17 | Perjodohan

19.1K 2.5K 55
                                    

Hapsari duduk di kursi riasnya sembari menyisir rambut hitam legam sebahu yang nampak cantik mengkilau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hapsari duduk di kursi riasnya sembari menyisir rambut hitam legam sebahu yang nampak cantik mengkilau. Diliriknya pantulan di cermin, sang suami yang baru saja masuk ke kamar mereka.

Sadiman yang telah menutup pintu segera melangkah ke arah istrinya untuk mengecup kening wanita tercintanya itu.

"Gatra ada salah, Mas?" Tanya Hapsari pada sang suami yang menghela napas dan duduk di atas ranjang mereka.

Kepala Sadiman menggeleng, "Nggak ada, Ri." Jawabnya. "Aku kelepasan ke dia tadi."

"Kenapa?" Tanyanya pada Sadiman. Tumben sekali suaminya ini marah pada ajudannya sendiri. Selama Gatra bekerja optimal, selama itu juga Sadiman tak pernah memarahinya.

"Banyak tanya dia tadi, kesulut emosiku," Jawab Sadiman. "Aku salah memang, Ri, cuma yah bagaimana wong sudah kelepasan."

"Masih panas sama Gatra? Atau sudah baikan?" Tanyanya lagi. Hapsari melangkah mendekati suaminya dan menggenggam tangan pria yang dengan tulus hati menghidupinya ini.

Sadiman tentu saja menggeleng, ia sudah meminta maaf pada Gatra. "Sudah aman, aku minta maaf tadi kelepasan begitu."

Hapsari adalah pendamping yang sangat melengkapi sosok Sadiman. Wanita cerdas yang selalu mendukungnya dalam menggapai mimpi. Aura kecantikannya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Rasanya, semakin menua mereka bersama, semakin besar pula rasa cintanya.

Jemari Sadiman terangkat, menyentuh pipi mulus istrinya itu. Kalau wanita itu mengetahui apa yang telah ia perbuat, Sadiman tak bisa membayangkan betapa kecewanya ia.

"Ada apa, Mas?" Tanya Hapsari yang bingung kala sang suami menatapnya lekat-lekat. "Ada masalah di kerjaan?"

Sadiman justru terkekeh, menanggapi sebagai candaan semata. "Aman kok, Ri." Jawabnya. "Sini tiduran." Ucapnya meminta istrinya merebahkan tubuh di samping tubuhnya.

"Ri," Panggil Sadiman, "Seberapa besar kepercayaanmu ke Gatra?" Tanya pria itu.

Hapsari menoleh ke arah suaminya, "Kenapa tanya gitu?" Tanyanya balik. "Aku percaya dia, InshaAllah orang yang amanah, Mas."

"Amanah?"

Hapsari mengangguk mengiyakan, "Iya, InshaAllah amanah. Dia bisa jaga apa yang dititipkan buat dia. Contohnya putri kita, Kana." Ucap Hapsari. "Kita sulit percaya orang lain bisa jaga Kana, sampai berat hati ngizinin dia pulang sekolah tanpa dijemput orang suruhan kita 'kan?"

Sadiman mengangguk mengiyakan, "Aku takut Kana diapa-apain orang nggak dikenal. Dia anak kita satu-satunya, Ri."

"Iya aku paham, Mas," Jawab Hapsari. "Tapi di sisi lain kita merasa aman kalau Kana bersama Gatra kan? Kita ngerasa aman kalau dia nggak pulang sendirian. Itu namanya kita percaya sama Gatra."

"Yah, semoga dia memang betul-betul bisa dipercaya, Ri."

"InshaAllah, Mas. Kita udah tiga tahun lebih sama dia loh, masa iya nggak bisa dipercaya?" Tanya Hapsari pada suaminya.

Betul juga apa yang Hapsari katakan. Mereka sudah bersama selama tiga tahun lebih. Aneh sekali pertanyaan Sadiman saat ini.

"Ri," Tanya Sadiman. "Kalau seumpama Kana dapat jodoh sebelas dua belas sama Gatra apa kamu setuju?" Tanya Sadiman tiba-tiba.

Sontak saja mendengar itu kepala Hapsari langsung menoleh ke arah sang suami. Semakin malam, suaminya semakin aneh. "Ngomong apa sih, Mas, Kana masih sekolah udah kemana-mana pikirannya."

"Iya memang masih sekolah, tapi 'kan seumpama aja, Ri." Jawab Sadiman.

"Hmm..." Hapsari berpikir sejenak. "Kalau laki-laki itu bisa memperlakukan Kana kaya kamu memperlakukan aku, atau bahkan lebih, aku setuju."

Hapsari berujar demikian karena dirinya merasa begitu dicintai oleh sang suami. Hingga ia menginginkan calon menantu yang bisa memperlakukan putrinya sedemikian lupa. Agar Kana selalu merasa dicintai.

"Kamu ngegombal, Ri?" Tanya Sadiman.

Hapsari tergelak dalam kekehannya, "Untuk apa? Anak udah mau kuliah loh masih gombal-gombalan."

Sadiman mengecup pipi istrinya itu sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Kalo seumpama, Kana dipersunting laki-laki persis kaya Gatra, dari mulai wajahnya, badannya, sifatnya, karakternya, semuanya Gatra bagaimana?"

Lagi, Hapsari mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa nggak sekalian kalau seumpama dipersunting Gatra aja, Mas?"

"Ah ya, maksudku gitu," Sahut Sadiman. "Takut kamu marah nanti hehe."

"Aish," Sahut Hapsari. "Ya kalo Gatra, aku percaya dia bisa ngelindungin Kana. Bisa jaga anak kita, cuma.."

"Cuma apa?" Tanya Sadiman penasaran.

Hapsari memukul lengan suaminya kesal, "Jarak umur mereka kejauhan, Mas! Kamu mau anak kita masih cantik suaminya udah bangkotan?!"

"Aww! Ri!" Sadiman mengaduh kala Hapsari memukuli lengannya membabi buta. "Ya bedanya nggak banyak kok, Ri. Gatra umurnya 26 tahun ini, Kana 18."

"Tetep aja, Mas," Sahut Hapsari. "Namanya tua ya tua walopun nggak beda jauh. Mending cari yang umurnya nggak begitu jauh."

"Tapi Gatra perwira loh, Ri."

"Mas!" Tegur Hapsari pada suaminya lagi. "Jujur sama aku deh. Nggak usah berbelit-belit 'seumpama-seumpaaan' lagi udah."

"Jujur kenapa?"

"Mas sebenernya mau jodohin Kana sama Gatra apa gimana ceritanya?!"

[ D A R A    A J U D A N ]

loh loh kana mau dijodohin sm om gatra?😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

loh loh kana mau dijodohin sm om gatra?😭

jangan lupa vommentnya ya cantikkk ganteng hehe

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang