102 | Dalang Kehancuran

6.9K 1K 71
                                    

Playlist ⏯️ Tak Mungkin Melepasmu (Cantika Abigail)"Dan tak mungkin bila ku melepas mu sungguh hati tak mampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist ⏯️ Tak Mungkin Melepasmu (Cantika Abigail)
"Dan tak mungkin bila ku melepas mu sungguh hati tak mampu."

______________

Makin lama makin sedikit votenya pdhl pembacanya meningkat, kenapa ya? Apa sesusah itu vomment? Kalian baca juga gratis loh, apa susah ya mengapresiasi penulisnya yg udah berusaha luangin waktu dan pikiran buat kalian?

Aku ga mau ngancem lg deh, kalian udh dewasa, seharusnya tau cara menghargai.

Chapter ini sekaligus 2 chapter, alias PANJANG dan banyak katanya.

SEMOGA VOTE DAN COMMENTNYA JG SEPADAN.

__________

"Dek?" Panggilan kesekian kali dari mulut Gatra akhirnya disambut dengan tolehan istrinya. Sedari tadi wanita itu hanya terdiam seakan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Eh, iya kenapa, Abang?" Tanya Kana pada Gatra yang mengerutkan keningnya. Buru-buru Kana melupakan segala pikiran rumit di kepalanya. "Abang pulang telat terus ada kegiatan apa?" Tanyanya sebab Gatra memutuskan untuk tidak mengulang ucapannya lagi.

Gatra menggosok sepatunya sebelum meniupnya agak kencang, "Latihan, Dek. Adek hari ini rencana ngapain?"

"Kelas, terus abis itu ke Ayah, Kana kangen sama Ayah," Ucap wanita itu dengan cengiran lebarnya. Kakinya melangkah ke arah Gatra dan memeluk pundak pria itu dari belakang.

Dihirupnya aroma tubuh sang suami yang melekat wangi sabun di sana. "Abang nggak pake parfum kah?" Tanya Kana menyadari tidak ada bau parfum di tubuh suaminya.

"Oh iya Abang lupa," Manisnya senyum Gatra yang tulus seperti ini hampir tak pernah diberikan untuk siapapun, kecuali istrinya sendiri. "Untung Adek ingetin."

Namun, wanita itu menggeleng manja, "Abang nggak usah pake parfum, Kana suka baunya begini..."

Kekehan Gatra lagi-lagi terdengar dengan gelengan kepalanya. Tangan kekarnya menuntun sang istri untuk melangkah ke hadapannya sebelum Kana duduk miring di pangkuannya kini.

Baru saja duduk, wanita yang labil dengan berbagai kenyataan itu memilih untuk bersandar di dada sang suami. Menyembunyikan wajahnya sembari menghirup aroma asli tubuh Gatra yang wanginya nyaman di indra penciuman.

"Abang kerjanya besok aja," Bisik Kana pelan. "Kalo nggak cuti bulan madu, dedek bayinya nggak jadi jadi nanti."

Lagi, pria itu terkekeh mendengar bisikan istrinya yang asyik bermanja ria dari semalam. Jemari panjang berurat itu menyelipkan anak rambut istrinya ke belakang telinga. "Adek manja betul dari semalam, kenapa?" Tanyanya dengan hati gembira. Sebagai seorang pria, ia bangga bila wanitanya bermanja ria hanya padanya.

Kana menggeleng pelan, tak mungkin ia menceritakan kegundahan hati dan pikirannya pada orang yang ia curigai sekaligus orang yang menjadi tempatnya pulang. "Pengen sama Abang terus..." Kana memperhatikan dengan seksama wajah tegas suaminya. "Abang ganteng banget, badannya kekar, Abang dewasa, Abang penyayang, Abang peduli, Abang sayang Kana 'kan?"

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang