29. Suami sayang Istri

3.6K 346 10
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Denny Caknan ft Ndarboy Genk – Ngawi Nagih Janji

~~~~~

“Bukannya tidak laku, hanya saja mencari seseorang yang satu frekuensi lebih sulit daripada hanya sekedar suka.”

~~~~~

Beberapa koper tersusun rapi di dalam bagasi mobil, jajanan kecil sebagai pelengkap sudah masuk ke dalam tas kecil milik Venna. Kepergiannya hari ini akan membuatnya rindu akan makanan sang ibu mertua.

“Suamimu sudah dapat rumahnya?”

Venna mengangguk. “Mungkin sudah Bu.”

Lho gimana ini kok masih mungkin, kepastiannya gimana?”

“Sebenarnya Venna juga belum tahu pasti dimana letak rumah yang dibeli Mas Kun, tapi Mas sendiri sudah bilang jika semuanya beres.”

“Suamimu bisa dipercaya?”

Venna terkekeh pelan, sebenarnya Kuncoro anak siapa hingga membuat sang ibu kandung justru bertanya kepadanya. “Insyaallah amanah Bu.”

Kunti turut mengangguk paham, memastikan barang-barang sang anak beserta menantu telah masuk ke dalam mobil berharga ratusan juta ini. Dia jelas tidak ingin jika ada barang yang tertinggal meski tu hanya satu, mengingat emosi sang menantu yang mudah naik turun bisa saja membuat perempuan itu stress. Agak berlebihan memang, namun tidak ada yang tahu kedepannya bukan?

“Ibu, Bapak, Venna berangkat dulu yah, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Kunti mengikuti Venna di samping, kembali mengelus perut sedikit buncit itu dengan sayang. “Jika ada perasaan tidak enak yang mengganjal di dada, langsung telepon ibu yah sayang.”

“Iya Ibu.”

Perempuan paruh baya itu mengangguk, menutup pintu mobil dengan pelan dan membiarkan mobil itu berjalan. Namun beberapa detik kemudian dirinya berteriak takut, mengejar mobil sang anak hingga menjadi perhatian beberapa orang yang ada di sawah.

“Berhenti!”

Tok tok tok tok tok

Venna yang masih berada dalam keadaan shock karena rem mendadak hanya bisa mengucap istigfar, mengelus dada dengan pelan dan menatap sang suami dengan menggelengkan kepala. Mengedarkan pandangan dengan bingung saat melihat sang ibu mertua yang menatapnya khawatir.

“Ada apa Ibu?” tanya Venna menurunkan kaca mobil.

“Kalian gak bawa supir?”

“Tidak,” jawab Kuncoro dengan tenang.

Mendengar jawaban sang anak membuatnya ketakutan, menggeleng tidak setuju atas perkataan Kuncoro. “Kalian harus bawa pak supir!”

“Kuncoro bisa membawa mobil ini, Ibu. Ibu tidak perlu khawatir.”

“Justru karena kau yang membawanya ibu jadi khawatir, pokok harus bawa supir satu.”

Venna duduk diam di dalam sana mendengar semua perdebatan sang suami dan sang ibu mertua, apa yang harus dia lakukan untuk melerainya? Oh ayolah dia bukan pihak penengah, melainkan pihak sumbu kompor yang harus memanaskan suasana. Namun apakah sopan jika dia tidak membela sang suami? Apakah sopan jika dia harus diam saja disaat situasi di sekitarnya terasa panas?

KuncoroWhere stories live. Discover now