75B | Gatra dan Modal Dustanya

11K 1.6K 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

Aku gatau apakah mingdep bisa update atau tidakk karena masih cuti lebaran, jadi di karyakarsa dan di wattpad aku KASIH PART PANJANG!🤗

BISMILLAH YG NGEVOTE DOSANYA DIAMPUNI PAS IDUL FITRI NANTI

_____________

"Kamu tunggu sini aja," Pinta Gatra tak ingin istrinya ikut masuk hotel dan bertemu ibu kandungnya lagi. Bukan karena apa, Gatra tidak ingin memantik keributan lagi. Apalagi kemungkinan Kana akan tersakiti juga besar disini.

Namun, gadis keras kepala itu menggeleng, "Aku ikut ya, Om."

Tidak bisa Gatra tolak bukan? Akhirnya pria itu hanya mengangguk dan membiarkan istrinya berjalan di belakang, mengikuti langkahnya di koridor hotel itu.

Setibanya di depan kamar, Gatra mengetuk pintu dan tak lama pintu kamar inap itu terbuka. "Wa'alaikumussalam," Sahut dari dalam. "Abang?" Bisik Nilam sembari menoleh menyadari ada kakak iparnya di sana.

"Siapa, Lam?" Suara yang membuat Kana seketika tercekat itu terdengar. Dirinya masih takut dan trauma bertemu ibu mertuanya sendiri sampai saat ini. Wanita tua itu melangkah ke arah pintu untuk mengecek sendiri siapa yang datang.

"Kau?!" Pekiknya dengan keras. "Masih berani kali kau tampakkan wajah kotor kau itu depan aku?!"

Tentu, sebagai tameng paling depan, Gatra segera mendorong pelan ibunya agar masuk ke dalam kamar lagi. "Aku muak liat wajahnya, kalau kesini tak perlu lah Abang bawa puan sampah itu!"

Kana bisa mendengarnya, sangat amat bisa. Hatinya tidak mampu berdusta kalau masih merasakan nyeri diperlakukan seperti ini. Bukan hanya nyeri, kepalanya terasa sedikit berputar dengan napasnya yang mulai tercekat.

"Kak Kana," panggil Nilam yang buru-buru menutup pintu kamar agar perbincangan Gatra dengan Maknya tidak sampai ke telinga Kana. Ia tahu itu akan sangat menyakiti wanita hamil ini.

Kesadaran Kana sulit untuk kembali. Namun adik iparnya yang sigap refleks menepuk dada Kana saat gadis itu sesak napas.

"O-oh iya, Lam..." Ucap Kana setelah kesadarannya kembali.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang