Chapter 5 : Plan

87.3K 9.4K 114
                                    

Jangan lupa vote dan wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen wkwk.


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Yang Sera ingat, kepalanya terasa pening saat berendam dalam bathtub, tidak dapat menjaga kesadarannya. Begitu membuka mata, seorang dokter sedang memeriksa kondisinya.

Dibantu salah satu pelayan, Sera meminum obat yang telah di resepkan oleh dokter. Pelayan juga membantu Sera berganti pakaian.

"Grazie." Ujar Sera pada pelayan.

"Sudah menjadi tugas saya, Ma'am. Permisi." Setelahnya, pelayan itu berpamitan.

Sera menghela napas dengan pelan, tidak hanya hati dan pikiran— fisiknya pun ikut lemah.

Tidak lama setelah pelayan keluar, pintu kamar Sera kembali terbuka. Zola yang datang. Sera hanya melirik sekilas.

Zola menyeret kursi yang berada tidak jauh dari sana, membawanya ke dekat ranjang untuk ia duduki. Matanya mengamati Sera dengan seksama. Masih pucat dan terlihat tidak berdaya.

"Demam, darah rendah mungkin karena terlalu banyak pikiran." Zola berucap, begitulah apa yang dikatakan dokter tentang kondisi Sera.

Sera membisu.

"Apa kondisimu ini karena diriku, Sera?" Zola bertanya.

"Kesimpulan anda terlalu berlebihan, Signore." Sera menjawab dengan sopan.

Zola mengangkat satu alis atas kesopanan Sera barusan. Satu kaki menyilang, menatap Sera yang sedang tidak menatapnya. "Lalu, aku harus memberikan kesimpulan apa?"

"Tentu bukan karena masalah pekerjaan." Zola berkata demikian karena Sera tidak bekerja.

"Bukan juga karena memikirkan tentang finansial." Perkataan Zola jelas berdasar karena Sera tidak mungkin kekurangan materi.

"Lalu kesimpulan apa selain hal percintaan— yaitu tentang diriku? Kondisimu seperti ini karena memikirkanku kan?" Tuding Zola yang meyakini bahwa tidak ada pria lain yang Sera cintai selain dirinya.

Pagi tadi saat berada di meja makan, Zola tahu jika Sera berbohong. Wanita ini tidak pandai menyembunyikan sesuatu saat mengatakan sedang baik-baik saja.

Pria ini bahkan mengenal Sera dengan baik. Ungkapan cinta darinya untuk Zola, serta perilaku yang ia perlihatkan pada Zola selama ini— terlalu mencolok-kah?

"Kesimpulan yang tidak ada sangkut pautnya dengan anda." Sera menjeda perkataan, "Mungkin hanya kelelahan karena beberapa hari kemarin saya sibuk bersenang-senang dengan teman saya, Signore." Tambahnya, tentu saja berkata asal.

Selain itu, Sera tahu jika Zola tidak menyukainya, hal yang menurut Zola tidak bermanfaat. Memang ada benarnya, tapi perubahan tidak datang begitu saja.

"Jadi bukan karena diriku? Bukan karena masalah cinta?" Tanya Zola menanggapi, berkata dengan lamat seraya menelisik lawan bicaranya.

"Tidak." Sera menjawabnya dengan cepat.

Berpindah untuk duduk di sisi ranjang. Tangan Zola terulur menyentuh wajah Sera, memaksa agar menghadapnya. "Benarkah?"

"Apa aku terlalu mengatur kehidupanmu setelah menikah?" Ujar Zola kemudian. "Dan kau merasa terkekang?" Tambahnya.

Zola tahu bagaimana wanita ini mencintainya. Perilaku dan ketidakberdayaan Sera saat ini seolah marah dan kecewa padanya.

"Tidak." Jawab Sera hampir seperti gumaman.

SerafinaWhere stories live. Discover now