10. Pendekatan

4.5K 487 13
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Lee Hi - Only

~~~~~

"Virtual yah? Sampai kapan nyaman sama ketikan sedangkan disana ada yang benar-benar membuatnya nyaman."

~~~~~

"Bagaimana keadaanmu nak, Budhe dapat kabar kalau kalian kecelakaan?"

"Ada yang sakit?"

"Ada yang patah?"

"Katakan saja nak, jangan hiraukan suamimu yang begitu kaku itu."

Venna meringis dalam, perempuan yang setengah lemas itu hanya bisa menggelengkan kepala pelan menanggapi pertanyaan bertubi yang ditujukan kepadanya. Dikerumuni banyak orang dan diberikan pertanyaan yang konsepnya hampir sama, bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit dan sebagainya.

"Venna baik-baik saja, dia hanya shock."

Pandangan sinis ditujukan kepada Kuncoro, beberapa orang yang berada disana merasa sangat tidak nyaman dengan sikap acuh tak acuh yang dimilki Kuncoro, kapan pria ini akan berubah. Tidak mungkin bukan jika dia akan seperti ini secara terus menerus hingga memiliki anak kelak?

"Maafkan kami nak."

Alis Venna bertaut bingung. "Maaf kenapa Budhe?"

"Maafkan kami telah memaksamu untuk menikah dengan pria super menyebalkan sepertinya."

"Astagfirullah tidak seperti itu."

Senda gurau tercipta di antara mereka, acara makan besar pun tidak terelakkan. Suasana desa yang benar-benar desa tercipta di rumah bibi sang suami. Jika rumah sang suami berdekatan dengan sawah, maka rumah bibinya ini berada di tengah-tengah sawah. Layaknya sebuah cerita dongeng, namun ini nyata.

Katak, belalang, bahkan ular sudah bersilahturahmi di rumah besar bergaya adat Jawa ini. Mereka teman, sungguh luar biasa bukan jika ular dijadikan sebuah teman? Ini, kenyataan ini yang membuatnya sedikit takut sekaligus merinding. Bagaimana jika dia terbangun dan di suguhi dengan ular yang melilit kakinya?

Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduknya berdiri.

"Venna ayo makan dulu nak, isi perutmu sebelum melanjutkan perjalanan."

Ringisan kecil tercipta, perempuan itu mengangguk sejenak dan mendekati sang ibu mertua yang memanggilnya dengan isyarat tangan. "Iya Ibu."

"Kamu bisa duduk di bawah?"

"Yaampun Ibu, Venna cuma jatuh, lecet sedikit nggak ada apa-apanya buat Venna."

"Halah kamu ini kalau Ibu bilangin kayak gini terus, jangan nolak makan kalau gitu."

"Iya Ibu," ucap Venna mengacungkan jempolnya ke arah sang ibu mertua. Perempuan itu mulai mengepalkan tangan dan memakan makanan yang tersaji di depannya dengan lahap, walaupun makan sebanyak apapun, dia tidak akan gemuk. Bisa dibilang inilah kelebihannya, kelebihan yang akan membuatnya sedikit lega karena tidak memikirkan program diet.

"Ini namanya apa Ibu?" tanya Venna dengan menunjuk tanaman hijau berbentuk aneh yang baru dia temui. "Ini buat makan kambing kan Bu?"

"Ah iya ini namanya kemitir, ada juga yang nyebut kenikir. Selama ini ibu nggak pernah ngasih kambing pakai daun kenikir, ini bisa dimakan lho."

KuncoroWhere stories live. Discover now