7 | Kana dan Ponsel Gatra

21.4K 2.6K 18
                                    

Malam belum tampak gulitanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam belum tampak gulitanya. Pemuda-pemudi masih asyik berseliweran di jalanan, membeli sesuatu yang mereka butuh atau inginkan.

Begitu juga dengan Gatra.

Setelah makan malam tadi, ia dengan motor dinasnya membelah gelapnya malam untuk menuju ke pasar malam yang ada di sana. Ah, lucu sekali, Gatra dengan topinya harus menjadi pusat perhatian karena paras yang rupawan.

Dari sekian banyak pengunjung, hanya Gatralah yang datang ke pasar malam ramai ini sendirian.

"Kalo kaya Masnya itu aku sih nggak nolak," Suara bisikan perempuan yang tertuju padanya terdengar di telinga Gatra.

"Komandaaan! Mampir nih banyak mainan tentara-tentaranya." Sahut seorang pedagang mainan pada Gatra.

Darimana ia mengetahui kalau Gatra seorang anggota? Gatra terdiam sejenak sebelum ia melirik corak topinya. Astaga, dia menggunakan topi lorengnya.

"Nih, pistol, senapan, semua ada, mau cari apa, Om? Buat anaknya?" Tanya pedagang itu kala Gatra menghampirinya.

Pistol? Yang jelas saja. Membayangkan membelikan pistol-pistolan untuknya membuat Gatra bergidik geli. Aneh sekali.

"Buat adek saya," Ucapnya pada pedagang itu. "Cewek, Bang."

"Weh kalo cewek ini aja, Om." Ucapnya menawarkan sebuah boneka teddy bear dengan kostum TNI. "Boneka tentara. Biasanya kalo pacarnya tentara suka ngadoin pasangannya ini. Biasa anak muda, Om."

Gatra tersenyum sedikit sembari menerima boneka teddy bear dengan seragam tentara itu. "Saya ambil ini ya."

"Semoga Adeknya suka ya, Om."

Gatra mengangguk dan tersenyum sebelum pergi dari tempat itu. Ia menyalakan mesin motornya dan siap membelah gelapnya malam.

Sesampainya di rumah komandannya, Gatra membuka kunci pintu belakang yang menjadi akses ke kamarnya, melalui pintu dapur. Ia mengunci kembali pintu itu sebelum melangkah ke lantai dua.

Ya, kamar Kana.

Di depan pintu kamar Kana, Gatra menahan tangannya untuk mengetuk pintu kamar itu. Ia akan mengganggu tidur anak yang sedang sibuk mempersiapkan ujian masuk universitas itu.

Gatra menghela napas sebelum membungkuk, meletakkan bingkisan berisi boneka beruang berseragam tentara kecil itu di sebelah kusen pintu kamar Kana.

"Semoga aja dia suka," Gumamnya setelah ia berada di kamarnya sendiri.

Mata Gatra menyusuri kamar itu, mencari keberadaan benda pipih yang sedari tadi tak kunjung ia temukan. Tidak mungkin ada yang mencuri ponselnya di rumah ini.

Jangankan ponsel butut milik Gatra, untuk membeli sepuluh kali lipatnya pun Gatra yakin keluarga Sadiman mampu.

Lalu kemana perginya?

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang