18. Sedikit Bantuan

4.5K 429 13
                                    

~~~~~

Selamat membaca
Monggo enjoy

~~~~~

Justin Bieber - Baby

~~~~~

“Tidak ada yang menarik di mataku selain melihat senyumanmu.”

~~~~~

Kegelisahan hati menyapa, diselimuti rasa takut yang entah kapan akan hilang sepenuhnya dari pikirannya. Dia akui tidak berpikir sehat dalam melewati masa-masa luar biasa sejak tadi malam, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Imajinasi liar yang selama 26 tahun ini hanya bisa dia pendam akhirnya tersalurkan, inikah yang dibicarakan oleh para teman-temannya ketika berkumpul? Mungkin ini waktu yang tepat baginya untuk bergabung ke obrolan dewasa tersebut, tentu karena dia telah melakukannya.

Astagfirullah

Kuncoro menggelengkan kepala dengan cepat, apa yang dia pikirkan saat ini. Sejak kapan dia menjadi semesum ini?!

Pria itu berjalan kembali ke arah mandi, membuka pintu dengan pelan dan menghela nafas tidak lama setelah itu melihat sosok sang istri yang susah untuk diajak bicara menggunakan bahasa manusia. “Kamu tidak paham bahasa manusia?”

“Hah?”

“Kamu tidak paham apa yang mas katakan tadi?”

“Yang mana?”

“Sangat disayangkan, masih muda sudah memiliki penyakit pikun.”

Astagfirullah,”  ucap Venna mengelus dada. Tanpa menoleh ke arah sang suami, Venna melanjutkan kegiatannya mengatur suhu air, tubuhnya benar-benar lengket hampir mendekati seperti lem sepatu. Dia pikir tadi tenang-tenang saja, namun kenapa sekarang ada keributan?

“Ada barang Mas yang ketinggalan disini? Mau aku bantu cariin?” Venna berdiri dengan kesusahan, menahan selimutnya dengan erat. “Mas nyari ponsel kan, tadi aku lihat udah di atas ranjang kok.”

Venna yakin 100% jika Kuncoro tengah mencari ponsel pintar yang tergigit itu, mengingat kebiasaan Kuncoro yang membawa ponsel ketika di kamar mandi. Benar-benar ketergantungan ponsel, entah itu untuk mendengarkan musik ataupun menonton siaran bola. Bagaimana dia mengetahuinya, jelas tahu karena Kuncoro menyetel suaranya dengan keras, seolah berada di bioskop.

“Mas sudah menyuruhmu untuk duduk diam disini Ve, kenapa kau terus membantah perkataanku?”

“Tubuhmu sudah terlampau lengket Mas, nggak enak.”

“Kau bisa menunggu Mas.”

“I can do that.”

Kuncoro menggelengkan kepala, memang perempuan masih dengan gengsinya yang tinggi. “No, you cant.”

Setelah mengatakan itu, Kuncoro menarik tangan Venna dan kembali menggendong perempuan itu untuk duduk di atas closet. “Mas akan membantumu.”

Otak Venna mendadak ngebug, perempuan itu mengikuti setiap pergerakan Kuncoro yang mengambil handuk hingga mengunci pintu kamar mandi. Bibir tipisnya terbuka dengan lebar, perempuan itu baru sadar apa yang akan terjadi setelah ini. Ini tidak bisa dibiarkan, hal ini tidak bisa diteruskan!

“Aku bisa Mas.”

“Mas akan bantu.”

“Aku bisa melakukannya sendiri.”

KuncoroWhere stories live. Discover now