Chapter 3 : What happened?

91.8K 10.2K 233
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Sosok Sera terperanjat dangan mata yang membelalak sempurna, terlihat menghirup udara di sekelilingnya dengan rakus. Bulir keringat membasahi dahi.

Mata itu bergulir ke sekitar dengan kening yang berkerut, wajah Sera jelas menampakkan kebingungan. Ini adalah kamarnya.

"Bukankah seharusnya aku sudah mati?" Kematian menyakitkan itu begitu membekas di ingatannya, dan apa ini?

"Kenapa aku masih hidup?"

Sera menurunkan kaki, membuka tirai untuk melihat keadaan diluar melalui jendela— mengamati halaman dengan seksama. Daun-daun tumbuhan muda masih tumbuh, bunga masih bermekaran dengan indah.

Musim semi? Jantung Sera berdetak tidak stabil. Kakinya melangkah lebar, berjalan meraih ponsel di atas nakas. Dengan gemetar, Sera menekan password— terpampang wajah Zola memenuhi layar ponselnya.

Mata Sera kembali membelalak, tubuhnya terhuyung beberapa langkah. "Bagaimana mungkin?" Pekiknya dengan nada tercekat.

Kejadian naas itu terjadi saat peralihan musim gugur— dimana cuaca berkabut, serta daun mulai berwarna merah kecoklat-coklatan.

Sera kembali mengulang 2 bulan sebelum mendapati kenyataan bahwa Zola menghamili Julia, dan sebelum kecelakaan yang seharusnya membuat Sera meninggalkan dunia ini.

Hari ini— menit ini dan detik ini, pernikahannya dengan Zola baru akan menginjak usia 1 bulan.

Masih dengan tangan gemetar, ia mencari kontak temannya di ponsel. Sera perlu memastikan sesuatu.

"Lucia..?" Panggil Sera dengan tidak sabar.

"Hmm?" Gumam Lucia dengan suara terdengar serak, khas seperti bangun tidur.

"Kau dimana?"

"Aku sudah berpamitan, kenapa masih bertanya?"

Sera berekspresi rumit, menurut ingatannya di tanggal dan bulan ini— Lucia memang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.

Sera menelan saliva "Venesia?" Tanyanya dengan tercekat.

"Sì."

Sera mematikan panggilan secara sepihak. Kaki jenjang itu berjalan mondar-mandir disana. Benaknya dipenuhi pikiran-pikiran rumit saat ini.

Setelah beberapa menit berkutat dengan pikirannya,  tubuh Sera lunglai ke bawah.

"Apa maksud Tuhan memberikanku takdir seperti ini?" Gumam Sera.

"Aku tidak ingin kembali merasakan sakit itu." Air mata jatuh tidak terelakkan.

Jika Sera mengulang 3 bulan sebelum kematian, itu tandanya— ia akan mengulangi kehancurannya sekali lagi.

Tidak boleh terpuruk untuk kedua kalinya.

Mungkin Tuhan memberikan kesempatan untuk memperbaiki segalanya.

SerafinaWhere stories live. Discover now