63 | Hamil Duluan

17.9K 2.1K 57
                                    

MOWTEASLIM PROMO LAGI!!!! LANGSUNG WA 0896032104731 ATAU SHOPEE @MOWTEASLIM!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MOWTEASLIM PROMO LAGI!!!! LANGSUNG WA 0896032104731 ATAU SHOPEE @MOWTEASLIM!

______________

Jangan baca sebelum vote, melanggar? Ingat di atas ada Tuhan:)

_____________

"Selamat atas pernikahannya, Lettu Gatra Jenggala..."

Detik Nilam membaca isi pesan tersebut, detik itu pula ketiga orang di sana menegang seketika. Terlebih Mak Samil yang justru tertawa mendengar kalimat tidak lengkap itu.

"Gurau terus kau itu, Lam... hahaha..." Ucapnya menganggap Nilam masih bergurau. "Bacalah yang benar, ini pasti dari Abang kau."

Nilam melirik takut-takut ke arah Mak Samil, demi apapun yang ia baca tadi betul-betul apa yang tertulis di surat tersebut. Tidak ada yang namanya Nilam mengarang sendiri.

Karena putrinya tak kunjung menjawab, Mak Samil menarik paksa surat tersebut lalu diberikan pada kurir yang mengantarnya. "Bacalah yang keras!" Pintanya. "Nilam ini benar-benar gurau saja kerjaannya."

Kurir tersebut mengangguk ketakutan dengan ekspresi Mak Samil. "I—iya, Mak," Ucapnya terbata. "Selamat atas pernikahannya, Lettu Gatra Jeng—"

"EH, MAK!!"

Belum sempat kalimat itu diselesaikan, tubuh Mak Samil sudah roboh begitu saja. Kakinya yang gemetar karena keterkejutan tak lagi kuasa menahan bobot tubuhnya sendiri.

Beruntung kurir dan Nilam sigap sekali menangkap tubuh Mak Samil hingga ia tak sempat menyentuh tanah. Mata Mak Samil terpejam begitu saja. Tak kuat hati menerima kabar barusan.

"Mak!" Panggil Nilam menyadarkan ibunya itu. "Ayo bawa masuk sajalah, Bang," Pintanya lagi pada sang kurir.

Benar saja, kurir tersebut membopong tubuh Mak Samil ke ruang tamu rumahnya. "Nih suratnya, Abang taruh sini aja ya."

Nilam melirik kesal pada surat kurang ajar yang membuat Maknya pingsan seperti ini. "Buang sajalah, Bang. Kami nggak butuh surat itu."

Kurir tersebut menuruti perkataan Nilam dan membawa pergi suratnya. "Kulkasnya juga kau buang tak?" Godanya pada pelanggan ekspedisi tempat ia bekerja itu.

Nilam mendengus mendengarnya. "Kulkas sial tapi kita juga lagi butuh kulkas," Gumamnya. "Tak perlu lah, Bang, taruh aja disitu."

"Yaudah, saya permisi dulu."

Lepas kurir tersebut pergi, barulah fokus Nilam sepenuhnya ada pada Mak Samil yang tidak sadarkan diri. Gadis muda itu berdiri dan beranjak ke belakang. Berpikir keras langkah apa yang harus ia lakukan.

"Uhuk! Uhuk!"

Belum sempat kakinya beranjak, suara batuk Mak Samil terdengar kembali. Pertanda perempuan tua itu sudah sadar sepenuhnya.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang