Chapter 36 : Not good

51.8K 6.5K 640
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Sosok Sera berada di kamar, duduk di ranjang dengan menatap kosong arah depannya. Hidung memerah, mata sembab dan masih terlihat sayu hingga sekarang. Apa lagi yang bisa Sera lakukan selain melamun. Ia menunggu kedatangan Zola, tidak sabar ingin mendengar penjelasan langsung dari pria itu.

Kejadian kehamilan Julia tetap terjadi, jika ditanya apakah hatinya terluka? Tentu jawabannya 'ya', rasa cintanya pada Zola masih sama, walau belum tentu benar tetap saja ini menyakitkan.

Jika ditanya apakah menyesal karena seharusnya ia lebih waspada agar tidak berkubang dalam kesakitan untuk kedua kalinya? Jawabannya 'tidak'. Ia tidak menyesal sudah melewati hari-hari indahnya bersama Zola setelah kecelakaan hingga sekarang. Sebab, kebersamaannya dengan Zola sudah menghasilkan janin ini, ia sangat menyayangi calon bayinya.

Mengubah ekspresi, melengkungkan senyum paling menawan, tangannya terulur mengusap perutnya yang mulai membuncit. "Bunny, bagaimana kabarmu hari ini?" Bunny adalah panggilan sayang Sera untuk janinnya, yang artinya 'anak kelinci yang lucu'.

"Gelato? Carbonara? Lasagna? Ossobuco? Kenapa hari ini belum menginginkan apapun? Ayo, kau ingin menyantap apa hari ini? Ibumu yang cantik ini pasti akan mewujudkannya, Bunny." Celoteh konyol Sera.

Sera akan merasa mual di pagi hari, tentu saja ia berusaha menutupinya dari Zola. Namun saat siang hari— ada saja yang ingin ia santap, menyebabkan tubuhnya lebih berisi, karena sebelum hamil— Sera sangat menjaga porsi makannya. Sudah hampir sore, tidak ada yang ia inginkan seperti hari biasanya. Mungkin karena suasana hatinya yang sedang risau.

"Minum susu ya, Bunny? Ibumu yang cantik ini tidak mau— saat kau lahir nanti tubuhmu kurus. Kau harus lahir dengan menggemaskan, oke?" Celotehnya kembali.

Meraih gelas yang berada di dekatnya, meminum susu yang tadi dibuatkan oleh pelayan. Setahu pelayan, ini hanyalah susu biasa. Sera selalu memindahkan bubuk susu ke wadah lain agar tidak ada yang tahu jika yang sering ia konsumsi adalah susu untuk ibu hamil.

Sera mencecap bibirnya sendiri, susu ini terasa aneh— tidak seperti biasanya. Sepertinya ia perlu membeli susu yang baru. Ia mengurungkan niat untuk menghabiskan susu tersebut. Mungkin saja susu itu sudah expired.

Mendengar bunyi ketukan, Sera berjalan ke arah pintu.

"Ma'am? Ada ayah dan ibu anda dibawah." Ujar pelayan begitu melihat Sera.

Sera mengernyit, mengira-ngira kenapa mereka kemari tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Sera lantas melangkahkan kaki untuk menemui orang tuanya.

"Aku akan turun, Grazie." Sera menarik napas sedikit panjang, memastikan tidak ada air mata yang masih menetes.

Kaki kecil Sera melangkah, keluar kamar dan menuruni tangga untuk menemui orang tuanya.

Amanta memeluk Sera, "Kau baik-baik saja?"

Sera membimbing Amanta untuk duduk, menatap mereka bergantian, ada Lukas juga disana. Raut wajah Mario dan Lukas terlihat tidak ramah, sedangkan Amanta sedang menangis.

"Kami kemari ingin membawamu pulang." Mario bersuara.

"Pulang?" Kening Sera berkerut. Sera mencerna situasi dengan mudah, "Kalian tau?" Terasa kelu saat berkata.

SerafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang