35. Perubahan Sifat

3.5K 410 19
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

WayV – Action Figur

~~~~~

“Bukannya tidak laku, namun menemukan seseorang yang satu frekuensi lebih sulit daripada hanya sekedar suka.”

~~~~~

“Mas beneran lagi cuti?”

“Iya sayang, ada apa sih?”

Venna menggeleng. “Mas bisa tidur disini, daripada rumah dinas sendirian gak ada temennya ya kan.”

“Ah gak deh, daripada ngerepotin.”

“Enggak sama sekali, udah deh pokok disini aja, bentar ya aku mau ganti baju dulu.”

Venna berpamitan dengan sang sepupu, meninggalkan pria tampan itu di kamar atas yang tentunya sudah siap ditempati. Dengan perut yang sudah besar itu, Venna menuruni tangga dengan sedikit brutal,  jujur jika sudah ingin buang air kecil, dia tidak bisa menahannya.

Tok tok

“Mas buruan Mas, aduh udah gak tahan.” Venna menggedor pintu kamar mandi dengan brutal, meminta suami itu untuk segera keluar dan mempersilahkannya untuk masuk. Menyelonong begitu saja dan segera menutup pintu itu.

Bernafas lega karena dia tidak kencing di celana, segera mandi dan memakai daster di atas paha.

Klek

“Mas mau makan apa malam ini?”

Kuncoro diam.

“Aku masakin sayur sop, ayam goreng sama sambel aja yah.”

Venna segera berlalu, namun langkah kakinya segera berhenti saat Kuncoro memanggilnya.

“Ve.”

“Iya Mas?”

“Duduk disini sebentar.”

Walaupun bingung, Venna tetap menurut untuk duduk di sebelah Kuncoro, mengusap perut besar itu dengan lembut. “Emhh ada apa ya Mas?”

Terlihat bahwa bos besar perusahaan garment itu menghela nafas, mengambil tangannya untuk digenggam dan mengecupnya dalam. “Mas minta maaf atas perlakuan ceroboh mas yang meninggalkanmu tadi, mas memang bodoh.”

“Nggak papa kok, udah lupain aja.”

“Jangan seperti ini Ve!”

Suara Kuncoro menggelegar di seluruh kamar utama, otot leher pria itu sampai keluar karena marah. Venna yang melihatnya hanya diam, masih tenang dan membiarkan pria itu mengecup lengannya secara berkali-kali.

“Jangan seperti ini Ve, kau terlalu baik kepada mas. Bagaimana bisa kau memaafkan segala kesalahan yang telah mas perbuat? Menjadi baik itu baik, namun terlalu baik juga tidak baik?”

Kepala cantik Venna berpikir dengan keras, apa maksud kalimat terakhir dari sang suami. Menjadi baik itu baik, namun terlalu baik juga tidak baik. Mengulang kalimat itu beberapa kali hingga dia paham apa yang dimaksud oleh sang suami. “Nggak papa Mas, udah ah jangan dibahas lagi.”

“Ve!”

Astaghfirullah ada apalagi sih Mas, udah jangan nangis.”

Venna berdiri dari duduknya, memeluk erat kepala sang suami yang tengah bersandar di dadanya. Mengusap punggung lebar itu dengan pelan, membiarkan baju di area dadanya basah karena air mata Kuncoro.

“Laki-laki kalau cemburu itu wajar Mas, terlalu overprotektif ke perempuannya itu wajar karena terbutki kalau dia cinta. Tapi balik tadi ke apa yang diucapin Mas Wawan, harus ada batasannya. Semua hal yang berlebihan itu tidak baik, selagi kita masih jaga komunikasi kayak biasanya nggak papa kok. Udah ih jangan nangis lagi, jelek banget kalau lagi nangis.”

Venna mengusap air mata yang membasahi pipi Kuncoro, mencium kening pria itu sesekali sebelum melepaskan pelukan. “Aku masak dulu Mas, Mas mandi gih. Sama aku mau bilang kalau si Mas Wawan disini tiga hari nggak papa yah.”

“Ve.”

“Iya Mas?”

“Ganti baju sayang.”

Mata Venna menunduk meneliti penampilannya, air mata sang suami tidak terlihat dengan jelas. Ini masih oke, tidak ada yang salah dengan baju yang dia pakai. “Ini bagus lho Mas, daster zaman sekarang kayak gini tahu.” 

“Terlalu pendek.”

Venna menghela nafas, kembali berjalan ke arah sang suami dan mengecup bibir seksi itu dengan singkat. “Aku sama Mas Wawan sepupuan Mas.”

“Hubungan kalian hanya sebatas sepupu dan tidak lebih, orang-orang yang berhak mengetahui auratmu adalah suami, ayah, saudara laki-laki kandung, nenek kakekmu sendiri, ibu ayah mertua, nenek kakek mertua dan perempuan.”

“Ta-tapi waktu kecil dulu aku minum ASI ibunya Mas Wawan.”

“Ganti baju,” ucap Kuncoro mutlak.

Baiklah dia sudah kalah, Venna memutuskan berganti pakaian dengan menggunakan gamis rumahan dan jilbab instan. Berjalan ke arah dapur untuk segera membuat makan malam, tangannya dengan lihai memotong semua bahan, mencampurnya menjadi satu kesatuan untuk jadi sebuah makanan.

Saat adzab magrib berkumandang, Venna melaksanakan sholat sendiri di rumah, sedangkan kedua pria tampan itu ke musholla terdekat.

“Gila ya, perempuan desa gak ada obat, cakep semua anjir.”

“Saya minta maaf Mas.”

Wawan dan Venna menoleh menatap Kuncoro, kenapa pria ini tiba-tiba minta maaf?

“Suamimu itulo Ve dari berangkat ke musholla sampai jalan pulang ke rumah minta maaf terus ke mas, bibirnya gak capek apa ngomong terus. Kan mas udah bilang udah mas maafin, masih minta maaf lagi.”

Venna tersenyum, ketiganya telah makan malam dan saat ini tengah berbincang di ruang keluarga dengan beberapa cemilan dan sebuah film India bergenre action yang menemani. “Mas Kun memang seperti ini Mas, eh Mas beneran mau sama cewek desa?”

“Why not?”

“Ya gak papa sih kukira Mas mau yang kayak model internasional.”

Wawan menghela nafas. “Cuma polisi aja masa minta yang neko-neko sih Ve.”

“Jadi istri polisi kan juga idaman orang-orang Mas.”

Kuncoro yang berada di sana hanya diam, pria itu bosan. Melihat paha sang istri yang menganggur membuat kepalanya semakin berat, ingin merebah namun takut terkesan tidak sopan. 

“Kalau emang ngantuk tidur aja kali,” celetuk Wawan.

Venna menoleh ke arah sang suami, menepuk pahanya pelan sebagai kode. Kuncoro mengucapkan maaf kepada Wawan dan segera merebah di paha Venna, membawa telapak tangan sang istri di atas bibirnya. Wawan yang melihat semua itu hanya bisa mencibir dalam kesal.

“Emang bener kata Jojo kalau kalian berdua ngeselin.”

“Ya makanya aku tanya Mas mau aku cariin istri? Enak lho setiap hari ada yang ngagenin di rumah, ada yang masakin dan ada yang mijitin. Mas gak mau punya satu?”

“Kalau mau sih mau Ve, masalahnya calonnya gak ada.”

Venna dan Wawan bercerita banyak hal, memilih semua teman Venna yang berada di galeri. Memilah calon istri yang pas untuk polisi ini. “Pokok lo cariin yang anaknya kalem dan mau sam gue, udah gitu aja Ve.”

Venna mengangguk, mengusap kepala Kuncoro dengan lembut. Kegiatannya itu tidak luput dari perhatian Wawan.“Kenapa suami lo gak ikut daftar tahun ini, tinggi dapet, mas juga yakin kalau fisiknya juga kuat. Kenapa dia gak mau?” tanya Wawan dengan melihat Kuncoro yang tertidur tenang.

“Jika semua menjadi abdi negara, lalu siapa yang menjadi pengusaha,” ucap Kuncoro tenang dengan mata yang senantiasa tertutup.
.
.
.

STAY SAFE

10 June 2022

Kuncoroजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें