94 | Efek Kawin

13.7K 912 42
                                    

"Pagi, Adek," Sapa Gatra yang pagi ini terdengar sangat lembut menyeruak di telinga Kana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, Adek," Sapa Gatra yang pagi ini terdengar sangat lembut menyeruak di telinga Kana. "Subuhan dulu."

Kana menggeleng, matanya masih separuh terpejam, "Masih ngantuk, Abang..." Gumamnya sebelum kembali memejamkan mata dan menutup wajahnya dengan guling yang ada di ranjang.

Bukan, bukan hanya ngantuk. Sebenarnya Kana juga masih malu berbicara dengan suaminya yang semalam bahkan sudah melihatnya tanpa sehelai benangpun. Yang semalam bahkan sudah... Ah, Kana tak sanggup.

"Oh, mau lanjut yang semalem apa gimana?" Tanya Gatra tiba-tiba dengan ekspresi datarnya. Sontak saja pertanyaan itu membuat Kana membuang guling yang menutup wajahnya tadi.

Guling itu ia lemparkan ke arah suaminya, astaga sebar-bar apapun dirinya, Kana tetap saja malu mengingat kejadian malam tadi. Dirinya terduduk dan buru-buru menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut.

Astaga, bahkan Gatra sudah mengenakan pakaian lengkap, sementara Kana?

"Enggak lah, bentar lagi Kana ada kelas pagi, terus siangnya pertin," Tolaknya. "Imamin Kana dong, Abaaang," Godanya pada Gatra. Secara ia mengetahui kalau Gatra pasti sudah menunaikan kewajiban itu lebih dulu.

"Abang udah solat di masjid tadi pas azan," Jelasnya yang tanpa dijelaskan pun Kana sudah paham. "Adek solat gih."

"Ish," Bukan, bukan Kana kesal karena Gatra telah menunaikan ibadahnya duluan, "Giliran mau main baju Kana dilepasin, giliran udahan, mikirnya baju sendiri-sendiri, tiba-tiba Abang udah rapi," Gerutunya.

Gatra tentu saja terkekeh dengan ucapan Kana yang entah terpikir darimana, tapi benar kenyataannya. "Ya, mandi dulu, nanti bajumu Abang pakein," Jawabnya. "Pake baju apa nanti? Abang siapin sekalian."

Kana pikir, setelah malam intimnya dengan Gatra akan membuat pria itu kikuk. Tapi lihatlah, Gatra justru lebih hangat dan membuka diri. Tawa manis istrinya menjadi salah satu hal yang membuat hati Gatra berdesir bukan main.

Tangannya menunjuk isi lemari tanpa menghampiri, "Itu yang ijo, sama kerudungnya, nanti di kelas Kana double sweater aja biar nggak bawa-bawa baju lain," Segera saja Gatra mengambil seragam yang istrinya maksud. "Sama seragam Abang hari ini ambil aja sekalian, itu di sebelah kanannya udah Kana gantung."

Pria itu dengan telaten mengambil pakaian yang dimaksud istrinya. Cara mengambilnya pun pelan-pelan sehingga tidak membuat tumpukan di atasnya ambruk.

"Abang jangan lupa sepatunya disemir," Ucap Kana karena hari ini Gatra tak mengenakan sepatu tentakelnya. "Nanti Abang juga dateng 'kan, orang ada pimpinan Abang juga."

"He em," Jawab Gatra masih menumpuk pakaian yang diperlukan. "Nyusul paling nanti sama anak-anak."

Kana mengangguk dan mengernyit ketika arah Gatra mulai menuju ke tempat yang tidak semestinya ia buka, "Loh, Abang ngapain ke situ?" Tanya Kana bingung kala Gatra membuka lemari yang khusus untuk dalamannya.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang