21. Cemburu

4.3K 442 6
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT 127 – Wake Up

~~~~~

“Virtual yah? Mau sampai kapan nyaman sama ketikan sedangkan disana ada yang benar-benar membuatnya nyaman.”

~~~~~

Pagi hari yang cerah disambut dengan suka cita, senyum sumringah terparti di kedua wajah perempuan berbeda generasi tersebut. Berdiri di ruang dapur dengan tangan yang berada di atas pinggang, mengulum bibir dan menatap berbagai sajian dapur yang membuatnya pusing seketika.

“Vena mau masak apa buat mas suami?” tanya sang bibi melihat keponakan tersayangnya tengah bingung dengan berbagai macam pilihan.

“Apa aja deh Bun, Venna ngikut.”

“Nggak bisa dong, mommy sama Bunda kan mau arisan,” ucap seseorang menerobos masuk ke dalam pembicaraan mereka.

“Masa pagi-pagi udah arisan sih?” tanya Venna dengan heran.

Rosa memutar bola mata malas, memiliki anak semata wayang namun hingga kini masih belum bisa mengerti akan kebutuhannya. Ini anaknya atau bukan? “Kamu lho kayak gak tau mommy aja kalau pagi harus kemana dulu, belum lagi nanti kena macet.”

“Acaranya jam berapa Mom?”

“Jam setengah sepuluh.”

“Astagfirullah,” ucap Venna menggelengkan kepala. “Ini baru jam lima Mom, semisal nih ya Mommy berangkat sekarang, terus disana mau ngapain? Bersih-bersih tempat arisan?”

“Ck, ck anak muda zaman sekarang,” Rosa berdecak. “Eh iya ya sayang, walaupun mommy udah tua tapi masih kayak anak perawan, mommy tuh juga butuh perawatan. Jadwal mommy lebih padat daripada kamu yah, kamu nih apa sih ikutnya, kaum rebahan bukan?”

Astagfirullah aku anak rebahan? Mommy tuh gak lihat kalau aku juga punya banyak jadwal, terus sekarang aku tanya, jadwal Mommy apa aja sih. Gaya banget sampai ngalahin anak muda,” cibir Venna.

Rosa menarik nafas dalam sebelum berucap, perempuan itu harus menyiapkan nafas untuk mengucapkan semua jadwal kegiatannya hari ini.

Mommy sama Bunda berangkat jam setengah enam, perjalanan setengah jam habis di jalan. Setelah itu mampir di Rumah Singgah Sejahtera, di rumah singgah mungkin bisa sampai dua jam, setelah itu langsung berangkat lagi ke salon, biasalah namanya juga perempuan butuh perawatan. Setengah jam mommy harus ambil catering buat arisan, baru berangkat lagi ke tempat tujuan. Mommy tuh sibuk banget!

Venna menatap sang ibu dengan tidak percaya, menggaruk dagunya yang tidak gatal bingung harus menjawab apa. Pandangannya beralih ke arah sang bibi yang hanya tersenyum, seolah benar-benar tahu sifat ibunya ini.

Cup

Mommy sama Bunda berangkat dulu ya sayang, sajikan makanan yang paling enak buat menantu mommy tercinta. Awas aja kalau sampai nggak enak, mommy ikut kelas masak kamu,” ancam Rosa dengan jari telunjuk mengarah ke sang anak.

“Iya Mom.”

“Sip, mommy berangkat dulu, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Venna melambaikan tangan dengan lemas ke arah 2 perempuan tersayangnya itu, memang seperti ini semua sudah di sengaja. Pandangannya beralih ke arah bumbu-bumbu dapur, menatap barang ataupun peralatan yang tersaji. Pertanyaannya hanya satu, apakah ada bahan makanan di dalam kulkas?

“Masa stock Mommy cuma segini?” tanya Venna kepada dirinya sendiri. Perempuan itu hanya melihat 2 kotak udang, 1 ekor ayam yang sudah dipotong, 7 butir telur, 9 buah sosis, 1 ikat kangkung, beberapa buah daun bawang. Kapan terakhir kali ibunya belanja bulanan?

Mommy sama Bunda pasti udah sarapan di luar, kalau sarapan bikin sedikit terus siangnya masak lagi juga bisa sih. Yaudah deh, buat udang balado sama telur dadar aja.”

Venna mengikat rambutnya tinggi ke atas, dia belum mandi saat ini. Jadi setelah dia memasak, dia harus mandi. Venna akan merasa malu jika berdekatan dengan sang suami namun berbau bumbu dapur. Perempuan itu mengiris bawang dan teman-temannya yang lain, memasukkannya ke dalam wajan. Tangan kecil yang mahir menghias wajah itu sekarang berganti profesi, mengaduk, mengiris dan juga menata bahan makanan menjadi indah dipandang.

Perfect.”

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Bertepatan dengan itu, sebuah suara salam menyapa gendang telinganya. Perempuan itu tersenyum singkat dan menyalami sang suami. “Aku mandi dulu ya Mas, Mas duduk aja disini sambil nunggu nasinya mateng.”

“Iya.”

Venna segera bergegas menaiki tangga, menyambar daster miliknya dan segera menyelesaikan ritual mandinya. Membutuhkan waktu sekitar 10 menit lamanya, Venna dengan tergesa-gesa menuruni tangga. Kembali tersenyum melihat suami dan sepupunya yang tampa akur, kedua pria ini sepertinya membicarakan banyak hal.

“Nasinya nambah Mas?”

“Kurangin.”

“Segini aja?”

Walaupun bingung melihat porsi makan Kuncoro yang tidak biasanya, Venna hanya menurut. Ketiga orang itu berbicara makan dalam diam, membuatnya membuka obrolan namun hanya dibalas dengan kata-kata singkat.

“Mas mau mandi.”

Kuncoro berlalu meninggalkan ruang makan, meninggalkan Venna dan Jojo yang saling berpandangan dengan heran. “Ada masalah apa sama Mas?”

Jojo histeris, menyandarkan tubuh dengan lemas ke sandaran kursi. Pemuda itu mengucapkan kata istigfar berkali-kali hingga mulutnya seakan berbusa. Tingkah lakunya ini yang semakin membuat Venna keheranan, bertanya-tanya apa yang telah terjadi. “Aduh gue gak kuat mbak Ve, berasa di introgasi sama anggota intel deh.”

“Ada apa?” tanya Venna dengan geram.

“Didin yang rumahnya di pojokan tadi kan ketemu gue, nanyain apa kabarnya mbak Ve setelah nikah. Nah masalahnya tuh si Didin nanya kenapa bang Rio gak keli-”

“Oke mbak sudah mengerti,” ucap Venna memotog perkataan Jojo. Perempuan itu bergerak mengambil piring dan mengisinya kembali dengan nasi beserta lauk, menatap Jojo yang telah bergetar. “Kamu cuci piring kotornya yah, mbak kasih hadiah nanti. Soal Mas Kun nggak usah khawatir, biar mbak yang handle.”

Venna meniggalkan Jojo dan berjalan ke arah kamar. “Mas?” Pandangannya beredar, menatap seluruh penjuru ruangan kamar, tatapannya fokus pada seseorang yang sedang memejamkan mata dengan pakaian yang dibilang sangat seksi.

Perempuan itu meletakkan piring di atas meja, berjalan mengambil handuk dan segera melilitkannya di kepala sang suami. Mengusap rambut Kuncoro dengan lembut untuk mengeringkannya, menutupi rasa takut jika saja Kuncoro justru semakin marah atas sikap sok kenal sok dekat yang ditunjukannya.

“Aku dan Rio adalah sahabat sejak kecil, bersama Jojo juga. Hubungan kami memang dekat layaknya seorang saudara, maka dari itu banyak orang yang beranggapan jika kami memiliki hubungan serius. Rio tengah menempuh pendidikannya di Amerika, Mas tidak perlu khawatir karena Rio sudah memiliki tunangan,” ucap Venna panjang lebar.

Kuncoro hanya diam, duduk tenang seperti patung yang tidak memiliki nyawa. Pria yang hanya mengenakan celana pendek itu menghela nafas, mendongakkan kepala menatap sang wanita yang begitu cantik tanpa adanya polesan berarti. Kuncoro bangkit dan mendekap Venna dalam dekapannya, mengecup keningnya dengan lembut.

“Mas sayang sama kamu, jangan pernah buat mas kecewa.”
.
.
.

STAY SAFE

30 April 2022

KuncoroWhere stories live. Discover now