33. Penghianatan

3.8K 369 10
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT Dream – To My

~~~~~

“Jika dia meninggalkanmu tanpa alasan, maka jangan biarkan dia kembali dengan sebuah bualan.”

~~~~~

Perdamaian ditunjukkan oleh sang pria, jelas pria itu lebih memilih mengalah jika rumah tangganya tidak ingin terpecah belah. Membereskan rumah baru yang mereka tempati dengan saling tolong menolong, Kuncoro yang mengangkat barang dan Venna yang menyapu dan mengepel.

“Rumahnya masih bagus banget ya Mas,” ucap Venna meneliti keadaan rumah yang benar-benar tertata dengan rapi. Kotoran sedikitpun tidak ada, seolah sudah dibersihkan oleh seseorang. “Kok udah bersih sih, kan baru kita tempati Mas?” tanyanya kepada sang suami.

“Mas udah suruh orang-orang mas buat bersihin rumahnya sayang.”

“Kok gak bilang aku?”

Kuncoro menghela nafas dan berbalik menatap perempuannya, meletakkan tangan di atas pinggang sembari tersenyum samar. “Kamu kepala pelayan yang harus mas kasih tahu semua seluk beluk kebersihan di rumah ini?”

“Aku kan harus tahu, akutuh sebenarnya juga bingung. Rumah ini kan Mas beli yah, seharusnya kan udah akan barang-barangnya, cat juga udah luntur dan sebagainya, tapi kenapa rumah ini kayak rumah yang baru dibangun?”

“Barang asli rumah ini sudah diambil oleh sang pemilik, catnya gak luntur karena mas cat ulang.”

“Tapi gaya rumah ini paling beda dari temen-temennya Mas, coba Mas lihat rumah Bu Warsi sama tetangga yang lain, gayanya klasik kan kayak rumah pedesaan umumnya. Tapi kenapa rumah ini besar dan modern, bagian depannya aja udah beda Mas.”

“Mas renovasi bagian depan,” ucap Kuncoro sekenanya.

Venna berpikir keras, ada hal janggal yang ada disini. Sang suami seolah menyembunyikan sesuatu yang dia tidak ketahui. “Akhh gak usah cium-cium.” Kuncoro semakin menjadi-jadi mengecup pipi sang istri, menggesekkan hidung bangirnya ke pipi berisi itu dengan gemas.

“Mas sakit ih, jangan gigit pipiku!”

“Jadi orang jangan gemesin bisa nggak, mas gak kuat nahan.”

“Nahan apa?”

“Nahan anu.”

“Apa?” tanya Venna tidak paham sama sekali.
Anu merupakan sebuah kata yang memiliki banyak makna, membuat siapapun akan overthinking dibuatnya. “Anu apa sih Mas?”

“Nggak papa lupain aja,” ucap Kuncoro dengan menenggelamkan wajahnya pada leher sang istri, mengusap pinggang perempuan itu lembut berharap mengurangi rasa sakit. “Pinggangnya masih sakit?”

“Mas lagi pengen?”

Ucapan Venna melenceng dari pertanyaan, sebuah pertanyaan seharusnya dijawab dengan sebuah jawaban, bukan memberi pertanyaan lagi kepadanya. Kuncoro terkekeh dan mendudukkan sang istri di sofa empuk diikuti oleh dirinya sendiri.
Kuncoro menganggukkan kepala dan kembali menenggelamkan wajah pada leher Venna. “Mas pria normal sayang, lihat tubuh kamu yang makin berisi buat nafsu mas semakin tinggi. Kamu sendiri mau?”

“Kan tiga hari yang lalu udah.”

“Malam hari, kita belum coba yang pagi hari sayang, sensasinya beda.”

KuncoroМесто, где живут истории. Откройте их для себя