8. Laka Lantas

4.6K 492 14
                                    

~~~~~

Selamat membaca

Monggo enjoy

~~~~~

Ruth B - Dandelions

~~~~~

"Putus cinta tidak sakit, yang sakit adalah putus tapi masih cinta ."

~~~~~

"Agak banyak nggak papa kan Bu, biar padinya juga makin lebat."

"Jangan..."

Perempuan cantik yang berada di bawah terik sinar matahari tersebut mengerutkan kening, menatap bingung ibu-ibu di depannya yang justru menggelengkan kepala tidak setuju. "Kenapa Bu?"

"Jangan nak, kalau padinya ditanam lebih banyak yang ada nanti tidak tumbuh dengan sempurna. Bibit padi sebanyak ini harus ditanam dengan rata di sawah seluas milikmu ini, jika tidak memenuhi target yang ada malah di marahin."

"Oalah, siap Bu."

Kunti tidak bisa menahan senyum, menantunya itu sedang bersenang-senang dengan menanam padi. Kotor, panas dan juga sulitnya jalan mundur ke belakang tak membuat perempuan muda itu melunturkan senyumnya.

"Ve udah nak, kamu ikut ke ibu atau nggak?"

"Iya Bu sebentar," teriak Venna menyahuti sang ibu mertua.

"Mbak Ve udah mbak Ve, sudah dipanggil sama Nyonya."

"Yaampun ini nanggung banget lho Bu."

"Sudah mbak Ve."

Bibir Venna maju ke depan mendengar ucapan ibu-ibu ini, membuatnya menghela nafas dalam karena harus bertemu dengan Tuan Kuncoro yang terhormat. Sebenarnya ini hanya pengalihan agar dia tidak bertemu dengan Kuncoro, namun kenapa alam seolah tidak mengizinkannya?

"Maaf ya Bu udah ngerepotin, aku pamit dulu assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Venna bersusah payah mengangkat kakinya dari atas lumpur, berjalan dengan menjinjitkan kakinya seperti anak kecil yang baru bisa berjalan. Perempuan itu membasuh kakinya di pelataran rumah, mengeringkan kakinya dengan cepat dan mulai menaiki tangga menuju kamarnya, ah tidak. Dia terlalu egois jika menyebut itu dengan kamarnya, kamar milik mereka berdua yang lebih cocok.

Barang suami adalah milik istri, barang istri adalah milik istri.

Venna tidak berbohong jika menyukai kebijakan ini, perempuan lebih merasa diuntungkan guys.

"Mommy mah kebangetan, ini baju gue kenapa jadi pakaian kurang bahan semua anjir. Astagfirullah ngelus dada dah lu Ve, ada aja kelakuan orang tua zaman sekarang."

Mengangkat pakaian satu per satu guna memilih outfit yang bagus, tangan lentik itu memilah dengan benar pakaian yang dirasa cocok untuk dia kenakan nanti. Jangan terlalu formal, jangan pula terlalu casual. "Gamis aja deh gamis, adanya juga cuma ini."

Tanpa menunggu waktu lagi, perempuan itu segera bergegas ke kamar mandi melakukan ritualnya. Lagi-lagi waktunya untuk mandi harus terpotong.

"Poor me time."

Klek

Suasana yang tentram dan damai berubah menjadi mencengangkan, mata bulat itu membola melihat sosok pria yang sedang duduk membelakanginya. "Jangan lihat ke belakang Mas, aku mohon jangan lihat ke belakang dulu."

KuncoroWo Geschichten leben. Entdecke jetzt