22 | Sebuah Syarat

17.4K 2.3K 56
                                    

"Agendakan makan malam!" Suara Sadiman terdengar begitu bersemangat setelah mendapat kabar bahagia dari ajudannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Agendakan makan malam!" Suara Sadiman terdengar begitu bersemangat setelah mendapat kabar bahagia dari ajudannya. Saking senangnya, ia berencana mengadakan makan malam bersama keluarganya.

"Siap, Komandan!"

Segera saja, Gatra menelepon beberapa restoran langganan komandannya, menanyakan ketersediaan mereka untuk 4 orang tamu, termasuk dirinya. Beruntungnya mereka menyanggupi.

"Izin lapor, Komandan," Ucap Gatra. "Makan malam pukul 7 nanti akan diselenggarakan di Resto Demai."

Sadiman tersenyum dan memberikan jempolnya untuk Gatra. Saat sedang rapat tadi, Gatra mengabari bahwa putrinya lulus seleksi perguruan tinggi.

Katakan, Ayah mana yang tak bahagia mendengar kabar tersebut?

"Kita solat dulu, terus jemput Ibu sama Kana di rumah." Ucap Sadiman sebelum ia beranjak dari kursinya itu.

"Siap, laksanakan, Komandan."

Setibanya di rumah, benar saja Sadiman langsung mencari keberadaan sang putri. Namun, ia hanya menemui Hapsari, istrinya sedang asyik menonton televisi dengan cemilan di tangannya.

"Kana mana, Ri?" Tanyanya.

Hapsari menoleh, "Semangat banget, Mas sampe salamnya lupa."

"Assalamu'alaikum," Suara Gatra yang berjalan di belakang Sadimanlah yang terdengar. Ia menunduk menatap istri komandannya itu.

"Nggak jadi, sudah diwakili Gatra," Ucapnya sebelum ia memilih duduk di sofa itu dan mengunyah cemilannya lagi. "Waalaikumussalam. Kana tadi solat, bentar lagi juga turun."

Benar saja, tak lama dari percakapan itu, Kana turun dengan celana piyama panjang, tetapi kemejanya berlengan pendek. Ditambah jilbab bergo hitam yang ia kenakan.

"Apa, Yah?" Tanyanya yang masih berdiri di tangga.

Tanpa banyak bicara, Sadiman berlari dan memeluk erat sang putri. Mencurahkan betapa bangganya ia pada anak semata wayangnya itu.

Kana betul-betul berjuang sedemikian hebatnya untuk membanggakan Sadiman dan Hapsari. Perkara fakta dirinya anak tunggal itu hal belakangan, yang jelas, ia hanya ingin membahagiakan kedua orang yang ia sayangi itu.

"Ayah bangga sama Kana, hebat!" Ucapnya dengan senyum bahagia di wajah pria paruh baya itu.

Kanapun tak kuasa menahan harunya, "Ini buat Ayah sama Ibu." Hanya itu ucapannya.

"Hebat, anak Ayah hebat!" Lagi. Sadiman seperti tak kunjung lelah memuji putrinya itu.

"Selamat ya, Nak." Tutur Sadiman lagi. Sementara Kana menundukkan kepala dan mengulum senyumnya. Matanya melirik pada Gatra yang masih dengan ekspresi datarnya.

Jadi pria itu tidak ingin memberinya ucapan selamat ya?

Ah, Kana sedikit kecewa dengan fakta kalau Gatra juga tak akan peduli. Pria itu hanya akan peduli pada hal yang ada sangkut pautnya dengan Komandannya, alias Sadiman.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang