafas, menggelengkan kepala dan menatap seseorang yang baru berbicara dengan pimpinan itu.

“Tunda peresmian hingga gedung baru itu sudah seratus persen siap digunakan, perlu diketahui jika pimpinan tidak menyukai pekerjaan yang setengah-setengah.”

“Lalu bagaimana dengan para karyawan baru yang telah di kontrak Pak? Dibatalkan semua?”

“Tidak perlu dibatalkan, bimbing saja mereka dengan baik dan ditempatkan di mess yang tersedia. Jika kau tidak ingin kehilangan banyak uang, maka selesaikan tugasmu dengan tepat waktu.”

“Sayang.”

Pembicaraan serius diantara kedua orang itu terhenti, menatap sang bos dengan bingung. Membuat tangan kanan Kuncoro bergerak untuk menghampiri. “Iya Pak?”

“Dimana istri saya?”

Sang lawan yang diberi pertanyaan itu hanya bisa terdiam, memutar kepalanya guna mencari sosok istri sang pak bos. Gawat, pekerjaannya terancam! Dialah orang yang mengawasi istri sang istri, lalu kemana perempuan cantik di belakangnya tadi?
“Tadi Ibu berada di belakang saya Pak.”

KuncoroWhere stories live. Discover now