3. Pandangan Pertama

5.7K 602 22
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

NCT 127 - Whitout You

~~~~~

"Hati-hati dengan yang namanya teman, di depan menjadi teman gibah dan di belakang menjadii bahan gibah."

~~~~~

"Siapa yang mau nikah, siapa yang heboh."

Venna berucap dengan sangat sabar, sudah lebih dari 1 jam dia menunggu kedatangan sang ibu tercinta, berdiam diri di depan TV hingga saluran yang dia tonton sudah selesai. Dirinya pun juga bingung, kenapa sang ibu sangat excited untuk menemui calonnya? Mungkinkah juga jika sang ibu mengincar Kuncoro?

"Masih lama ya Mom?" teriaknya dengan lemah.

"Wait!"

"Mommy kayaknya pengen nikah lagi deh," pikirnya.

Ini tidak salah, jika dia menolak dijodohkan dengan Kuncoro, kemungkinan besar sang ibulah yang akan menggantikannya. Ditinggal oleh sang ayah lebih dari 7 tahun mungkin membuat sang ibu kesepian, apakah pemikirannya ini salah?

"Udah diem aja deh mbak Ve, nanti juga bakal ketemu kok."

"Diem bisa?"

Jojo menahan senyuman melihat sang sepupu yang tengah marah sekaligus kesal kepadanya. "Mau gimana lagi sih mbak, jadi paparazi tuh nggak mudah tahu, yang mudah tuh selfie. Lagian kalau gue udah dapet fotonya juga udah alhamdulillah, siapa yang lebih berani di bidang ini selain gue?"

"Tapi ini burem banget anjir, nggak ada yang bisa di liat dari foto-foto yang kamu kasih ke aku. Walaupun aku mines satu, tapi kalau foto biasa mah juga bisa liat kali."

"Syukuri apa yang ada, hidup ada- AAA LARI!" Jojo lari terbirit-birit melihat Venna yang sudah bersiap mengambil posisi, perempuan warga tingkat 1 di sebuah perguruan pencak silat itu sudah di posisi kuda-kuda, siap bertarung melawan saudaranya sendiri.

"Hei Jojo!"

"Hei Venna!"

Teriakan kedua memenuhi penjuru rumah, menggelegar bagaikan memasang sound gantung yang biasa di pakai di acara hajatan. Venna, Jojo beserta Rini, atau lebih dikenal dengan sang bibi mulai mengalihkan pandangan. Ketiga orang itu menatap sosok yang menuruni anak tangga dengan mulut sedikit terbuka, benarkah sosok itulah adalah ibunya?

"Yaampun Mommy sejak kapan punya baju syar'i seperti ini?!"

"Aku juga mau satu kayak gini mbak."

"Mommy keren."

Perkataan terakhir yang berasal dari Jojo ditanggapi dengan baik oleh sang empu, terbukti dengan acungan jempol dan tanda suka. Bisa dipastikan pemuda itu akan mendapatkan reward atas tindakannya. "Mommy lagi sehat kan?"

"Tentu saja sehat."

"Lalu ada gerangan apa yang membuat Mommy tiba-tiba memakai baju sangat islami seperti ini?" tanya sang anak dengan heran, tentu saja heran. Bisa dibilang dialah yang pertama kali berhijrah, mendahului sang ibu. Lalu kenapa sekarang ibunya lebih seperti ustadzah?

"Yaampun tante Rini, kakakmu ini kenapa?"

Seseorang yang ditanya Venna tadi hanya menggeleng lemah, mengangkat bahu ke atas tidak tahu menahu apa yang sedang direncanakan oleh sang kakak. "Tante juga tidak tahu, mungkin mau lamaran."

~~~~~

"Setelah pertigaan, kita mau kemana lagi Mom?" tanya Venna memecah keheningan. Perempuan muda itu menolehkan kepala ke belakang menatap kedua orang yang tengah menyembunyikan sesuatu dengan cepat, terbukti dengan layar tablet yang langsung dimatikan saat dia menoleh ke belakang.

"Jangan main petak umpet deh, itu tadi apa coba?"

"Tidak ada apa-apa," ucap Rosa selaku ibu Venna, perempuan berumur 40 tahunan tersebut mengangkat dagu tinggi dan berucap kepada sang keponakan untuk membelokkan mobilnya ke arah kiri. "Setelah belok kiri jalan pelan saja, tujuan kita berada di sebelah kanan jalan sekitar lima ratus meter setelah belokan."

Jojo mengacungkan tangannya, menyetir mobil sesuai titah sang kanjeng ratu. Mobil buatan negara Jepang itu berhenti sempurna di sebuah restoran kecil, bergaya minimalis dan khas pedesaan Jawa. Aksara Jawa terpampang nyata dan jelas menjadi penyambut bagi pengunjung.

"Tuhkan ketemunya di restoran biasa, pasti juga orangnya biasa."

Plak

"Mulut kalau sering dipakai buat gibah ya gini, gak bisa dijaga sama sekali."

Venna mengaduh sakit dengan mengusap keningnya, tas milik sang ibu mendarat dengan sempurna di dahi cantiknya, membuatnya mengelus dada menahan sabar. Keempat orang itu turun dan segera menuju tempat reservasi yang telah dipesan oleh nama Kuncoro, membuat Venna semakin penasaran tentang sosok Kuncoro.

"Kami akan menyajikan makanan jika semua tamu sudah lengkap, Tuan."

Tepukan pelan di kening kembali tersemat, belum mulai saja Jojo sudah mempermalukannya dengan bertanya kepada pelayan dimana makanan yang mereka pesan. "Mohon tunggu sebentar."

"Ah iya mbak tidak apa-apa, kami akan menunggu disini.

Menunggu, terus menunggu hingga memakan waktu 30 menit berdiam diri dengan gendang telinga yang dipenuhi dengan tembang-tembang Jawa. Venna yang juga merupakan suku Jawa tulen menikmati iringan lagu, sesekali bernyanyi jika dia mengetahui liriknya. "Ketemuan aja telat tiga puluh menit, bagaimana dengan akad yang juga bisa telat?"

"Mommy aku mengajakmu bicara."

Rosa berdecak dengan kesal, dan menatap tajam sang anak. "Perjanjian ini dimulai lima belas menit lagi, jaga sikapmu."

Lelah, dia terlalu lelah dengan semua drama yang terjadi di dunia ini. Bagaimana bisa sang ibu datang 45 menit lebih awal dari jam yang sudah ditentukan? Tidakkah ini sudah membuang-buang waktu berharga miliknya?

"Penantian ini, mungkinkah berujung bahagia...." Venna bersenandung kecil, menciptakan lagu versinya sendiri mengisi rasa bosan yang menjalar. Kepalanya mendongak saat mendengar suara pintu dibuka, ditutup dengan pelan dan menampakan 2 orang yang dia duga adalah pasangan suami istri.

"Yaampun masih awet muda aja sih Ros, kamu apa kabar? Lho Rini juga ikut toh, oh ini anaknya."

Kata-kata sambutan terdengar begitu heboh, memeluk satu sama lain dengan erat. Para orang tua itu bercerita banyak hal tentang bagaimana pertemana mereka di bangku sekolah, kembali bertemu setelah sekian lama. "Venna makin cantik yah sekarang, masih ingat ibu?" Pertanyaan-pertanyaan dari kedua orang asing di depannya hanya di jawab dengan anggukan dan gelengan, mengucapkan sepatah dua patah kata jika diperlukan.

"Venna sendiri sudah setuju dengan lamaran ini?" tanya pria di depannya.

"Venna sendiri sudah memikirkan ini dengan matang-matang Ibu, Bapak dan semua orang yang berada disini. Keputusan Venna adalah ti- setuju."

"Alhamdulillah."

Ini pemaksaan!

Bibir perempuan cantik itu meringis kesakitan mendapat cubitan super kuat dari arah bawah, bisa dipastikan jika ini adalah perbuatan sang ibu. Bagaimana bisa sosok ibu ini sangat kejam kepada sang anak?!

"Anak saya sedang berada di perjalanan, sebentar lagi dia akan datang."

Klek

Setelah ucapan singkat itu, terdapat sosok pemuda yang mengenakan baju santai dan berkemeja telah memasuki ruangan. Mengangguk singkat dan tersenyum kepada semua orang, mendudukkan diri tepat di depan sang calon istri, tidak lupa dia juga menyalami Rosa dan Rini.

"Ditunggu tas branded-nya."
.
.
.

STAY SAFE

20 February 2022

KuncoroWhere stories live. Discover now