84B | Bukti CCTV

8.9K 1K 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DISKON 50% ADA LAGI💕 BELI 4 GRATIS 1 LANGSUNG AJA CUS ORDER SEKARANG!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DISKON 50% ADA LAGI💕 BELI 4 GRATIS 1 LANGSUNG AJA CUS ORDER SEKARANG!

💕shopee & ig = mowteaslim
💕 WhatsApp = 0896032104731

__________

Playlist ⏯️ Tetap Untukmu (Anneth)

"Aku merindukan perhatianmu, ketulusan dalam hatimu, meski jarak memisahkan, hatiku tetap untukmu."

__________

Tidak, tidak mungkin.

Demi Tuhan mata Kana dibuat melotot melihat video yang tertera di email yang dikirim orang asing itu. Di sana, ada ayahnya dan Gatra yang menangis entah mengapa sebelum akhirnya mereka berpelukan.

Video ini pernah menjadi bukti dalam peradilan ayahnya waktu itu. Tapi yang jelas Kana tidak paham fungsinya apa.

"Berarti...?" Kana sontak berdiri dan menutup laptopnya. Kakinya berlari ke arah tangga untuk segera beranjak ke ruang kerja ayahnya dulu.

Ruangan itu masih dikunci, hampir tidak pernah ada orang yang masuk ke sana. Bahkan dari dulu, Gatra selalu masuk hanya ketika ayahnya memanggil pria itu. Kalau tidak memanggilnya bagaimana? Gatra tinggal menyuruh Kana yang bucin setengah mati padanya.

"Uhuk!" Gadis itu terbatuk saat memasuki ruangan sang ayah. Usang dan berdebu meskipun sofa dan segala barang di dalamnya sudah ditutupi kain putih.

Semerbak aroma lembab tercium dari dalam. Bentuk pendingin ruangan yang mulai membuat bekas noda di dinding pun mulai terlihat. Pikiran Kana melayang pada masa-masa ayahnya duduk di kursi kebesarannya itu sembari bercerita banyak tentang pengalamannya.

"Mesti begitu," Tutur Sadiman dengan ketegasan di wajahnya pada Kana kecil yang menatap lugu. "Yang namanya Ayah itu harus kuat untuk putrinya. Apalagi putri Ayah secerdas Kana."

"Ayah nggak takut petir?" Tanya Kana dengan polosnya pada sang Ayah.

"Jangankan petir, untuk anak Ayah peluru sekalipun Ayah berani tembusi," Goda Sadiman sebelum menggendong putrinya. "Belajar yang pinter ya, nanti Ayah pulang  InshaAllah Ayah belikan boneka harimau."

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang